Perbedaan pendapat dalam agama Islam adalah sesuatu yang wajar terjadi. Namun sebagai seorang muslim yang baik, hendaknya kita dapat menyikapinya dengan bijak. Berikut ini adalah beberapa adab jika terjadi pendapat dalam Islam:
1. Adil
Salah satu sikap yang harus diutamakan seorang muslim ketika terjadi perbedaan pendapat adalah selalu bersikap adil. Sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“ Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.[QS Al Maidah : 8]
Baca juga :
- Kedudukan Qiyas Dalam Hukum Islam
- Hukum Cuci Darah Saat Puasa
- Hukum Menipiskan Kumis Menurut Islam
- Hukum Minum Sambil Berdiri Dalam Islam
- Hukum Mengadzankan Jenazah Dalam Islam
2. Berpikiran positif
Hal penting lain yang harus diamalkan adalah selalu berpikiran positif. Sebagai seorang muslim, berprasangka baik harus diutamakan dalam menghadapi segala sesuatu. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” .(QS. Al Hujurat:12)
3. Saling menasehati
Tugas seorang muslim adalah menasehati dan mengingatkan muslim lainnya. Bahkan jika terjadi perbedaan pendapat sekalipun, saling menasehati sudah seharusnya menjadi pegangan agar tidak terjadi pertengkaran. Allah telah berfirman,
وَالْعَصْرِ (١)إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢)إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. ( Al Ashr :1-3)
Baca juga:
- Adab bercanda
- Adab cukur rambut bayi dalam Islam
- Adab memotong rambut dalam Islam
- Adab menyamnpaikan nasihan dalam Islam
- Adab puasa Ramadhan
4. Menghormati yang lebih berilmu
Jika terjadi perbedaan pendapat, maka hendaknya menghormati orang yang memiliki ilmu lebih tinggi terlebih dahulu. Dengarkan pendapat dari mereka dengan baik sehingga solusi yang dihasilkan dapat menguntungkan semua pihak. Allah berfirman :
قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“ Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui. (Al-Baqarah :247)
Maka dari itu, kita sebaiknya menyerahkan sebuah masalah kepada yang memang ahlinya sehingga keputusan yang diambil akanlebih tepat sasaran.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
“ Dan tidaklah Kami mengutus Rasul-rasul sebelummu (wahai Muhammad), melainkan dari kalangan orang-orang lelaki, yang Kami wahyukan kepada mereka. Oleh itu bertanyalah kamu (wahai golongan musyrik) kepada orang-orang yang berpengetahuan ugama jika kamu tidak mengetahui.“(al-Nahl 16:43):
Baca juga:
- Ciri Orang Mendapat Hidayah Allah
- Cara Menjaga Hati Sebelum Menikah
- Fiqih Pernikahan
- Ayat Pernikahan Dalam Islam
- Menikah Tanpa Cinta
5. Mengurangi sumber perdebatan
Sebuah perdebatan tidak akan pernah selesai jika sumber masalah tidak diminimalisir. Maka dari itu, berhenti mengungkit sumber masalah dan mulai mencari solusi adalah jalan terbaik dalam menyelesaikan sebuah perdebatan. Allah berfirman,
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
’’ Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak niscaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran); sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. ’’(Al-Anfal 8:46):
6. Mengutamakan persaudaraan
Adab selanjutnya yang kadang kita lupakan adalah tetap mengutamakan tali persaudaraaan sesama muslim. Perbedaan pendapat merupakan hal yang manusiawi, namun hendaknya kita harus tetap mengutamakan untuk menjalin persaudaraan sesama muslim.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“ Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.[QS Al Hujurat : 10]
Baca juga:
- Adab menghadiri pernikahan dalam Islam
- Adab i’tikaf di bulan Ramadhan
- Adab berkurban dalam Islam
- Adab cukur rambut bayi dalam Islam
Asy-Syafi’i rahimahullah) berkata : ” Aku tidak mendapati orang yang lebih berakal (lebih cerdas) daripada Asy Syafi’i. Suatu hari pernah aku berdiskusi (berdebat) dengan beliau, lalu kami berpisah. Setelah itu beliau menemuiku dan menggandeng tanganku seraya berkata : ” Hai Abu Musa! Tidakkah sepatutnya kita tetap bersaudara, meskipun kita tidak sependapat dalam satu masalah pun ? (tentu diantara masalah-masalah ijtihadiyah)
Perbedaan pendapat jangan dijadikan sebagai sumber dari permusuhan. Perbedaan pendapat sudah ada sejak jaman Rasul dan bahkan diantara para sahabat sendiri. Namun mereka selalu menanggapinya dengan penuh kebijaksanaan.
Anas bin Maalik berkata: “Kami sedang bermusafir bersama dengan Rasulullah Shallallahu “˜alaihi wasallam semasa Ramadhan dan di kalangan kami ada yang berpuasa, ada yang tidak berpuasa. Golongan yang berpuasa tidak menyalahkan orang yang tidak berpuasa dan golongan yang tidak berpuasa tidak menyalahkan orang yang berpuasa. [ hadist riwayat Bukhari and Muslim]
Meskipun perbedaan pendapat telah dikatakan oleh Rasul akan memnbuat umat Islam terpecah belah, namun satu yang harus kita pegang teguh yakni mengembalikan semuanya pada Al Quran dan hadits. Rasul bersabda,
“Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan.” Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah mereka, wahai Rasul Allah?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku.” (HR Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darami dan Al-Hakim).
Semoga kita semua mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan sabar dalam menghadapi perbedaan.