Allah SWT telah menciptakan jiwa manusia dengan kecenderungan keegoisan sebagai ujian. Kecuali dia hidup dengan nilai-nilai moral Al-Qur’an dan menjinakkan hasrat duniawinya, perasaan ini akan mendominasi seluruh kerangka moralnya.
Orang seperti itu biasanya menganggap dirinya sendiri, bukan orang lain seperti Tasawuf syiah. Dia selalu menginginkan yang terbaik, terbaik dan paling sempurna dari segalanya untuk dirinya sendiri. Dia ingin memiliki harta benda dan anak-anak dan untuk keluarganya sendiri hanya untuk merasa nyaman.
Dalam menghadapi kesulitan, ia akan mengharapkan orang-orang di sekitarnya untuk menjalani semua jenis risiko dan masalah baginya dan untuk mendukungnya, bahkan dengan mengorbankan kepentingan mereka sendiri seperti rukun islam.
Dia berusaha melindungi keinginan dan minatnya sendiri dan untuk memastikan kenyamanan dan kenyamanannya sendiri. Ketika situasinya berbeda, dia dapat melupakan banyak hal yang dia hargai, demi melindungi kepentingannya sendiri dan mencegah bahaya apa pun yang datang kepadanya.
Allah telah mengungkapkan perasaan egois yang penuh hasrat ini dalam hasrat duniawinya sebagai berikut dalam Al Qur’an:
“Sesungguhnya manusia diciptakan keras kepala – putus asa ketika hal-hal buruk terjadi, menyesali ketika hal-hal baik datang.” (QS. 70: 19-21).
Berikut 8 larangan egois dalam islam:
1. Anda melihat realitas tentang Kebenaran
Kebenaran ada dalam hadist dan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT inilah mengapa dilarang untuk egois, Ini tercantum dalam Al Qur’an :
قَدْ جَآءَكُم بَصَآئِرُ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ عَمِىَ فَعَلَيْهَا ۚ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيْكُم بِحَفِيظٍ
Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu). (Al-An’am 6:104)
2. Panduan Allah SWT adalah yang benar untuk Anda
Ini juga telah di jelaskan dalam Al Qur’an :
قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَكُمُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَنِ ٱهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۖ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيْكُم بِوَكِيلٍ
Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu”. (Yunus 10:108)
3. Jika Kejahatan Anda lawan Maka Akan Berdampak Baik Pada Diri Anda
Larangan dan ajaran islam semata-mata demi menuntun dan menjamin kesejahteraan umatnya. Jadi ini adalah hal terbaik dan juga tercantum dalam Al Qur’an :
ومن جاهد» جهاد حرب أو نفس «فإنما يجاهد لنفسه» فإن منفعة جهاده له لا لله «إن الله لغني عن العالمين» الإنس والجن والملائكة وعن عبادتهم.
(Dan barang siapa yang berjihad) maksudnya jihad fisik atau jihad nafsi (maka sesungghnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri) karena manfaat atau pahala dari jihadnya itu kembali kepada dirinya sendiri, bukan kepada Allah. (Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya dari semesta alam) yaitu dari manusia, jin dan Malaikat, dalam arti kata Dia tidak memerlukan sesuatu pun dari mereka, juga Dia tidak membutuhkan ibadah mereka kepada-Nya. (Tafsir Al-Jalalain, Al-‘Ankabut 29:6)
4. Mengajarkan Bersyukur
Tidak ada yang lebih baik dalam larangan egois kecuali mengajarkan umat NYA untuk bersyukur. Seperti dalam ayat Al Qur’an :
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Luqman 31:12)
5. Mensucikan Diri
Seperti yang tercantum dalam al Qur’an :
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۚ وَإِن تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَىٰ حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَىْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰٓ ۗ إِنَّمَا تُنذِرُ ٱلَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُم بِٱلْغَيْبِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ ۚ وَمَن تَزَكَّىٰ فَإِنَّمَا يَتَزَكَّىٰ لِنَفْسِهِۦ ۚ وَإِلَى ٱللَّهِ ٱلْمَصِيرُ
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah kembali(mu). (Fatir 35:18)
6. Jika Berlaku Tak Adil
Jika Tidak adil maka sesungguhnya Anda sedang tidak adil juga pada diri sendiri seperti penerapan kebenaran pragmatis dalam ajaran islam. Al Qur’an menyatakan:
وما يستوي البحران هذا عذب فرات» شديد العذوبة «سائغ شرابه» شربه «وهذا ملح أجاج» شديد الملوحة «ومن كل» منهما «تأكلون لحما طريا» هو السمك «وتستخرجون» من الملح، وقيل منهما «حلية تلبسونها» هي اللؤلؤ والمرجان «وترى» تُبصر «الفلك» السفن «فيه» في كل منهما «مواخر» تمخر الماء، أي تشقه بجريها فيه مقبلة ومدبرة بريح واحدة «لتبتغوا» تطلبوا «من فضله» تعالى بالتجارة «ولعلكم تشكرون» الله على ذلك.
(Dan tiada sama -antara- dua laut; yang ini tawar, segar) sangat tawar (sedap diminum) sedap rasanya (dan yang lain asin lagi pahit) karena terlalu asin.
(Dan dari masing-masing) kedua laut itu (kalian dapat memakan daging yang segar) yaitu ikan (dan kalian dapat mengeluarkan) dari laut yang asin, menurut pendapat yang lain dari laut yang tawar juga (perhiasan yang dapat kalian memakainya) yaitu berupa mutiara dan batu Marjan (dan kamu lihat) kamu dapat menyaksikan (bahtera) perahu (padanya) yakni pada masing-masing dari keduanya (dapat berlayar) dapat membelah airnya karena dapat melaju di atasnya; baik maju atau pun mundur hanya dengan satu arah angin (supaya kalian dapat mencari) berupaya mencari (karunia-Nya) karunia Allah swt. melalui berniaga dengan memakai jalan laut (dan supaya kalian bersyukur) kepada Allah atas hal tersebut. (Tafsir Al-Jalalain, Fatir 35:12).
7. Perbuatan Baik Adalah Untuk Diri Sendiri
Al Qur’an telah menjelaskan :
مَّنْ عَمِلَ صَٰلِحًا فَلِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰمٍ لِّلْعَبِيدِ
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya. (Fussilat 41:46).
8. Ajaran Yang Melindungi Diri Sendiri
Sesungguhnya Allah melarang egois agar kita tidak mendapatkan dampak yang buruk dan terhindar dari segala hal yang menyesatkan seperti sumber pokok ajaran islam.
Demikian penjelasan terkait apa saja larangan egois dalam islam yang harus kaum muslim tahu agar tidak lagi memiliki sifat egois baik sengaja atau tidak sengaja.