13 Pahala Menuntut Ilmu Di Bulan Ramadhan yang Istimewa

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Muslim mana yang tidak merindukan kedatangan bulan Ramadhan? Banyak keistimewaan Ramadhan yang bisa didapatkan bagi mereka yang menjalankan puasa Ramadhan.

Terutama ketika malam Lailatul Qadar, kita dianjurkan untuk mengejar berbagai keutamaan Lailatul Qadar. Salah satu hal yang baik dilakukan ketika bulan Ramadhan adalah menuntut ilmu. Ada banyak pahala menuntut ilmu yang bisa didapatkan selama bulan puasa hingga malam terakhir bulan Ramadhan, diantaranya adalah:

1. Mendapat pahala seperti setahun

Dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anh, dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersabda, “Barangsiapa hadir di majelis ilmu pada bulan Ramadhan maka Allah menulis bagi orang tersebut tiap-tiap jangkahan kakinya sebagai ibadah satu tahun”.

2. Pahala dilipatgandakan

Rasulullah SAW: “Maka berhati-hatilah kalian pada bulan Ramadhan, sesungguhnya kebaikan-kebaikan di bulan Ramadhan itu dilipat gandakan pada apa-apa yang tidak dilipat gandakan dalam selain bulan Ramadhan, demikian pula kejelekan-kejelekan (juga dilipat gandakan),” (HR Thabrani)

3. Diangkat derajatnya

Allah SWT dalam Al-qur’an: “Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dari kamu sekalian, dan orang yang diberi ilmu,” (Q. S Al-Mujadalah: 11)

Baca juga:

4. Menjadi pribadi yang takut Allah

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).

5. Jalan menuju surga

Dari Katsir bin Qois, ia berkata, aku pernah duduk bersama Abu Darda’ di Masjid Damasqus, lalu datang seorang pria yang lantas berkata,

“Wahai Abu Ad Darda’, aku sungguh mendatangi dari kota Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- (Madinah Nabawiyah) karena ada suatu hadits yang telah sampai padaku di mana engkau yang meriwayatkannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Aku datang untuk maksud mendapatkan hadits tersebut. Abu Darda’ lantas berkata, sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridho pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air.

Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-bintang lainnya. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.” (HR. Abu Daud no. 3641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits inishahih).

6. Mendapat seluruh kebaikan

Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ

Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).

Baca juga:

7. Mendapat kemuliaan dunia akhirat

Ibnul Qayyim,

ولو لم يكن في العلم الا القرب من رب العالمين والالتحاق بعالم الملائكة وصحبة الملأ الاعلى لكفى به فضلا وشرفا فكيف وعز الدنيا والآخرة منوط به ومشروط بحصوله

Seandainya keutamaan ilmu hanyalah kedekatan pada Rabbul ‘alamin (Rabb semesta alam), dikaitkan dengan para malaikat, berteman dengan penduduk langit, maka itu sudah mencukupi untuk menerangkan akan keutamaan ilmu. Apalagi kemuliaan dunia dan akhirat senantiasa meliputi orang yang berilmu dan dengan ilmulah syarat untuk mencapainya” (Miftah Daaris Sa’adah, 1:104)

8. Merupakan amal jariyah

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seorang manusia mati maka terputuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631)

9. Menghidupkan hati

Dari Abu Musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا ، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا ، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى ، إِنَّمَا هِىَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً ، وَلاَ تُنْبِتُ كَلأً ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقِهَ فِى دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا ، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ

Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan yang bermanfaat) yang mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang bisa menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak.

Di antaranya juga ada tanah yang ajaib (tanah yang bisa menampung air, namun tidak bisa menyerap ke dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk banyak orang, sehingga manusia dapat mengambil air minum dari tanah ini.

Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya, dan manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah ketiga adalah  tanah qi’an (tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air). Inilah permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain.

Dan demikianlah orang yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Baca juga:

10. Menjadi orang yang bahagia

Diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal, Rasulullah saw bersabda, “Pelajarilah ilmu karena mempelajarinya membuatmu takut kepada Allah, mencarinya adalah ibadah, mengingatnya adalah tasbih dan mengkajinya adalah jihad. Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah sedakah. Ia adalah penghibur di saat ketakutan, teman dalam keterasingan, teman berbicara di saat kesendirian, petunjuk di saat senang dan sedih, senjata dalam menghadapi musuh-musuh dan perhiasaan saat berpakaian.

Dengannya Allah mengangkat derajat suatu kaum dan Allah menjadikan kebaikan apabila mereka menjadi pemimpin. Orang-orang mengikuti jejak mereka, meneladani perbuatannya dan menyandarkan kepada pendapatnya. Para malaikat senang bersama dengan mereka dan sayap-sayapnya menyentuh mereka. Pohon-pohon yang subur dan pohon-pohon yang kering, ikan-ikan dan binatang di laut serta binatang buas dan binatang di daratan membacakan istigfar untuknya.

Karena ilmu adalah hidupnya hati dari kebodohan dan penerang penglihatan dari kegelapan. Seseorang dengan ilmunya sampai kepada maqam al-akhyar (orang-orang yang baik) dengan derajat yang sangat tinggi di dunia dan akhirat. Pahala saat berpikir sama dengan pahala puasa.

Pahala mengkajinya sama dengan pahala shalat. Dengan ilmu dapat menyambung silaturahmi dan dengannya dapat mengetahui mana yang halal dan haram. Ia adalah imam dalam beramal dan amal adalah pengikutnya. Ia diberikan kepada orang-orang yang berbahagia dan ia diharamkan kepada orang-orang yang bodoh.” (HR. Ibn Abdul Barr)

11. Termasuk amalan yang utama

Rasulullah saw bersabda, “Menghadiri majelis ilmu lebih utama dari pada sholat seribu rakaat, menjenguk seribu orang sakit, dan mengiring seribu jenazah” (Imam al-Ghazali)

12. Meninggal saat menuntut ilmu akan langsung bertemu Allah

Rasulullah SAW, besabda :

Barangsiapa yang kedatangan maut saat menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah. Dan Tiadalah batas antara dia dengan nabi, melainkan hanya derajat kenabian.” (HR. Thabrani)

13. Pahala seperti haji

Rasuulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Barangsiapa yang pergi ke masjid, tidaklah diinginkannya (untuk pergi ke masjid) kecuali untuk mempelajari kebaikan atau untuk mengajarkan kebaikan. Maka baginya pahala seperti orang yang melakukan haji dengan sempurna.” (Dikatakan syekh al Albaaniy dalam shahiih at targhiib: “Hasan Shahiih”)

Demikian beberapa pahala menuntut ilmu di bulan Ramadhan. Semoga bermanfaat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn