Pamer dalam Islam – Hukum dan Dalilnya

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Memamerkan sesuatu yang kita miliki dengan tujuan dipuji atau mendapatkan penghargaan lebih dari orang lain adalah salah satu bentuk Riya. Pamer dalam Islam tentu dilarang walaupun manusia terkadang khilaf dan suka melakukannya. Untuk itu, perlu diketahui terlebih dahulu seperti apakah riya dan bagaimana jika dilakukan di dalam islam. Apakah riya sesuai dengan Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman.

Pengertian dan Unsur Riya (Pamer)

Perbuatan pamer tentunya memiliki motif yang berbeda-beda. pamer sendiri memiliki dosa yang beratnya tidak sama masing-masingnya. Berikut adalah tujuan daripada berbuat riya biasanya adalah:

  • Tidak ada tujuan untuk mencari pahala, hanya untuk mencari pengakuan orang lain (misalnya : shalat saat ada yang melihat).
  • Tujuan mencari pahala yang sangat lemah, mencari pahala tapi hanya sedikit.
  • Tujuan mencari pahala sekaligus riya (berimbang).
  • Tujuan ibadah yaitu, penglihatan orang yang yang menjadi penguat dan pendorong mengerjakan amalan. Ada atau tidaknya orang tidak akan berpengaruh terhadap amalan yang dilakukannya.

Point ke empat adalah tentu suatu perilaku yang diharapkan ada pada umat islam. Tidak ada jaminan seseorang beribadah tanpa riya kecuali dirinya dan Allah sendiri yang menilai dan Maha Mengetahui. Untuk itu, maka penting kiranya sebelum melakukan ibadah kita mengecek terlebih dahulu niat yang ada dalam diri kita.

baca juga:

Selain tujuan tersebut, ada juga pamer dengan berbagai tujuan yang berbeda-beda. Diantaranya adalah:

  1. Tujuan Untuk Bisa Berbuat Maksiat

Pamer seperti ini adalah riya yang bertujuan agar kita bisa berbuat maksiat. Misalnya saja adalah menghadiri suatu acara majelis ilmu demi untuk dapat maksiat mata yaitu melihat gadis-gadis cantik. Atau misalnya lagi menampakkan suatu kebaikan atau kesalihan demi disasksikan orang banyak dan mendapatkan kedudukan tertentu. Melakukan kebaikan agar tidak dibilang zhalim atau berdosa oleh orang-orang yang melihat. Misalnya korupsi, namun menampakkan suka sedekah.

Tentu saja untuk bisa menilai seperti ini, hanya Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Menilai. Tujuan seperti ini tidak akan bisa dideteksi secara sempurna oleh manusia pada orang lain. Tentu orang tersebut, malaikat, dan juga Allah yang Maha Mengetahui segala-galanya.

  1. Tujuan Untuk Mendapatkan Bagian Dunia yang Diperbolehkan

Pamer dengan tujuan seperti ini adalah riya yang berorientasi agar mereka mendapatkan keuntungan atau kebahagiaan tertentu dari kehidupan dunia. Misalnya saja mendapatkan harta, wanita, atau kedudukan dari perilaku riya tersebut. Mereka menjalankan amalan kebaikan bukan karena memang tulus untuk menjalankan perintah Allah, melainkan untuk mendapatkan sesuatu untuk kehidupan dirinya yang mengaburkan amalan-amalan shalihnya.

  1. Tujuan Untuk Bisa Dipandangan oleh Orang Khusus

Pamer seperti ini adalah riya yang bertujuan untuk mendapatkan penghargaan, pandangan, dan juga kekhususan dari orang lain. Tentu saja untuk tujuan seperti ini tidak diperbolehkan dan juga tidak dikehendaki oleh Allah. Maka itu jauhkan dari hal tersebut.

Baca juga info islami lainnya:

Bahaya Berperilaku Riya (Pamer)

Perilaku riya bukan tidak mendatangkan pada mudharat. Perilaku ini tentu saja bertentangan dengan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam. Tentu saja ada bahaya-bahaya yang terjadi jika perilaku riya ini dilakukan oleh kita,khususnya sebagai seorang muslim. Berikut adalah bahaya riya, jika dilakukan.

  1. Membatalkan Amalan

 “Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadikan dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak Memberi Petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS Al Baqarah :264)

Dengan berbuat riya, hal ini akan membatalkan amalan kita atau menghilangkan amalan-amalan kebaikan kita. Hal ini dikarenakan niat kita bukan dilakukan karena keikhlasan pada Allah, melainkan untuk mendapatkan pujian, menyakiti hati orang lain, atau bahkan membuatnya menjadi sesuatu yang dibangga-banggakan. Tentu saja, hal ini harus dijauhi agar amalan kita tetap terjaga keikhlasannya dan pahalanya tidak menguap begitu saja.

Untuk berbuat baik dan melakukan hal kebaikan memang tidaklah mudah. Ada tantangan dan hambatan yang harus dilalui.

  1. Mendatangkan Murka Allah

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Lukman : 18)

Bagi mereka yang riya, tentunya mereka sebagaimana orang-orang yang sombong dan angkuh. Tentu Allah murka dan tidak menyukai orang-orang tersebut. Jangan sampai kita kehilangan Rahmat dan Kecintaan dari Allah hanya karena kita tidak benar-benar tulus dan ikhlas untuk menjalankan perintah Allah dengan sebaik-baiknya. Karena, tanpa Rahmat dari Allah tentunya manusia akan kehilangan nikmat yang banyak.

  1. Orang yang Celaka

 “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS. Al-Maa’uun :4-7)

Di surat Al-Mauun dijelaskan bahwa ada orang-orang yang celaka yaitu karena mereka lalai dan riya terhadap shalatnya. Mereka shalat dan melakukan ibadah hanya karena ada orang lain yang melihatnya. Tentu celakalah orang-orang seperti orang tersebut.

Jangan lupa baca:

Cara Menghindari Riya Menurut Islam

Agar kita terhindar dan terjauh dari bahaya riya, maka berikut adalah hal-hal yang harus kita lakukan. Jangan sampai ibadah kita rusak, amalan kita musnah, dan pahala kita hancur gara-gara kita riya dalam berbuat amalan.

  1. Bermujahadah atau Bersungguh-Sungguh dalam Ibadah

Setiap kali ibadah kita akan dihadiri oleh rasa riya, maka segera jauhkan keinginan tersebut dan hadirkanlah motivasi keakhiratan, ketauhidan, agar keinginan tersebut tidak hadir dalam ibadah kita. Jangan sampai riya tersebut hadir saat sebelum, saat ibadah, atau setelahnya. Jauhilah rasa tersebut agar tidak sampai pada kemurkaan Allah.

  1. Menghilangkan Penyebab Riya

Menghilangkan akar penyebab riya diantaranya adalah menjauhi segala sanjungan. Kita serahkan dan kembalikan sanjungan tersebut kepada Allah SWT. Jangan biarkan sanjungan tersebut membuat kita sombong dan memamerkannya kepada orang lain. Jangan sampai tertipu dengan sanjungan karena hal itu bisa membakar pahala kita.

  1. Memahami Tujuan Hidup

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzariyat : 56)

Allah sudah menetapkan kita hidup di dunia adalah untuk menyembah dan beribadah kepada Allah. Menjadikan Allah sebagia tempat bergantung dan hanya Allah yang paling berkuasa atas diri manusia. Untuk itu, tidak mungkin kita menyombongkan diri dan melakukan riya karena hal tersebut bertentangan dengan tujuan hidup kita. Tentu fungsi agama , menginginkan manusia sukses di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam.

  1. Memahami Nilai Dunia

Mengingat kembali bahwa dunia ini adalah sementara, maka kebahagiaan kita yang sejati adalah di akhirat. Tentu tidak berguna jika kita mengharapkan pujian, pujaan, dan kebangaan dari orang lain. Sejatinya manusia adalah makhluk lemah, dan tempat kembali kita adalah di akhirat. Maka pikirkanlah ibadah kita untuk akhirat.

baca juga info islam lainnya:

Sifat pamer sangatlah tidak disukai oleh Allah SWT. Begitu pula dengan Rasulullah SAW yang amat sangat tidak menganjurkan umatnya untuk tetap bersikap rendah hati terhadap semua makhluk. Sehingga tidak ada timbul perselisihan dan rasa iri yang menyebabkan renggangnya silaturahmi antar umat Rasullullah SAW.

fbWhatsappTwitterLinkedIn