Keindahan Al-Qur’an tidak akan ada habisnya. Begitu pun dengan keajaiban dan mukjizat dari Al-Qur’an tidak akan pernah habis. Al-Qur’an diturunkan bukan hanya untuk kita baca, tetapi inti dari diturunkannya Al-Qur’an ialah untuk kita tadabburi serta untuk dihayati.
Meskipun bacaan kita belum tentu 100 persen bisa ikhlas, belum tentu 100 persen kita bisa merasakan keindahan Al-Qur’an. Tapi, pasti ada di antara yang akan tersentuh oleh sebuah ayat.
Banyak hal yang dapat membuat kita suka pada surah tertentu, dan dapat membuat kita jauh lebih menikmati ketika membaca maupun mendengar. Apalagi jika dengan bacaan atau tilawah yang baik dan irama yang bagus, hal ini akan lebih membuat hati kita merasakan keindahan dari ayat Al-Qur’an.
Contohnya, Rasulullah pernah membaca satu ayat pada surat al-Maa’idah, lalu ketika beliau shalat malam dan sampai pada ayat itu, Rasulullah mengulang berkali-kali dalam shalat Tahajjud sampai shubuh. Beliau membaca ayat itu dan menangis.
Jadi ada saat ketika kita membaca, pada saat itu hati kita sedang terbuka dan siap menerima cahaya Al-Qur’an, maka hati kita akan tersentuh.
Apalagi jika saat itu kita membaca Al-Qur’an dengan ikhlas dan suara yang indah, sampai malaikat pun akan turun dari langit untuk menyimak bacaan Al-Qur’an kita.
Yang menjadi masalah kita dan menjadi penghalang kita sampai berat untuk menerima cahaya Al-Qur’an serta berat untuk menerima pesan-pesan dari Al-Qur’an, ialah karena dosa-dosa kita, kotoran hati, dan maksiat yang terus dilakukan.
Ada sebuah ayat yang di dalamnya terdapat Asmaul Husna. Tentunya akan ada hikmah yang bisa kita petik dari ayat ini. Yaitu terdapat dalam surah Faathir ayat 29-30,
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Faathir: 29-30)
Terdapat sifat-sifat yang berhubungan dengan ayat ini, yaitu hubungannya dengan Asmaul Husna yang terdapat pada potongan ayat terakhir, innahuu ghafuurun syakuur. Sifat orang mukmin yang tidak akan merugi yang terdapat pada ayat ini, diantaranya:
1. Mukmin yang Selalu Membaca Al-Qur’an
Orang yang selalu membaca Al-Qur’an itu bukan dinamakan qari atau orang yang suka membaca, tetapi orang yang selalu membaca Al-Qur’an dinamakan dengan tilawatul Qur’an.
Tilawatul Qur’an berarti orang yang benar-benar selalu membaca Al-Qur’an. Dan nanti di hari Kiamat, orang yang suka dan selalu membaca Al-Qur’an akan dipanggil dan dikatakan kepadanya, “Bacalah, naiklah…!” (HR. Abu Dawud)
Karena setiap apa yang kita baca, maka akan menaikkan posisi kita di dalam surga. Bahkan di dalam hadits itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Warattil!” yaitu tartillah sebagaimana kamu membaca dengan tartil di dunia.
2. Mukmin yang Mendirikan Shalat
Ketika membahas shalat, tidak ada kata “kerjakanlah shalat!” tapi yang ada hanyalah “mendirikan shalat.”
Adh-Dhahak meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan “mendirikan shalat berarti mengerjakan dengan menyempurnakan ruku’, sujud, dan bacaannya dengan penuh kekhusyuan dan menghadapkan hati kepada Allah di dalamnya.”
3. Mukmin yang Menginfakkan Sebagian Rezekinya
Allah hanya meminta sebagian saja, hanya sedikit. Tapi apa yang diinginkan dan diharapkan oleh mereka yang bersedia untuk menginfakkan sebagian harta yang telah Allah anugerahkan kepada mereka, baik secara diam-diam atau secara terang-terangan?
Mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi. Allah menawarkan sebuah usaha yang tidak akan merugi, yaitu dengan 3 hal: selalu membaca Al-Qur’an, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki. Itulah berbisnis dengan Allah, tidak akan rugi dan sangat terjamin.
Ada hubungannya 3 hal ini dengan innahuu ghafuurun syakuur. Lanjutan ayatnya, “… Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka…”
Allah tidak hanya berkata bahwa bisnis ini tidak akan merugi, tapi Dia menambahkan agar kita lebih yakin, janji Allah, “liyuwaffiyahum ujuurahum,” Allah akan menyempurakan pahalanya.
Jadi, jangan khawatir ketika kita beramal, tilawatul Qur’an, meskipun ada kekurangan dan shalat kita masih banyak bocor, belum bisa ikhlas dan khusyu, Allah telah berjanji, Allah akan sempurnakan pahala kita. Tidak hanya itu, Allah juga menjanjikan hal lain agar kita lebih yakin terhadap janji Allah.
Karena manusia saat ini lebih yakin terhadap janji manusia daripada janji Allah, maka Allah menjanjikan, “… Dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
Allah akan menambah karunia-Nya. Allah tidak menyebutkan karunia apa yang akan diberikan. Namun, ada sebuah istilah dalam bahasa tafsir, kata ulama, jika Allah menjanjikan sesuatu tapi Allah sembunyikan, tidak disebutkan seperti dalam ayat ini, Allah menjanjikan pahala yang sempurna dan menambah dengan karunia.
Nah, di sini karunia tersebut tidak dijelaskan. Kata ulama, itu berarti Allah akan memberikan karunia-Nya yang tidak terbatas. Aamiin ya rabbal alamin.