Di masyarakat islam, tentunya dikenal dengan istilah Nisfu Sya’ban. Malam ini dianggap sebagai malam yang khusus dan spesial karena adanya berbagai dalil dan hadist yang dikemukakan berbagai riwayat. Akan tetapi, malam Nisfu Sya’ban sendiri terdapat berbagai pendapat di dalamnya yang mengganggap benar dan tidak.
Tentunya umat islam harus menjalankan sesuai dengan kisah teladan nabi muhammad dan fungsi agama dalam islam. Berikut adalah penjelasan sekilas mengenai malam Nisfu Sya’ban agar umat islam bisa mengetahui masalah keutamaan nisfu sya’ban ini dan mengambil sikap atas hasil pengetahuannya.
Pengertian Nisfu Sya’ban
Secara umum nisfu sya’ban berarti sebuah bulan yang berada di tanggal 15 atau pertengahan bulan sya’ban (kalendar islam hijriah). Malam ini dianggap sebagai malam yang istimewa karena didalamnya dianggap sebagai malam dimana dipindahkannya kiblat dari baitul maqdis ke masjidi haram.
Hal ini disampaikan menurut pendapat Al Qurthubi dan mendasarkan dalilnya dalam QS Al-Baqarah : 142, “Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka Telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”
Al-Qurthubi memiliki pendapat bahwa ada perbedaan rentang waktu antara pemindarahan kiblat dengan kedatangan ke Madinah. Beberapa mengatakan bahwa pemindahan tersebut terjadi setelah tanggal 16 atau 17 bulan sya’ban kalendar hijriah.
Hal ini juga berbeda dengan apa yang dipendapatkan oleh Imam malik. Imam Malik mengatakan bahwa pemindahan tersebut terjadi sebelum adanya perang badr yaitu pada bulan Rajab di tahun ke-2 Hijriah. Selain itu, ada pula ulama yang mengatakan bahwa malam itu bukanlah malam nisfu sya’ban melainkan lailatul qadar.
Terkait ibadah-ibadah yang dianjurkan di malam ini, beberapa riwayat mengatakan bahwa Rasulullah dalam beribadah senantiasa melaksanakannya setiap waktu atau setiap hari. Rasulullah menyempurnakannya di bulan Ramadhan sedangkan dalam keseharian, Rasulullah senantiasa melaksanakan shalat malam, puasa sunnah, dan ibadah lainnya tanpa mengenal waktu.
Beberapa ulama tau masyarakat yang memandang bahwa nisfu syaban memiliki keutamaan, mendasarkan pada beberapa hadist yang akan dijelaskan di bawah ini. Akan tetapi, hadist-hadist ini pun masih dalam pertentangan pendapat dan perdebatan yang berbeda antar ulama.
Salah satu hadist ini diriwayatkan oleh Aisyah, “Aku pernah kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian aku keluar, ternyata beliau di Baqi, sambil menengadahkan wajah ke langit. Nabi bertanya; “Kamu khawatir Allah dan Rasul-Nya akan menipumu?” (maksudnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi jatah Aisyah). Aisyah mengatakan: Wahai Rasulullah, saya hanya menyangka anda mendatangi istri yang lain. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam nisfu syaban, kemudian Dia mengampuni lebih dari jumlah bulu domba bani kalb.”
Riwayat ini menjadi dasar atau dalil yang sering digunakan oleh orang-orang yang meyakininya hingga di malam nisfu sya’ban ini banyak sekali muslim yang beribadah dan menyempurnakan berbagai amalan. Untuk itu, masjid-masjid ramai dan berbondong orang untuk menyempurnakan shalat.
Walaupun ada berbagai dalil yang berkenaan dengan nisfu sya’ban banyak pula pendapat ulama yang bertentangan dengan hal tersebut. Bahkan, ada pula riwayat-riwayat yang ternyata hadistnya masih dhoif, bahkan palsu. Berikut adalah pendapat ulama mengenai nisfu sya’ban.
“Tidak ada satupun riwayat yang shahih tentang malam nisfu syaban, dan para perowi yang jujur tidak menyampaikan adanya shalat khusus di malam ini. Sementara yang terjadi di masyarakat berasal dari mereka yang suka mempermainkan syariat Muhammad yang masih mencintai kebiasaan orang majusi” (Ibnu Dihyah)
Ibnu Dhiyah menyampaikan hal tersebut, sehingga ia berpendapat bahwa dalam malam nisfu sya’ban tidak ada kekhususan atau keutamaan di dalamnya. Untuk itu, melangsungkan ibadah atau ritual khusus tentunya tidak terdapat dalam syariah. Sebagai bentuknya, ia tidak mengadakan ritual apapun atau kekhususan pada malam nisfu sya’ban. Bahkan menganggap tidak ada nisfu sya’ban.
Pendapat yang lain disampaikan dalam riwayat, “Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR Ibnu Majah dan Athtabrani)
Adanya dalil ini membuat ulama lainnya mengatakan bahwa ada kekhsuusan dalam malam nisfu sya’ban. Untuk itu, beribadah di dalamnya dan segala hal kebaikannya akan mendapat ganjaran pahala lebih. Sehingga benar-benar menyempurnakan ibadah di malam nisfu sya’ban adalah keutamaan.
Hal ini juga disampaikan dalam pendapat lainnya bahwa, “Terkait malam nishfu Sya’ban, dahulu para tabi’in penduduk Syam, seperti Khalid bin Ma’dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan beberapa tabi’in lainnya memuliakannya dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam itu” (Lathaiful Ma’arif, 247)
Ada beberapa hal yang bisa diambil terhadap keutamaan malam nisfu sya’ban, baik yang sepakat atau tidak sepakat adanya keutamaan di dalam malam tersebut.
Terhadap malam nisfu sya’ban tentunya tidak semua ulama memiliki pendapat yang sama. Untuk itu, jikapun menjalankan nisfu sya’ban ataupun tidak maka yang menjadi dasar adalah dalil yang kuat dan pendapat yang kuat bukan atas dasar ikut-ikutan kelompok atau golongan.
Umat islam harus mengikuti pendapat yang benar dan dapat dipertanggungjawabkkan bukan atas dasar golongan semata apalagi sampai pada tindakan mengkafirkan atau mengklaim muslim lainnya seenaknya. Tentu sikap seperti ini mengajarkan bahwa umat islam harus benar-benar memahami islam berdasarkan dalil dan pertanggungjawaban yang ilmiah, bukan hawa nafsu kelompok atau golongan semata (ashobiyah).
Pengertian Ukhuwah Islamiyah, Insaniyah dan Wathaniyah tentunya harus menjadi pegangan umat islam, bukan hanya kepentingan kelompok. Selagi bukan Ciri-Ciri Aliran Sesat Menurut Islam tentu saja masih saudara dan semuslim.
Sikap yang kita ambil terhadap Nisfu sya’ban jangan sampai membuat perpecahan di kalangan umat islam. Hal ini membuat umat islam semakin jauh dan terpecah hanya karena persoalan khialfiyah yang sama-sama mendasarkan pada dalil atau pendapat.
Selagi masih berpegang teguh pada rukun islam dan rukun iman, Fungsi Iman Kepada Kitab Allah, dan Fungsi Iman Kepada Allah SWT tentu hendaknya umat islam bisa memahami hal tersebut dan tetap menjaga ukhuwah islamiyah di dalamnya.
Walaupun terdapat keutamaan nisfu sya’ban, hal ini tidak mengurangi semangat kita beribadah di waktu-waktu lainnya. Begitupun juga tidak perlu mengurangi semangat kita beribadah di malam tersebut, bagi yang tidak meyakini adanya keutamaan.
Allah senantiasa melihat atas dasar niat dan keisitoqmahan kita bukan hanya pada waktu-waktu tertentu. Begitupun sama seperti bulan Ramadhan, yang dilihat adalah output atas keisitiqomahan kita menjalankan ibadah dan menaahan hawa nafsu bukan saat Ramadhan saja. Melainkan di waktu-waktu yang lainnya.
Semoga umat islam senantiasa mengikuti ibadah atas dasar contoh dan sunnah Rasulullah SAW. Umat islam juga bisa menjalankan sunnah rasul lainnya, seperti : Sunnah Rasul Malam Jumat, cara makan Rasulullah , cara mandi dalam Islam , macam -macam shalat sunnah , adab ziarah kubur, dsb sebagai bentuk fungsi iman kepada Allah SWT dan manfaat beriman kepada Allah SWT.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…