Puasa Mutih Sebelum Menikah dalam Islam

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Di kalangan masyarakat islam yang masih kental dengan tradisi dan adat istiadat, dikenal dengan istilah puasa mutih. Beberapa menyebutkan bahwa terdapat puasa yang dilakukan sebelum menikah yaitu puasa mutih sebelum menikah. Hal ini menjadi pertanyaan bagi sebagian orang, apakah puasa mutih sebelum menikah ini termasuk dalam ajaran islam dan ibadah yang dianjurkan? Untuk itu perlu mengetahui bagaimana sebetulnya substansi dari puasa mutih sebelum menikah ini.

Puasa Mutih di Masyarakat Indonesia

Puasa mutih adalah bentuk ritual atau kebiasaan dengan tidak makan dan minum selain dari yang berwarna putih, dalam hal ini adalah nasi dan air putih (bening). Puasa mutih mulai dikenal dan beredar dari kalangan yang memiliki kepercayaan terhadap aliran kejawen dan tradisi-tradisi tertentu, khususnya dari tradisi tanah Jawa. Tujuan dari puasa ini adalah untuk mendapatkankan berbagai ilmu seperti ilmu ghaib, ilmu supranatural, dsb.

Puasa mutih ini biasanya dilakukan pada tanggal tertentu saat datangnya bulan purnama, memunculkan sinar putih. Biasanya terjadi pada tengah-tengah bulan, menurut perhitungan kaldender islam/kalender hijrriah. Pelaksanaan puasa mutih ini juga bertujuan untuk bisa mendapatkan hidayah dari Allah, petunjuk, keberkahan, dan penghapus dosa-dosa diri.

Secara asalnya saja, puasa mutih memang bukan berasal dari ajaran islam secara langsung. Kebiasaan atau ritual ini merupakan bentuk perkembangan dari ajaran islam yang kemudian diadaptasi dalam tradisi atau ritual lokal di Jawa. Untuk itu, pelaksanaannya tentu tidak wajib, tidak sunnah, tentu belum tentu juga bernilai ibadah dihadapan Allah SWT.

Manfaat Puasa Mutih Secara Umum

Secara umum, pelaksanaan puasa mutih terdapat beberapa manfaat walaupun tidak bernilai ibadah secara ajaran islam. Pelaknsaan puasa mutih sebelum pernikahan tentunya juga bermanfaat, namun kembali lagi di dalam ajaran islam tidak bernilai ibadah.

Puasa mutih dapat bermanfaat untuk detoksifikasi tubuh yaitu mengeluarkan racun-racun dalam tubuh. Ketika melakukan puasa mutih asupan zat-zat lain selain dari bahan nasi dan air putih tentunya tidak akan masuk dalam tubuh. Zat-zat lain dalam tubuh akan dikeluarkan dan dicerna secara maksimal oleh tubuh karena asupan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang, terutama makanan dan minuman yang banyak mengandung zat berbahaya.

Detoksifikasi saat puasa mutih termasuk pada detoksifikasi yang alami. Untuk itu, manfaatnya cukup baik namun secara jangka panjang belum tentu. Bagaimanapun juga tubuh kita membutuhkan zat-zat lain selain dari nasi dan air putih saja. Tubuh juga membutuhkan zat seperti protein, kalsium, vitamin, dan lain sebagainya yang tidak terdapat saat puasa mutih.

Adanya manfaat puasa mutih hanya bernilai sebagai kesehatan, sedangkan nilai ibadah dan pahala tentu tidak berlaku ibadah ritual. Mungkin saja Allah bisa memberikan pahala terkait kebaikan yang kita lakukan saat menjaga tubuh dengan kesehatan.

Dalil Tentang Puasa dalam Islam

Untuk bisa melihat bagaimana pandangan islam mengenai puasa mutih sebelum menikah, maka perlu mengetahui terlebih dahulu dalil-dalil yang ada mengenai puasa. Diambil dari hadist atau sunnah rasul mengenai puasa.

  1. Mulut Orang Puasa Lebih Harum dari Minyak Kasturi

Dan sesungguhnya ban (mulut) orang puasa itu lebih harum di sisi AIlah daripada aroma minyak kesturi. ” (HR. At-Tirmidzi dan ia berkata, hadits hasan shahih gharib)

  1. Puasa Berarti Meninggalkan Kemaksiatan

“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta serta kedunguan maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum “ (HR. Al-Bukhari, Ahmad dan lainnya)

  1. Puasa Bukan Sekedar Menahan Dahaga

 “Betapa banyak orang puasa, bagian dari puasanya (hanya) lapar dan dahaga” (HR. Ahmad)

Dari ayat-ayat di atas, puasa ramadhan  ataupun puasa sunnah, yang  merupakan bagian dari rukun islam, bernilai pahala di sisi Allah jika puasa dilakukan dengan ikhlas, mampu mengendalikan hawa nafsu, dan mampu melaksanakan ibadah lainnya dengan sebaik dan semaksimal mungkin. Bukan hanya menahan lapar dan dahaga. Untuk itu rukun puasa ramadhan dan syarat syah puasa ramadhan harus betul-betul diperhatikan oleh seorang muslim untuk dapat melaksanakan ibadah wajib ataupun sunnah dengan baik dan benar.

Bagi yang puasanya batal, maka harus segera niat puasa ganti ramadhan, karena terhitung sebagai ibadah wajib. Sedangkan sebelum mengakhiri puasa, saat menjelang adzan magrib maka harus pula mempersiapkan dan membacakan niat buka puasa.

Pandangan Islam terhadap Ritual Puasa Mutih Sebelum Menikah

Puasa Ramadhan dan cara pelaksanaanya harus diperhatikan, agar tidak membuat-buat aturan tersendiri yang tidak bernilai di sisi Allah. Berikut adalah pandangan islam terhadap ritual puasa mutih, melalui pengertian puasa menurut islam dan membandingkannya dengan ritual puasa mutih .

  1. Ritual Puasa Mutih Sebelum Nikah Tidak Ada dalam Syariat Islam

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan asas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (Al-Baqarah : 183).

Dalam ibadah puasa menurut islam, baik itu yang bersifat wajib dan sunnah, islam tidak pernah mensyariatkan puasa dengan model sebagaimana puasa mutih. Dalam fiqh puasa tidak ada aturan puasa hanya dengan mengkonsumsi nasi dan air putih saja. Dalam islam selama puasa maka tidak boleh makan dan minum tanpa terkecuali makanan minuman apapun, walaupun makanan tersebut tidak masuk pada kategori makanan haram dalam islam.

Puasa menurut islam artinya menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu lainnya yang termasuk dalam hal-hal yang membatalkan puasa atau mengurangi pahala puasa. Batas waktu untuk puasa adalah sampai dengan waktu buka puasa yaitu saat waktu magrib. Jika dilakukan puasa mutih yang tetap saja makan dan minum di waktu berpuasa, walaupun membatasi asupan yang masuk ke dalam tubuh, tetap tidak termasuk pada substansi berpuasa dalam islam.

  1. Rasulullah SAW tidak Mencontohkan Puasa Mutih Sebelum Menikah

Rasulullah tidak pernah mencontohkan puasa mutih sebelum menikah. Dalam hadist ataupun sejarah islam tidak pernah ditemukan istilah puasa mutih sebelum menikah. Hal ini menandakan bahwa memang puasa mutih sebelum menikah bukanlah ajaran Rasulullah SAW melainkan hanya tradisi lokal yang dilakukan oleh masyrakat jawa.

Untuk pelaksanaan ibadah ritual sebagaimana ibadah puasa, maka lebih baik kita melakukan ibadah yang sudah ditetapkan dan diberikan contoh oleh Rasulullah SAW. Selain menjaga ke-sah-an nilai ibadahnya, kita pun menjaga agar bentuk ibadah tidak dirubah-rubah seenaknya atau dikembangkan sesuai tradisi atau kebiasaan saja. Hal ini juga menjaga persatuan islam agar teknis ibadah tetap satu.

Rasulullah SAW sendiri mengatakan bahwa tetap berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah agar tidak tersesat, khususnya secara prinsip dan teknik ibadah ritual.

  1. Pelaksanaan Puasa Mutih sebelum Menikah Bukanlah Bernilai Ibadah

Pelaksanaan puasa mutih sebelum menikah tidak terdapat dalam Al-Quran, Sunnah Rasul, dan Sejarah Islam. Untuk itu pelaksanaan puasa mutih hakikatnya tidak bernilai ibadah di hadapan Allah. Ibadah ritual yang ada dalam islam adalah sebagaimana yang telah Allah tetapkan dan Rasulullah contohkan. Untuk itu puasa mutih bukan bersumber dari ajaran islam dan pelaksanaannya tidak bernilai sebagaimana ibadah puasa wajib dan sunnah yang telah diajarkan Rasul.

Dalam islam ada macam-macam puasa sunnah yang bisa dilakukan oleh umat muslim di luar dari puasa ramadhan yang bersifat wajib. Yang pertama adalah puasa senin kamis. Keutamaan puasa senin kamis tentunya bisa melatih kita selain dari puasa ramadhan saja. Yang Kedua adalah puasa arafah dan keutamaan puasa arafah bisa menghapuskan dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun kedepan. Yang Ketiga adalah puasa daud dan keutamaan puasa daud merupakan puasa yang paling disukai oleh Allah, serta membentuk pola hidup yang tidak berlebihan dengan makanan. Yang keempat adalah puasa rajab, yang keutamaan puasa rajab kelak akan diberi air minum di surga kelak.

Untuk itu akan lebih bernilai ibadah dan pahala, jika kita benar-benar melaksanakan ibadah sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW dan tidak mengada-ngadakan ibadah selain daripada yang telah dicontohkannya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn