Tasawuf Akhlaqi dalam Islam

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tasawuf adalah salah satu ajaran dan pemikiran islam yang berkembang di masyarakat. Ajaran Tasawuf juga memliki berbagai bentuk pemikiran dan aliran. Adanya pemikiran tasawuf ini juga terdapar pro kontra di masyarakat, sehingga terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama dan umat islam.

Walaupun ada hal tersebut, pemikiran tasawuf cukup digemari dan diikuti oleh banyak orang, terutama orang-orang moderen perkotaan. Orang-orang moderen perkotaan haus akan siraman rohani dan perbaikan akhlak. Adanya tasawuf ini tentu menjadi salah satu dari penyelesaian masalah kaum moderen perkotaan.

Pada ajaran tasawuf, salah satunya adalah ajaran mengenai tasawuf akhlaqi. Tasawuf akhlaqi tentunya tidak lepas dari permasalahan tasawuf secara umum. Berikut adalah penjelasan mengenai ajaran Tasawuf dan khususnya Tasawuf Akhlaqi.

Asal Usul Ajaran Tasawuf

Ajaran tasawuf muncul dalam islam ketika umat islam bertemu dengan umat kristen, filsafat dari Yunani, dan ajaran Agama Hidu juga Budha. Secara umum lahir anggapan bahwa tasawuf bukanlah muncul dari agama islam melainkan pengaruh dari luar, yaitu pengaruh dari budaya dan agama lain. Hal ini yang juga akhirnya memunculkan pro kontra di masyrakat mengenai ajaran tasawuf.

  1. Pengaruh dari Ajaran Rahib Kristen

Beberapa anggapan mengatakan bahwa ajaran tasawuf berasal dari rahib-rahib kristen ketika mengasingkan diri dan beribadah kepada Tuhan mereka di gurun pasir Arab. Tempat tinggal dari rahib-rahib tersebut menjadi tujuan orang yang memerlukan bantuan di padang pasir tersebut. Saat siang, kemah-kemah yang didirkan menjadi tempat untuk berteduh karena kepanasan sedangkan saat malam hari menjadi petunjuk jalan bagi para musafir yang melewati wilayahnya. Rahib-rahib tersebut memili hati yang mulia, suka membantu, dan mengasingkan diri dari keramaian orang-orang.

  1. Pengaruh dari Filsafat Yunani

Menurut filsafat yunani yang berasal dari pemikiran mistik Phytagoras, ruh manusia adalah suci dan berawal dari tempat yang suci. Di alam dunia, ruh masuk ke alam materi dan masuk kepada raga manusia yang penuh nafsu. Ruh yang awalnya suci menjadi tidak suci karena sudah bercampur. Untuk itu, ruh manusia harus disucikan dan memusatkan kepada filsafat juga pengetahuan yang dapat memberikan kesucian diri.

Menurut pandangan ini, ruh yang kotor dalam dir manusia harus dibersihkan melalui ibadah yang banyak serta melewati ujian-ujian yang dapat membersihkan diri serta dosa-dosa. Outputnya adalah dapat mencapai rido Illahi.

  1. Pengaruh Ajaran Budha dan Hindu

Dari ajaran budha, pengaruh ini disebut dengan konsep Nirwana. Nirwana seperti istilah surga bagi ummat Buhda. Menurut ajaran Budha, nirwana dapat dicapai dengan manusia meninggalkan segala kehidupan dunia dan melakukan kontemplasi diri. Ajaran ini juga sebagaimana ajaran hindu yang mengatakan bahwa tujuan kesucian diri adalah untuk bersatunya atman dengan brahman melalui kontemplasi dan menjauhi segala macam dunia materi.

Tentu saja untuk menjalankan kehidupan ini, tasawuf juga harus memperhatikan bagaimana seorang muslim dapat Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam. Dunia Menurut Islam bukanlah segala-galanya, namun usaha untuk meraih Sukses Menurut Islam juga perlu diperhatikan.

Tasawuf Akhlaqi

Tasawuf Akhlaqi disebut juga Tasawuf Sunni. Tasawuf ini menitikberatkan pada perbaikan akhlak atau moral pada diri seseorang. Orientasinya adalah untuk mencari hakikat kebenaran yang dapat mengantarkan manusia untuk mencapai tingkatan ma’rifat. Ma’rifat adalah bersatunya manusia dengan Allah dengan metode tertentu yang telah ditetapkan. Tasawuf akhlaqi ini juga banyak dikembangkan oleh para Ulama Salafussalih.

