Lain di bibir lain di hati adalah salah satu ungkapan yang menunjuk pada sifat munafik pada manusia. Yakni ketika seseorang mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang ia ketahui untuk mencapai tujuan tertentu yang menguntungkan dirinya tanpa melihat kerugian pada orang lain.
Namun selama ini kita mengetahui sifat munafik hanya sebatas pada istilah tersebut saja padahal ada banyak ciri-ciri sifat yang menunjukkan sifat munafik pada manusia seperti, dusta, khianat, dan masih banyak lainnya. (Baca juga: Cara Menghilangkan Dendam dalam Islam)
Untuk itu artikel kali ini akan membahas mengenai beberapa ciri-ciri orang yang munafik beserta penjelasannya dari al-Quran untuk kita ketahui bersama dan menghindari serta menyikapi dengan bijak
Ciri-Ciri Orang Munafik
Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai 35 ciri-ciri orang munafik.
Ciri pertama dari orang munafik adalah dusta atau berbohong. Berdusta atau berbohong adalah suatu tindakan tercela yang tak hanya dibenci oleh manusia yang dibohongi tapi juga oleh agama. Agama melarang keras bagi umatnya untuk berdusta karena tindakan ini jelas akan memberi kerugian dan lebih banyak mudorotnya.
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menerangkan bahwa Allâh Azza wa Jalla telah membagi manusia ke dalam dua bagian, yakni orang yang jujur dan orang yang munafik. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Qur’an Surat al-Ahzab ayat 24 yang berbunyi:
لِّيَجۡزِيَ ٱللَّهُ ٱلصَّٰدِقِينَ بِصِدۡقِهِمۡ وَيُعَذِّبَ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ إِن شَآءَ أَوۡ يَتُوبَ عَلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورٗا رَّحِيمٗا ٢٤
Artinya:
Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Ahzâb/33:24] (Baca juga: Jenis Ghibah yang Diperbolehkan dalam Islam)
Khianat adalah ciri berikutnya dari sifat munafik. Yakni saat seseorang yang tidak komitmen dengan apa yang dijalaninya dan tidak pernah menepati perkataannya tanpa ada kejelasan apapun. Islam secara tegas melarang tindakan khianat ini karena seseorang akan merasa sangat tersakiti jika dikhianati kepercayaannya.
Tindakan khianat ini dijelaskan dalam al-Qur’an Surat al-Mu’minun Ayat 8 dan al-Anfaal ayat 27
وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ٨
Artinya:
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Q.S al-Mu’minun : 8)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓاْ أَمَٰنَٰتِكُمۡ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٢٧
Artinya:
Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur. (Baca juga: Cara Mensyukuri Nikmat Allah SWT)
Fujur adalah sebuah sifat tercela dimana seseorang yang emosinya berlebihan bahkan melampaui batas saat terjadi pertikaian dengan orang lain. Orang dengan ciri ini akan terus ingin menang dan tidak terima dengan kesalahannya sehingga menunjukkan sikap yang melampaui batas untuk menekan lawan tengkarnya. (Baca juga: Cara Mendidik Anak Perempuan Menurut Islam)
Ingkar janji adalah salah satu ciri munafik lainnya karena seseorang yang ingkar janji tidak bisa memegang perkataannya sendiri dan tidak pernah menepati janji yang sudah ia tebarkan ke banyak orang. Menepati janji hukumnya adalah wajib, artinya ketika seseorang membuat janji maka harus menepati janji yang telah ia ucapkan tersebut.
Dalam Alquranpun telah dijelaskan mengenai janji yang harus ditepati dan tidak boleh diingkari.
Seperti yang tertuang dalam Surat an-Nahl ayat 91 yang berbunyi:
وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّمۡ وَلَا تَنقُضُواْ ٱلۡأَيۡمَٰنَ بَعۡدَ تَوۡكِيدِهَا وَقَدۡ جَعَلۡتُمُ ٱللَّهَ عَلَيۡكُمۡ كَفِيلًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا تَفۡعَلُونَ ٩١
Artinya:
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (Q.S an-Nahl:91)
Kemudian dalam surat al-Isra’ ayat 34 yang berbunyi:
وَلَا تَقۡرَبُواْ مَالَ ٱلۡيَتِيمِ إِلَّا بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ حَتَّىٰ يَبۡلُغَ أَشُدَّهُۥۚ وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِۖ إِنَّ ٱلۡعَهۡدَ كَانَ مَسُۡٔولٗا ٣٤
Artinya:
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. (Baca juga: Cara Bersyukur Menurut Islam)
Malas beribadah juga masuk dalam kategori ciri-ciri sifat munafik, hal ini dikatakan secara jelas dalam al-Qur’an Surat an-Nisa’ ayat 142 yang berbunyi:
إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلٗا ١٤٢
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
Ayat ini menceritakan tentang bagaimana seseorang munafik yang pergi ke masjid atau surau, dengan berat hati ia seret kedua kakinya seakan-akan berat dan sangat sulit untuk berjalan karena terbelenggu rantai. Kemudian ketika ia sampai di dalam masjid atau surau dia malah memilih untuk duduk di shaf yang paling akhir tanpa mengetahui apa yang dibaca imam dalam sholat, apalagi untuk menyimak dan menghayatinya. (baca juga: Pamer dalam Islam )
Riya adalah termasuk sifat sombong yang sangat tercela dan dibenci oleh Allah. Contoh sederhaa dari sifat Riya’ ini adalah ketika seseorang yang sengaja menampakkan sholat dengan rajin dan khusyuk tetapi ketika seorang diri dia mempercepat sholatnya atau bahkan tidak sholat sama sekali. Apabila di depan banyak orang dia berbuat baik dan rendah hati tapi ketika sendirian dia berbuat jahat dan tinggi hati. Apabila bersama orang lain dalam suatu majlis, dia menampakkan sikap zuhud dan berakhlak baik, demikian juga pembicaraannya. Namun, jika dia seorang diri, dia akan melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.
Perkara tentang Riya telah difirmankan oleh Allah dalam Qur’an Surat al-Maa’un ayat 4-7 yang berbunyi:
فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٤ ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥ ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ ٦ وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ ٧
Artinya:
(4) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (6) orang-orang yang berbuat riya (7) dan enggan (menolong dengan) barang berguna (7) Sedikit Berzikir. (Baca juga: Cara Menghindari Riya)
Orang-orang yang tidak khusyuk sholatnya, malah mempercepat gerak dan bacaan sholatnya adalah ciri lain dari munafik. Yakni orang-orang yang fikiran dan hatinya tidak menyatu bahkan tidak menghadirkan keagungan dan kebesaran Allah SWT dalam sholatnya.
Perkara ini juga telah diriwayatkan dalam sebuah hadis Nabi SAW yang pernah bersabda bahwa:
“Itulah sholat orang munafik, … lalu mempercepat empat rakaat (sholatnya)”
Orang-orang dengan sifat munafik biasanya tidak bercermin pada diri sendiri dan malah memperolok orang-orang yang taat dengan ungkapan sindiran atau bahkan kasar yang tidak enak didengar seperti cemohan ataupun celaan.
Sepanjang hidupnya ia sibuk mencemooh orang-orang sholeh yang dianggapnya selalu jelek dan berlebihan.
Orang-orang munafik seringnya tidak sadar dengan ucapan dan tindakannya yang melewati batas. Selain mengolok-olok orang soleh ia juga bahkan tidak segan untuk mengolok-olok Qur’an maupun hadis yang merupakan dasar pedoman bagi agama Islam beserta dengan amalan-amalan lainnya.
Walaupun mereka menganggapnya hanya sebagai candaan saja namun hal tersebut sudah termasuk kafir. Seperti firman Allah dalam Qur’an Surat at-Taubah ayat 65-66 yang berbunyi:
وَلَئِن سَأَلۡتَهُمۡ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلۡعَبُۚ قُلۡ أَبِٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمۡ تَسۡتَهۡزِءُونَ ٦٥ لَا تَعۡتَذِرُواْ قَدۡ كَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡۚ إِن نَّعۡفُ عَن طَآئِفَةٖ مِّنكُمۡ نُعَذِّبۡ طَآئِفَةَۢ بِأَنَّهُمۡ كَانُواْ مُجۡرِمِينَ ٦٦
Artinya:
(65) Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? (66) Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (Q.S. At-Taubah: 65-66)
Ciri berikutnya dari sifat munafik adalah dengan bersumpah palsu. Yakni orang-orang yang jika ia sedang bersaksi maka ia memberikan sumpah palsu dengan tanpa memperdulikan dosa maupun akibat negative dari sumpah palsunya tersebut.
