Manusia, fitrahnya merupakan makhluk Allah yang tidak sempurna, yang tidak bisa luput dari kesalahan dan dosa. Setiap manusia pastinya pernah melakukan kesalahan, entah itu ia sadari ataupun tidak. Rasulullah SAW bersabda:
“كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُوْنَ”.
“Setiap anak cucu Adam pasti melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah dia yang selalu mau bertaubat”. (H.R. Tirmidzi)
Yah, sesuai yang dijelaskan dalam hadis Rasulullah Saw di atas, bahwa sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang sanggup dan mau bertaubat kepada tuhan, berusaha memohon ampun atas dosa-dosanya. Sebesar apapun dosa yang ia lakukan, bahkan dosa yang tak terampuni seperti syirik dalam islam sekalipun, selama ia mau bertaubat maka Allah swt, zat yang maha pengampun akan memberinya jalan. Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat dan mempelajarai cara taubat nasuha.
Kata bertaubat barangkali lebih kerap terungkapkan dalam kata hijrah oleh saudara/saudari islam masa kini, yang dimana seseorang memutuskan untuk berpindah meningglkan perbuatan yang tercela menuju perbuatan yang terpuji dan diridhoi oleh Allah swt. Orang yang berhijrah tentunya akan berjalan semulus memutarbalikkan telapak tangan. Hal itu membutuhkan keputusan serta keteguhan hati yang bulat. Kita tidak boleh terpengaruh oleh ucapan-ucapan negatif dari orang sekitar.
Jadi, jika anda termasuk orang-orang yang telah bertaubat kepada Allah swt maka sudah sepatutnya anda bersyukur dan tetap beristiqomah pada keputusan yang anda lakukan. Sementara bagi anda yang belum mendapatkan hidayah allah kepada manusia, janganlah sekali-kali kalian mencela saudara/saudari kalian yang telah bertaubat. Jagalah hati dan lisan kalian, jangan biasakan mencela orang lain yang sedang berproses hijrah menjadi lebih baik.
Adapun larangan mencela orang muslim yang sudah bertaubat dapat dilihat dari ayat berikut ini:
أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Hujarat [49]: 11)
Pada dasarnya, kita memang dilarang untuk mencela sebagaimana yang telah ditegaskan dalam ayat di atas, termasuk mencela perbuatan orang yang sudah bertaubat. Tidak sepantasnya kita mengungkit perbuatan-perbuatan dosa yang dilakukan oleh seorang muslim/muslimah, terlebih ketika ia sudah bertaubat.
Hasan Al Basri berkata,
كانوا يقولون من رمي أخاه بذنب قد تاب إلى الله منه لم يمت حتى يبتليه الله به
“Para sahabat dan tabi’in memiliki konsep, barang siapa yang mencela saudaranya, karena dosa-dosanya, sedangkan saudaranya itu sudah bertaubat kepada Allāh, maka si pencela tidak akan meninggal dunia kecuali dia akan mengalami dosa saudaranya tersebut.” [6]
Oleh karena itu, marilah menjaga lisan. Jangan sampai hanya karena kita tidak bisa mengontrol lidah, kita terjerumus ke dalam perbuatan yang dilaknat oleh Allah swt.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﻟَﻴَﺘَﻜَﻠَّﻢُ ﺑِﺎﻟْﻜَﻠِﻤَﺔِ ﻟَﺎ ﻳَﺮَﻯ ﺑِﻬَﺎ ﺑَﺄْﺳًﺎ ﻳَﻬْﻮِﻱ ﺑِﻬَﺎ ﺳَﺒْﻌِﻴﻦَ ﺧَﺮِﻳﻔًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
“Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan satu kalimat, ia tidak menganggapnya berbahaya; dengan sebab satu kalimat itu ia terjungkal selama tujuh puluh tahun di dalam neraka.” [7]
Demikianlah pembahasan mengenai larangan mencela orang muslim yang bertaubat. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin!