Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan di dalamnya, surga juga merupakan tempat kembalinya orang-orang yang beriman yang akan hidup kekal di dalamnya dengan rasa bahagia dan penuh cinta berkumpul dengan orang-orang shaleh. Syurga juga disifati dengan begitu besar luasnya, seluas seluruh langit yang tujuh dan bumi. Jadi syurga itu lebih besar dari langit itu sendiri.
Menggapai syurga atau bisa disebut dengan jannah, adalah perkara yang sangat di idam-idamkan seluruh umat muslim, Syurga merupakan cita-cita yang paling utama yang seharusnya diusahakan dari sekarang untuk mendapatkannya, begitu pula dengan orang-orang yang beriman yang selalu mencontohkan kepada kita untuk selalu beramal shaleh agar menjadi bekal untuk di hari akhir kelak.
Lalu apa hal yang harus dilakukan agar mendapatkan tiket syurga? Berikut hal-hal yang menjadi jalan agar mendapatkan syurga dengan cara mencintai:
1. Mencintai Allah dan Rasulullah
Mencintai Allah adalah kewajiban bagi setiap hamba, dan merupakan bentuk ibadah yang paling agung. Sebagaimana firman Allah dalam QS. AL-Baqarah: 165
وَالَّذِينَ امَنُوا اَشَدُّ حُبًّا لِلَّه
“Dan orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah”.
Kemudian setelah mencintai Allah, maka akan tumbuh perasaan cinta kita kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, sebagaimana terdapat dalam kisah Umar Bin Khattab Radhiyallahu anhu, yaitu sebuah hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Hisyam Radhiyallahu anhu, ia berkata
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِدٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ. فَقَالَ لَهُ عَمَرُ: فَإِنَّهُ اْلآنَ، وَاللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلآنَ يَا عُمَرُ.
“Kami mengiringi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau menggandeng tangan ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu. Kemudian ‘Umar berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat aku cintai melebihi apa pun selain diriku.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu.’ Lalu ‘Umar berkata kepada beliau: ‘Sungguh sekaranglah saatnya, demi Allah, engkau sangat aku cintai melebihi diriku.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sekarang (engkau benar), wahai ‘Umar.’”.
Mencintai Rasulullah adalah karena Allah, dengan bertambahnya rasa cinta itu, maka akan bertambah pula rasa cinta kita kepada Allah, begitu juga dengan berkurangnya rasa cinta itu, akan berkurang pula rasa cinta kita kepada Allah.
Maka dari itu kita harus sama sama mengetahui bagaimana cara menjaga cinta kita kepada Allah dan Rasulullah? Yaitu caranya dengan mengerjakan apa yang diperintahkan Allah, dan menjauhi apa yang dilarang Allah, kemudian dengan mengerjakan apa yang diperintahkan Allah, hendaklah untuk beribadah dengan landasan Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana sesuai syariat yang telah diperintahkan.
2. Mencintai Kedua Orang Tua
Dengan mencintai Allah dan Rasulullah, maka hubungan kita kepada orang tua akan terjalin dengan baik, sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dengan kita agar selalu menghormati orang tua dengan rasa cinta karena Allah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Isra: 23:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.
Dengan tingginya hak mereka dalam kacamata syariat islam, Allah selalu memerintahkan kepada kita untuk selalu menyuguhkan kebaikan dan berinteraksi dengan sikap yang pantas (ma’ruf), kendatipun demikian jika mereka berada dalam rantai kekafiran, dan mereka memerintahkan kepada kita untuk berbuat sesuatu yang diluar dari jalan aqidah, maka kita harus menolaknya dengan cara yang baik, sebagaimana firman Allah dalam QS. Luqman: 15
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُون
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Maka dari itu mencintai kedua orang tua adalah salah satu tiket yang akan membawa kita ke Syurga.
3. Memuliakan Tetangga
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : (( مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ)). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].
Tetangga adalah orang terdekat kita dalam lingkungan, memuliakan tetangga adalah salah satu akhlak dari orang yang beriman kepada Allah, tak lupa pula dalam hadits tersebut, memuliakan tamu juga hal yang termasuk dalam konteks beriman kepada hari Akhir.
Maka dari itu memuliakan tetangga dan tamu dengan rasa cinta kita kepada Allah akan membawakan kepada kita kemudahan dalam menggapai Jannah.
4. Mencintai Sahabat yang Beriman
Memiliki sahabat yang beriman adalah suatu nikmat yang besar, dalam Qutub Qulub, Umar bin Khattab Rhadiyallahu ‘anhu mengatakan:
ما أعطي العبد بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به
“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat.” (Quutul Qulub 2/17)
Dari sini kita mengetahui bahwa jika memiliki sahabat yang shaleh, maka genggamlah erat mereka, karena dengan adanya sahabat yang shaleh akan menjadi cerminan bagi diri kita, seperti hadits riwayat Bukhori dan Muslim tentang sahabat adalah “Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”.[HR. Bukhari dan Muslim].
Mencintai sahabat yang shaleh pastilah ingin bersama bersahabat sampai syurga, oleh karena itu sahabat yang shaleh akan membersamai kita di Syurga, seperti perkataan Nabi Muhammad, bahwa:
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Setiap orang akan dikumpulkan bersama dengan orang yang ia cintai.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Berkumpul bersama dengan sahabat yang dicintai adalah hal yang indah, maka dari itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberikan hadiah indah, bahwa seorang sahabat bisa menjadi syafa’at bagi sahabat yang lain, yang tentunya ini adalah tiket Syurga yang kita inginkan karena kita selalu mencintai karena Allah.
Demikian hal-hal yang menjadikan cinta sebagai tiket menuju kenikmatan abadi, yaitu dengan mengetahui bahwa tiket terdekat dimulai dengan mencintai Allah dan Rasulullah, kemudian dengan orang-orang terdekat yang ada di sekitar kita dengan cara berlaku baik (ma’ruf).