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. (QS Asy Syams : 7-8)

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa manusia memiliki potensi untuk berbuat baik dan potensi berbuat buruk. Potensi untuk berbuat baik adalah Al Aql dan Al Qalb. Potensi untuk berbuat baik disebut dengan Nafsu yang dibantu dibisikkan keburukannya oleh Setan yang tiada henti menggoda manusia.

Menurut para sufi, untuk masuk kepada tasawuf tentu membutukan mental dan juga aspek lahiriah yang siap. Pada awal memasuki tasawuf, maka seseorang harus berkonsentrasi agar dapat menghindarkan diri dari akhlak buruk atau tercela (mazmumah) dan terus konsisten mewujudkan akhlak yang baik yaitu mahmudah.

Ajaran ini, menurut para sufi, melatih manusia untuk dapat menguasai hawa nafsu, menekan hawa nafsu bagkan sampai pada mematikan hawa nafsu jika memungkinkan. Tentu saja membutuhkan pelatihan dan pembiasaan yang ketat.

Para Sufi yang mengembangkan ajaran tasawuf ini diantaranya adalah

  • Hasan al-Basri (21 H – 110 H),
  • Al-Muhasibi (165 H – 243 H),
  • Al-Qusyairi (376 H – 465 H),
  • Syaikh al-Islam Sultan al-Aulia Abdul Qadir al-Jilani (470 – 561 H),
  • Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Gajali (450 H – 505 H),
  • Ibnu Atoilah As-Sakandari , Dll

Proses Ajaran Tasawuf Akhlaqi

Pelaksanaan ajaran tasawuf tentu saja tidak bisa dilakukan hanya satu atau dua kali untuk mencapai proses tertinggi, yaitu tujuan mendapatkan ma’rifat. Proses ini dilakukan agar akhlak baik atau mahmudah selalu melekat kepada manusia. Akhlak tercela dan buruk lainnya akan hilang dan tidak mengusik atau mengganggu jiwa manusia yang suci.

Jiwa yang buruk atau dipenuhi akhlak tercela tentu akan memudahkan nafsu manusia semakin banyak mendorong untuk melakukan hal hal yang buruk. Untuk itu, kesucian jiwa harus dipenuhi dan terus dipupuk. Berikut adalah proses atau langkah untuk mendapatkan tujuan dari tasawuf akhlaqi.

  1. Takhalli

Takhali adalah proses awal yang dilakukan oleh sufi. Aktivitas Takhali ini adalah usaha untuk mengosongkan diri manusia dari perilaku yang tercela. Salah satu akhlak tercela yang disoroti oleh tasawuf adalah kecintaan manusia yang berlebihan terhadap urusan duniawi, hingga melalaikan pada kesucian jiwa dan kesiapan untuk kembali kepada Allah.

  1. Tahalli

Takhalli berbeda dengan Tahalli. Tahalli adalah proses untuk mengisi dan menghiasi diri manusia dengan pembiasaan perilaku dan akhlak yang baik. Proses ini dilakukan oleh para sufi dengan mengosongkan jiwanya dari segala akhlak yang buruk. Mereka menjalankan ketentuan agama dengan mengintegrasikan ke dalam dan keluar dirinya. Aspek luar adalah kewajiban seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya. Sedangkan, untuk yang bersifat ke dalam adalah keimanan, keaatan, dan kecintaan kepada Allah.

  1. Tajalli

Tajalli adalah proses pemantaapan dan pendalaman materi yang sudah dilalui pada proses tahalli. Tajalli berarti terungkapnya nur ghaib. Proses ini adalah memantapkan dan membuat akhlak-akhlak baik tersebut tetap ada dalam jiwa. Untuk itu, pada proses ini benar-benar menumbuhkan kecintaan dan kerinduan yang mendalam pada Allah SWT.

Praktis tasawuf ini tentu saja perlu diperhatikan agar tetap mampu menjawab masalah utama manusia yaitu yang berkenaan dengan Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama yang terdapat dalam Al-Quran.

Selain itu, praktik ini juga tentu tidak bertentangan dengan sunnah rasul yang telah diajarkan Rasul. Contoh sunnah rasul ini seperti Sunnah Sebelum Tidur sesuai ajaran Rasul, Adab Ziarah Kubur , Cara Makan Rasulullah , melaksanakan  Cara Mandi Dalam Islam , Zikir Sebelum Tidur , melaksanakan Macam Macam Shalat Sunnah, melaksanakan Proses Pemakaman Jenazah Menurut Islam, dsb. Sunnah-sunnah ini dapat dilaksanakan sehari-hari dalam kehidupan kita, selain juga dari praktik tasawuf yang diajarkan para sufi.

fbWhatsappTwitterLinkedIn