Segala sesuatu yang berlebihan dalam islam tentu dilarang ya sobat, sebab bisa memberikan dampak yang buruk, hal itu wajib diketahui oleh kita sebagai umat muslim untuk melakukan segala sesuatu dengan wajar dan tidak berlebihan terhadap sesuatu. Nah sobat, yang saat ini sering kita temui adalah banyaknya media media yang memberikan hiburan secara berlebihan seperti komedi yang melanggar etika berbicara dalam islam dsb
yang mungkin memang niatnya baik yakni untuk memberikan kesenangan atau menghibur orang lain. Namun sobat, jika tertawa dilakukan dengan berlebihan tentu bukan hal yang baik, membuat lupa akan ibadah, membuat lupa akan dosa dosa, dsb. Berikut selengkapnya mengenai hal tersebut menurut islam, Larangan Tertawa Berlebihan dalam Islam.
Tertawa Berlebihan Mematikan Hati
- (H.R. Tirmidzi dan Baihaqi)
Jika aktivitas bahaya tertawa berlebihan dalam islam yakni tertawa ini di lakukan sehari-hari maka tanpa kita sadari waktu kita akan terbuang sia-sia hanya untuk bercanda atau hal yang tidak berguna lain nya. Rasulullah menegaskan dalam sebuah hadist yang di riwayatkan Abu Hurairah: “Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa itu akan mematikan hati,”.
- (H.R. Bukhori Muslim)
Terdapat dalam Sabda keutamaan Aisyah istri Rasulullah SAW. Mengatakan bahwa: “Aku belum pernah melihat baginda Rosulullah SAW tertawa terbahak hingga terlihat tenggorokan beliau. Beliau biasanya hanya tersenyum.
- (Hadist Bukhari Muslim)
Janganlah engkau banyak tertawa, karena banyak tawa itu akan mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah “
Larangan Tertawa Berlebihan dari Dalil Rasulullah
Allah ta’ala berkata kepada anak adam: “Wahai anak adam! Saya tidak akan menghalangi apa yang engkau inginkan. Apakah engkau ridha jika saya berikan kepada engkau dunia dan ditambah dengan yang semisalnya? “ Anak Adam itu pun berkata: “Wahai Rabb-ku! Apakah Engkau mengejekku, sedangkan Engkau adalah Rabb alam semesta?”
Kemudian Ibnu Mas’ud pun tertawa dan berkata, “Mengapa kalian tidak bertanya kepadaku tentang hukum berbohong dalam candaan, mengapa aku tertawa?” Murid-murid Ibnu Mas’ud pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa?” Beliau menjawab, “Seperti inilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa. Para sahabat pun bertanya kepada Rasulullah, ‘Mengapa engkau tertawa, ya Rasulullah?’ Beliau pun menjawab:
‘Karena tawanya Rabb alam semesta ketika dia (anak adam) berkata: Apakah Engkau mengejekku sedangkan Engkau adalah Rabb alam semesta?’ Kemudian Allah berkata, ‘Sesungguhnya Aku tidak mengejekmu, tetapi semua yang Aku inginkan Aku mampu.’.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hadits di atas melarang seseorang untuk banyak tertawa dan bukan melarang seseorang untuk tertawa. Tertawa yang banyak dan berlebih-lebihanlah yang mengandung celaan dan beresiko azab menghina islam yang mengerikan.
Tertawa yang Diperbolehkan dalam Islam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bercanda. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, para sahabat pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Ya Rasulullah! Sesungguhnya engkau sering mencandai kami.” Beliau pun berkata: “Sesungguhnya saya tidaklah berkata kecuali yang haq (benar).” Di antara canda-canda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tercantum pada dua hadits berikut:
- Diriwayatkan dari Anas radhiallahu ‘anhu bahwasanya seseorang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dia pun berkata, “Ya Rasulullah! Angkatlah saya (ke atas onta)!” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Sesungguhnya kami akan mengangkatmu ke atas anak onta.” Lelaki itu pun berkata, “Apa yang saya lakukan dengan seekor anak onta?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukankan onta-onta perempuan melahirkan onta-onta?
- Diriwayatkan dari Al-Hasan radhiallahu ‘anhu, dia berkata,
“Seorang nenek tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nenek itu pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga!’ Beliau pun mengatakan, ‘Wahai Ibu si Anu! Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.’ Nenek tua itu pun pergi sambil menangis.