Ia bahkan berani mengucap sumpah dengan menyertakan Demi Allah yang dilakukan semata-mata untuk menutupi kedustaannya. Dan jika ia ditegur atau dinasehati ia malah mengumpat, mengelak atau bahkan memfitnah orang lain supaya ia terbebas dari sangkaan atau dugaan terhadapnya.
Perkara tentang sumpah palsu ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an Surat Al-Munafiqun ayat 2 dan Al-Mujadilah ayat 16 yang berbunyi:
ٱتَّخَذُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ جُنَّةٗ فَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِنَّهُمۡ سَآءَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٢
Artinya:
Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. al-Munafiqun:2)
ٱتَّخَذُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ جُنَّةٗ فَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ فَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّهِينٞ ١٦
Artinya:
Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan. (Al-Mujadilah:16). (Baca juga: Cara Menghindari Syirik)
Selain bersikap merugikan orang lain, orang-orang munafik juga sangat pelit dan tidak mau melakukan hal-hal yang bersifat berkorban untuk membantu orang lain apalagi yang sekiranya merugikan diri. ia hanya ingin untung sendiri dan tidak peduli dengan kerugian orang lain. Dan ia juga sangat hitung-hitungan bahkan menghindari terhadap hal-hal yang akan mengurangi kekayaan hartanya yang sebenarnya juga merupakan hak dari orang lain yang lebih membutuhkan. Jikapun mereka berinfak, maka hanya untuk kepentingan tertentu yang menjurus kepada riya’ maupun sum’ah.
Padahal infak sangat di anjurkan dan diperintahkan dengan jelas dalam alqur’an maupun dalam hadis. Seperti firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 254 ini yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَنفِقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰكُم مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَ يَوۡمٞ لَّا بَيۡعٞ فِيهِ وَلَا خُلَّةٞ وَلَا شَفَٰعَةٞۗ وَٱلۡكَٰفِرُونَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٢٥٤
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa´at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.
Kemudian dalam surat al-Hajj ayat 22 yang berbunyi:
كُلَّمَآ أَرَادُوٓاْ أَن يَخۡرُجُواْ مِنۡهَا مِنۡ غَمٍّ أُعِيدُواْ فِيهَا وَذُوقُواْ عَذَابَ ٱلۡحَرِيقِ ٢٢
Artinya:
Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan), “Rasailah azab yang membakar ini”
Orang-orang munafik tidak memiliki rasa kepedulian terhadap orang lain walaupun terhadap sesama kaum muslim lainnya dan hanya peduli terhadap kemakmuran dirinya sendiri saja.
Hal inilah yang membuat barisan kekuatan para muslim menjadi lemah karena menjadi terpecah-belah akibat ketidak pedulian kepada sesame muslimnya.
Ciri lain dari sifat munafik adalah dengan melebih-lebihkan kejadian apalagi kesalahan orang lain. Ketika ia melihat sedikit kesalahan dari orang lain maka ia akan langsung menyebarkannya secara berlebihan dan terus mengulanginya hingga ia merasa bosan sendiri sehingga semua orang mengetahui bahkan menjadi salah paham terhadap orang yang terus dijadikan bahan omongan. (Baca juga: Cara Mengatasi Galau dalam Islam)
Orang munafik selalu berpikiran pendek tentang apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi padanya, tidak menyadari bahwa semua apa yang terjadi dalam hidup ini adalah atas ijin dari Allah SWT. Ketika ia tertimpa musibah ia akan menyalahkan orang lain atau langkah yang diambilnya, bukan menerima apalagi mengakui hikmah dari musibah yang ia alami.
Menjelek-jelekkan orang lain di belakang adalah salah satu kebiasaan seorang munafik. Ia akan dengan santainya mencaci maki, menjelek-jelekkan, mengumpat dan menjatuhkan kehormatan mereka tanpa berkaca pada dirinya sendiri.
