Keutamaan Saling Menyampaikan Kebaikan dalam Islam

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Jika kita datang ke Majelis ta’lim/ilmu, kemudian kita mendapatkan sebuah pelajaran, hikmah, suatu cerita, lalu kita share atau kita sampaikan kepada keluarga ketika kita sudah pulang ke rumah, atau kita sampaikan juga kepada teman-teman kita; baik itu melalui pesan WhatsApp, Facebook, Instagram, dan media sosial lainnya. Ini semua dapat menjadi suatu jalan ibadah kita kepada Allah Ta’ala.

Cobalah kita bayangkan! Jika kita memiliki satu ilmu, kemudian kita sebarkan kepada orang lain, semisal melalui media sosial yang kita miliki, berapa ratus atau bahkan berapa ribu orang yang akan membacanya?

Meskipun orang lain hanya akan membacanya, tetapi kita sudah bisa dikatakan sebagai orang yang telah menyampaikan ilmu, pelajaran, atau hikmah kepada orang lain. Oleh karena itu, jangan anggap hal tersebut adalah hal yang kecil dan tidak ada artinya.

Justru inilah yang perlu kita perbanyak, agar nanti di hari Kiamat, kita memiliki banyak amal shaleh. Meskipun tidak besar, sangat sederhana, tapi jika kita sering melakukannya, kita sering menyebarkan hal-hal kebaikan kepada orang lain, maka akhirnya akan menjadi besar. Nilainya pun sangat besar di hadapan Allah Ta’ala. Sehingga, dapat menjadi penyelamat kita dari siksa neraka Jahannam.

Perhatikan surah al-‘Ashr yang memerintahkan kepada kita untuk saling menasehati.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. al-‘Ashr: 1-3)

Oleh karena itu, sampaikanlah nasihat, ilmu kepada orang lain. Inilah salah satu kelebihan dari para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti Abu Bakar ash-Shiddiq yang menerima dakwah dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengucapkan 2 kalimat syahadat.

Kemudian Abu Bakar ash-Shiddiq berdakwah kepada Utsman bin Affan, serta mendatangi para sahabat lainnya untuk mengajak mereka masuk Islam. Mengetahui perbuatan Abu Bakar ash-Shiddiq, Rasulullah tidak mengatakan, “Wahai Abu Bakar, mengapa kamu mengajak orang lain, sedangkan kamu sendiri belum belajar dan mendalami Islam?” Rasulullah tidak mengatakan itu.

Apalagi kondisi kita sekarang ini, umat Islam sangat membutuhkan pelajaran meskipun seadanya. Contohnya, banyak orang yang masuk masjid, namun di antara mereka masih ada yang belum bisa melakukan wudhu dengan baik dan benar, tidak sedikit juga di antara kaum Muslimin yang masih belum mengetahui apa saja keutamaan ibadah wajib serta sunnah yang mereka kerjakan.

Ternyata kita masih malas untuk menyampaikan ilmu, masih enggan untuk berdakwah dan menyampaikan kebenaran. Beragam alasan yang diungkapkan, alasannya merasa malu, tidak enak, takut salah, bukan seorang ustadz atau ustadzah sehingga merasa tidak pantas, dan banyak alasan lainnya.

Ada seorang ulama yang sudah meninggal dunia, kemudian salah seorang muridnya bermimpi dan melihat gurunya berada dalam kenikmatan di alam kubur. Murid itu pun bertanya kepada gurunya, “Wahai Guruku, apa yang telah engkau kerjakan dan engkau lakukan semasa hidup di dunia, sehingga engkau mendapatkan kenikmatan seperti ini?”

Gurunya menjawab, “Selama 70 tahun saya mengajarkan syarh al-Faatihah kepada anak-anak.”

Ternyata hanya mengajarkan surah al-Faatihah dapat menjamin kuburan kita raudhah min riyadhil jannah. Bagaimana jika kita menyampaikan hal yang lebih besar?

Setiap kita mempelajari sesuatu, sebaiknya kita langsung amalkan, kita praktikkan. Simpulkan dari para guru yang telah menyampaikan sebuah pelajaran untuk kita. Hal itu akan menjadi ibadah yang dicintai Allah Ta’ala.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri.” (QS. Fushshilat: 33)

Itu berarti, perkataan kita dalam bidang dakwah, menyampaikan sesuatu meskipun hanya satu persoalan, dan persoalannya pun sangat sederhana. Insya Allah, Allah akan memberikan balasan yang sangat besar untuk kita. Dan insya Allah, nantinya orang yang sudah kita ajari atau kita beri ilmu, orang tersebut akan mengamalkannya kepada yang lain.

Janganlah kita berkata, yang sebenarnya ini merupakan was-was dari setan, bahwa kita merasa diri kita masih menjadi orang yang berdosa, masih menjadi orang yang bersalah, masih memiliki banyak kekurangan, itu bukanlah suatu alasan untuk kita tidak menyampaikan ilmu kepada orang lain.

Jangan kita berkata, “Saya saja belum mengamalkan, saya tidak ahli, saya saja belum shalat malam, saya saja belum puasa Senin Kamis, saya belum sempurna, masa saya ajak orang lain?”

Kita harus tahu bahwa istiqamah menyampaikan dan mengajak orang lain pada hal kebaikan, hal ini akan menjadi sebab terjaminnya hidayah (petunjuk) dari Allah untuk kita. Semoga kita diberikan keistiqamahan oleh Allah untuk menyampaikan kebaikan kepada orang lain. Aamiin.

fbWhatsappTwitterLinkedIn