Beliau pun mengatakan, ‘Kabarkanlah kepadanya bahwasanya wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua. Sesungguhnya Allah ta’ala mengatakan: (35) Sesungguhnya kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. (36) Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. (37) Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS Al-Waqi’ah)
Jika kita perhatikan hadits–hadits di atas, maka kita akan mendapatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercanda pada beberapa keadaan tertentu, tetapi canda beliau tidak mengandung kedustaan dan selalu benar.
- Orang yang terlalu serius dan selalu terlihat tegang dan kaku, kehidupannya akan terasa sangat penat dan suntuk. Orang jenis ini seharusnya memasukkan canda di dalam hidupnya sehingga terhindar dari pengaruh buruk tersebut.
- Sebaliknya orang yang terlalu sering bercanda, maka sebaiknya dia belajar untuk dapat melatih lisannya agar bisa terbiasa diam dan hanya berbicara pada hal-hal yang bermanfaat saja.
- Tidak boleh ada kedustaan di dalam canda tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya. Kecelakaan untuknya.”
- Tidak boleh ada unsur penghinaan atau pelecehan terhadap agama Islam
“ (65) Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”
(66) Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu kafir sesudah beriman. jika kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS At-Taubah : 65-66)
- Tidak boleh ada unsur ghibah dan peremehan terhadap seseorang, suku atau bangsa tertentu
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiridan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (QS Al-Hujurat: 11)
- Tidak boleh mengambil barang orang lain, meskipun bercanda
“Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius.”
- Tidak boleh menakut-nakuti orang lain.
“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.”
- Tidak boleh menghabiskan waktu hanya untuk bercanda
“Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah dia meninggalkan yang tidak bermanfaat baginya.”
- Tidak boleh berbicara atau melakukan hal-hal yang melanggar syariat, seperti: menyebutkan ciri-ciri wanita yang tidak halal baginya kepada orang lain, menipu, melaknat dsb.
Akibat Tertawa Berlebihan menurut Islam
- Hatinya menjadi mati, sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Jika hati seseorang mati, maka akan berakibat buruk baginya, di antaranya: Bermalas-malasan dalam mengerjakan kebaikan dan ketaatan, serta meremehkan suatu kemaksiatan, tidak terpengaruh hatinya dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan, tidak terpengaruh hatinya dengan berbagai ujian, musibah dan cobaan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala,
tidak merasa takut akan janji dan ancaman Allah, bertambahnya kecintaannya terhadap dunia dan mendahulukannya atas akhirat, tidak tenang hatinya dan selalu merasa gundah, bertambahnya dan meningkatnya kemaksiatan yang dilakukannya, tidak mengenal atau tidak membedakan perbuatan ma’ruf dan munkar dll.
- Menyibukkan diri sehingga tidak mengerjakan hal-hal yang bermanfaat dan tidak memiliki wibawa
Oleh karena itu Imam Al-Mawardi pernah mengatakan: …Adapun tertawa, apabila seseorang membiasakannya dan terlalu banyak tertawa, maka hal itu akan melalaikan dan melupakannya dari melihat hal-hal yang penting. Dan orang yang banyak melakukannya, tidak akan memiliki wibawa dan kehormatan. Dan orang yang terkenal dengan hal itu tidak akan memiliki kedudukan dan martabat.
- Menimbulkan permusuhan secara tidak sengaja dsb.
- Sebagaimana perkataan Imam Syafi’i bagi orang yang telah mati hatinya yaitu bertakbir empat kali (shalat jezanah) karena ia hanya menyeret jasad yang tidak memiliki hati di muka bumi. Sebenarnya bercanda baik, akan tetapi ia sering kali berlebihan dan tidak melihat waktu yang tepat.
- Tidak Mengingat Kematian
Terlalu sering ketawa juga menunjukkan bahwa orang tersebut seperti lupa akhirat. Ia lalai dan tidak mencerminkan sikap seorang muslim yang berorientasi akhirat. Karena jika seorang muslim ingat akhirat maka ia akan sangat jarang tertawa, karena ia belum tentu masuk surga dan belum tentu dihindarkan dari siksa neraka yang kekal.
“Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” Anas bin Malik –perawi hadits ini mengatakan, “Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan.”
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan islami yang bermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya ya sobat, terima kasih.