أَشِحَّةً عَلَيۡكُمۡۖ فَإِذَا جَآءَ ٱلۡخَوۡفُ رَأَيۡتَهُمۡ يَنظُرُونَ إِلَيۡكَ تَدُورُ أَعۡيُنُهُمۡ كَٱلَّذِي يُغۡشَىٰ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ فَإِذَا ذَهَبَ ٱلۡخَوۡفُ سَلَقُوكُم بِأَلۡسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى ٱلۡخَيۡرِۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَمۡ يُؤۡمِنُواْ فَأَحۡبَطَ ٱللَّهُ أَعۡمَٰلَهُمۡۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٗا ١٩
Artinya:
Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S. al-Ahzab:9)
Seseorang yang munafik akan cenderung malas dan bahkan meninggalkan sholat berjamaah walaupun keadaannya sehat wal’afiat. Ia enggan mendatangi masjid walaupun panggilan adzan telah berkumandang dan memiliki waktu luang tanpa hambatan apapun. Ia akan hanya diam seperti tidak mendengar panggilan adzan karena hatinya tertutup oleh kemunafikan.
Orang munafik selalu memutar otaknya untuk mendapatkan banyak keuntungan walaupun keuntungan itu harus dengan cara merugikan orang lain. Dan ia sangat pandai untuk memutar balikkan fakta dan menipu orang-orang seakan-akan sedang mengusahakan perbaikan pada dunia padahal ia hanya mengarah keuntungan walaupun dengan mengorbankan dan membuat kerusakan di bumi.
Hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 11-12 yang berbunyi:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ ١١ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ ١٢
(11) Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan” (12) Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (Al-Baqarah: 11-12) (Baca Juga: Pernikahan Beda Agama)
Orang-orang munafik sebenarnya secara zahir telah menyadari dan mengakui tentang adanya Nabi Muhammad sebagai Rasul utusan Allah, namun secara Bathinnya ia masih mendustakan kesaksian tersebut dan memiliki perasaan terselubung yang busuk dan menghancurkan. Penampilan luarnya terlihat beriman namun dalam hatinya hanya main-main.
Orang-orang munafik selalu memiliki siasat jahat sehingga ia selalu merasa takut jika orang lain juga memiliki siasat jahat terhadapnya. Jiwanya tidak tenang dengan pikiran-pikiran negative yang selalu menggerogoti hatinya dan terlalu sibuk dengan persoalan duniawi. Sehingga ia berharap bahwa hidupnya tetap seperti ini dan tidak diganggu oleh siapapun padahal kehidupan manusia adalah layaknya seperti roda yang terus berputar, kadang di atas dan kadang di bawah. (Baca juga: Murtad Dalam Islam)
Orang munafik selalu punya alasan untuk menghindari tanggung jawab apalagi yang bersifat mengorbankan diri seperti berperang atau membantu sesama umat muslim.
وَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ ٱئۡذَن لِّي وَلَا تَفۡتِنِّيٓۚ أَلَا فِي ٱلۡفِتۡنَةِ سَقَطُواْۗ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةُۢ بِٱلۡكَٰفِرِينَ ٤٩
Di antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah”. Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (At-Taubah: 49)
Orang-orang munafik secara diam-diam akan terus merusak bumi dan seisinya terlebih dengan akhlak masyarakatnya dengan berbagai cara seperti menggembar-gemborkan tentang kemerdekaan wanita, persamaan hak, penanggalan hijab/jilbab. Mereka juga berusaha memasyarakatkan nyanyian dan konser, menyebarkan majalah-majalah porno (semi-porno) dan narkoba.
Ia terus mengajak orang-orang untuk menikmati hidup yang singkat dan Cuma sekali. Ia mengajak supaya orang-orang tidak terlalu larut dengan ibadah dan keagamaan yang menurutnya semu.
