Kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan anugerah dan kebahagian tersendiri. Di saat begitu banyak pasangan suami istri yang belum mendapatkan seorang anak meski telah berusaha keras. Bersyukurlah Anda yang telah dikaruniai momongan.
Ketika sudah memiliki seorang anak atau bahkan lebih, maka sudah menjadi kewajiban bagi orang tuanya untuk membesarkan dan mendidiknya hingga siap untuk hidup mandiri.
Selain ilmu tentang agama, seperti macam-macam ilmu tauhid, seorang anak juga harus diajarkan tentang etika dan adab dalam kehidupan sehari-hari. Satu diantaranya ialah adab anak terhadap orang tuanya.
Apa sajakah itu? Simak selengkapnya berikut ini!
Orang tua adalah orang pertama yang akan dikenal oleh anak. Jasa orang tua terhadap anak begitu besar. Jadi sudah seharusnya seorang anak tau bagaimana caranya berbakti kepada ayah dan ibunya. Sebagaimana yang tertuang dalam dalil berbakti kepada orang tua berikut ini.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya.” (QS. Al-Isra : 23)
Memandang Orang Tua dengan Pandangan yang Baik dan Tidak Tajam
Seorang anak haruslah menghormati dan menyayangi kedua orang tuanya. Salah satunya dengan menjaga pandangan dan perkataannya di hadapan orang tua. Merendahkan suara dan tidak memandang tajam merupakan suatu bentuk akhlak dalam Islam yang mulia. Sebagaimana yang diuraikan dalam dalil berikut ini.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil.” (QS. Al-Isra : 24)
وإذا تكَلَّمَ خَفَضُوا أصواتَهم عندَه ، وما يُحِدُّون إليه النظرَ؛ تعظيمًا له
“jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah.” (HR. Al Bukhari 2731)
Tidak Memotong Perkataan Orang Tua
Memotong perkataan orang tua adalah suatu perbuatan yang tidak baik. Hal ini juga berlaku pada orang lain, baik yang lebih muda, seumuran atau yang lebih tua. Maka adab terhadap orang yang selanjutnya ialah memberikan kesempatan orang tua untuk menyelesaikan apa yang ingin diucapkannya tanpa memotong atau mendahului perkataannya.
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu,
كنَّا عندَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ فأتيَ بِجُمَّارٍ، فقالَ: إنَّ منَ الشَّجرةِ شجَرةً، مثلُها كمَثلِ المسلِمِ ، فأردتُ أن أقولَ: هيَ النَّخلةُ، فإذا أنا أصغرُ القومِ، فسَكتُّ، فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ: هيَ النَّخلةُ
“Kami pernah bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di Jummar, kemudian Nabi bersabda: ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu Umar berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun memberi tahu jawabannya (kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma’” (HR. Al Bukhari 82, Muslim 2811)
Tidak Duduk Saat di Hadapan Orang Tua yang Berdiri
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu:
اشتكى رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فصلينا وراءَه وهو قاعدٌ, وأبو بكرٍ يُسْمِعُ الناسَ تكبيرَه, فالتفتَ إلينا فرآنا قيامًا فأشار إلينا فقعدنا, فصلينا بصلاتِه قعودًا. فلما سلَّمَ قال: إن كدتُم آنفًا لتفعلون فعلَ فارسَ والرومِ, يقومون على ملوكِهم وهم قعودٌ. فلا تفعلوا. ائتموا بأئمَّتِكم. إن صلى قائمًا فصلوا قيامًا وإن صلى قاعدًا فصلوا قعودًا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengaduh (karena sakit), ketika itu kami shalat bermakmum di belakang beliau, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda, ‘kalian baru saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk” (HR. Muslim, no. 413).
Dalam Islam, hendaknya kita bisa menyelisihi budaya kaum non muslim. Seperti yang tertuang dalam dalil di atas.
Itulah beberapa adab anak terhadap orang tua yang mestinya dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai umat Islam yang baik, hendaknya kita terus meningkatkan usaha dalam melaksanakan macam-macam amal shaleh sehingga bertambah rasa cinta terhadap Allah subhanahu wa ta’ala. Aamiin.