Orang-orang munafik biasanya sangat gila harta dan sangat pelit walau hanya untuk membagi sedikit kekayaannya untuk keluarganya sendiri sekalipun apalagi untuk orang lain yang bukan keluarganya seperti bersedekah atau infak. (Baca juga: Hukum Menyakiti Hati Orang Lain dalam Islam)
Allah sang pencipta seluruh alam dan isinya adalah dzat yang sudah sepatutnya kita ingat dan kita sembah. Akan tetapi hal ini tidak berlaku bagi para munafik. Mereka hanya mengingat kekayaan dan kesenangan duniawi tanpa mengingat Allah SWT.
Allah adalah maha benar dan Rasul adalah utusan Allah yang membawa kebenaran dan keselamatan bagi umat manusia. Namun mereka (orang munafik) tidak mengakuinya dan malah menyebarkan bahwa hal itu adalah dusta semata.
Hal ini dijelaskan dalam Qur’an surat al-Ahzab ayat 12 yang berbunyi:
وَإِذۡ يَقُولُ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ مَّا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ إِلَّا غُرُورٗا ١٢
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya” (Al-Ahzab: 12) (Baca juga: Doa Menghadapi Orang Yang Membenci Kita)
Orang munafik selalu sibuk memperbaiki penampilan mereka namun tidak pernah memperhatikan penampilan batin mereka di hadapan Allah SWT. Mereka hanya sibuk berbelanja duniawi tanpa menerapkan sholat, dzikir, dan lainnya.
Orang munafik tidak memiliki ilmu apapun namun ia selalu bersikap dan berbicara seolah-olah ia adalah orang berilmu dan berpendidikan. Bicaranya selalu wah dan angkuh supaya terlihat terhormat dan berwibawa.
Orang munafik hanya tertarik pada urusan duniawi dan mendalami segala hal untuk memperkaya harta serta derajat di mata manusia lain seperti mengendarai mobil dan mendalami ilmu-ilmu untuk terlihat keren namun ia enggan untuk mempelajari agama sehingga pengetahuan tentang keagamaannya sangat nihil.
Orang munafik berbaur dan bersama-sama melakukan kebaikan dengan orang taat, namun sesungguhnya ia selalu menganggap ringan perkara-perkara yang melawan hukum Allah SWT bahkan menentang-Nya dengan melakukan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan secara sembunyi-sembunyi.
يَسۡتَخۡفُونَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَلَا يَسۡتَخۡفُونَ مِنَ ٱللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمۡ إِذۡ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرۡضَىٰ مِنَ ٱلۡقَوۡلِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطًا ١٠٨
Artinya:
Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redlai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. (An-Nisa’: 108) (Baca juga: Cara Menjauhi Zina dalam Islam)
Orang munafik merasa senang melihat orang lain susah, namun sebaliknya ia merasa susah bila melihat orang lain senang. Ia senantiasa mengikuti perkembangan berita dan menyebarluaskan berita-berita duka dengan memasang caption ikut prihatin padahal hatinya senang dan terhibur karena berita duka tersebut.
Orang munafik tidak hanya menipu dan merugikan orang lain tapi juga dengan sengaja melalaikan sholat fardhu tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Orang munafik selalu merasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain dan selalu menghasut orang-orang untuk juga merasakan iri seperti yang ia rasakan.
Orang munafik memiliki sifat pelit namun selalu menganggap apa yang milik orang lain itu bisa ia pinjam atau pinta tanpa harus ia meminta ijin terhadap si pemilik, dan jika ia tidak dibolehkan untuk meminjam maka ia marah dan menyebarluaskan ke orang-orang lain bahwa orang tersebut pelit.
Orang munafik tidak pernah puas dengan kekayaan harta yang dimilikinya sehingga ia tidak segan-segan untuk memakan harta anak yatim. (Baca juga: Hukum Mendengarkan Musik Dalam Islam)
Orang munafik selalu gila harta dan enggan membagi hartanya walaupun dalam bentuk pinjaman kepada sesama umat muslim yang membutuhkan. Namun ketika ia membutuhkan bantuan berupa pinjaman uang maka ia akan sulit dan tidak rela untuk membayar hutangnya tersebut.
Orang munafik tidak memperdulikan hal lain selain kesenangan dirinya dalam hal duniawi walaupun harus memutus silaturahmi.
Demikianlah pembahasan mengenai sifat-sifat munafik yang harus kita hindari. Semoga artikel ini memberi manfaat positif bagi para pembaca sekalian.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…