Salah satu sifat mulia yang sangat disukai oleh Allah subhana hua ta’ala adalah sifat tawadhu’ yakni sikap Rendah hati yang juga sangat didambakan oleh kita semua. Karena dengan sikap Tawadhu’ akan dapat melahirkan berbagai sikap-sikap mulia dan menentramkan kehidupan di kalangan masyarakat. (Baca juga: Keutamaan Menjaga Lisan dalam Islam)
Beberapa contoh dari sikap tawadhu’ adalah seperti menghargai pihak lain, karena memang setiap manusia ingin dan berhak untuk dihargai keberadaannya, sehingga dengan sikap tawadhu’ ini akan meminimalisir perasaan terhina dan tidak dihargai.
Kemudian contoh lain dari sikap tawadhu’ adalah ketika sedang dalam percakapan dan pembicaraan, saling memberi waktu dan kesempatan untuk berbicara dengan leluasa sampai tuntas, bukannya memotong pembicaraan secara sembarangan yang tentunya akan membuat lawan bicara kita merasa terganggu atau bahkan tersinggung hingga akhirnya terjadi perselisihan maupun permusuhan.
Baca juga:
Kemudian tawadhu’ juga dapat berupa sikap saling menjaga dan menghormati perasaan masing-masing, karena memang pada dasarnya manusia memiliki sifat yang lumayan sensitive dan ingin dihormati. Sehingga dengan adanya sikap tawadhu’ ini akan sangat meminimalisir sakit hati yang dirasakan oleh lawan bicara kita.
Selanjutnya, sikap tawadhu’ juga tercermin dari sopan santun dari seseorang terhadap orang yang usianya lebih tua darinya dan begitu pula sebaliknya, orang dewasa/tua pun bersikap lebih kasih sayang kepada orang yang lebih muda di bawahnya. Sehingga hubungan dan interaksi antara dua masa jadi lebih harmonis dan tentram.
Baca juga: Hukum Mencium Kaki Ibu Dalam Islam; Cara Mensyukuri Nikmat Allah
Kemudian yang terpenting dari sikap tawadhu’ ini adalah dengan merasa bahwa diri ini tidak sempurna, manusia selalu memiliki kekurangan dan saling membutuhkan manusia lainnya untuk hidup, baik dalam hal tolong menolong maupun dalam hal lainnya.
Dengan menerapkan sikap tawadhu’ manusia akan senantiasa hidup dalam kedamaian dan ketentraman hidup bermasyarakat yang diliputi mawaddah wa rahmah (kehidupan sakinah yang penuh cinta kasih).
Baca juga: Cara Mendidik Anak Perempuan Menurut Islam; Cara Menghindari Riya
Oleh karena itu pada artikel kali ini akan membahas secara khusus tentang sikap tawadhu dalam Islam.
Secara bahasa, Tawadhu’ (التّواضع) artinya adalah ‘Ketundukan’ dan ‘Rendah Hati’ dengan asal kata dari Tawadha’atil Ardhu’ yang artinya ‘Tanah itu lebih rendah daripada tanah sekelilingnya’.
Sedangkan secara istilah Tawadhu’ menunjukkan suatu sikap tunduk dan patuh terhadap otoritas kebenaran yang disertai dengan rasa bersedia untuk menerima kebenaran itu dari siapa pun yang mengatakannya dan dalam keadaan apapuan, baik dari orang yang lebih tinggi derajatnya maupun dari orang yang lebih rendah derajatnya, baik dalam keadaan hati yang sedang ridha maupun saat hati sedang dalam keadaan marah.
Baca juga:
Sikap Tawadhu’ juga menunjukkan rasa rendah diri dan santun terhadap sesama manusia tanpa memandang kasta dan harta yang dimiliki karena sesungguhnya Allah hanya menilai dan meningkatkan derajat manusia dengan akhlakul karimah yang dimilikinya.
Ibnu Hajar menjelaskan tentang definisi dari sikap tawadhu’, bahwa:
“Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’ adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya.” (Baca juga: Sifat Orang yang Bertakwa; Hukum Berjabat Tangan)
Ada dua macam sikap tawadhu’ yang biasa dimiliki oleh manusia, yakni tawadhu’ terpuji dan tawadhu’ tercela.
Tawadhu’ terpuji adalah sebuah sikap merendahkan diri kepada Allah dan tidak berbuat semena-mena atau memandang remeh terhadap sesama. Tawadhu’ ini benar-benar diniatkan dari hati yang terdalam untuk sikap yang baik dan diridhai oleh Allah SWT.
Baca juga:
Sedangkan tawadhu’ tercela adalah sikap merendahkan diri yang hanya dilakukan dihadapan orang yang lebih kaya dengan harapan culas agar ia bisa mendapatkan suatu keuntungan darinya. Tentu saja sikap tawadhu’ tercela ini tidak akan meningkatkan derajat di mata Allah, bahkan sebaliknya karena tawadhu’ tercela ini tidak disukai oleh Allah SWT. (Baca juga: Murtad Dalam Islam; Jatuh Cinta dalam Islam)
Sebuah hadis menjelaskan tentang keutamaan dari sifat tawadhu’ salah satunya adalah dapat meninggikan derajat manusia di mata Allah sang penciptanya, baik kemuliaannya di dunia maupun di akhirat. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim). (Baca juga: Patah Hati Dalam Islam; Doa Menghadapi Orang Yang Membenci Kita)
Sifat tawadhu’ telah dimiliki oleh para nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam pada masanya. Contohnya adalah pada Nabi Musa ‘alaihis salam yang rela melakukan pekerjaan rendahan asalkan halal, membantu memberi minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah tua renta, Nabi Daud ‘alaihis salam yang juga lebih memilih makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri, Nabi Zakariya yang dahulunya berprofesi sebagai seorang tukang kayu, serta sifat tawadhu’nya Nabi Isa yang diceritakan dalam Firman Allah bahwa nabi Isa pernah berkata:
وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَتِي وَلَمۡ يَجۡعَلۡنِي جَبَّارٗا شَقِيّٗا ٣٢
Artinya:
“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32).
Baca juga:
Pada dasarnya sikap tawadhu’ adalah sikap yang tak hanya mulia di hadapan Allah tapi juga disukai oleh banyak manusia. Seperti sifat tawadhu’ yang dimiliki oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akhirnya memberi keberhasilan baginya untuk dicintai banyak manusia dan mempermudah proses penyebaran agama Islam. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda dalam sebuah hadis riwayat Muslim, bahwa:
“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.” (HR. Muslim).
Baca juga: Hukum Wanita Memakai Parfum ; Cara Menjadi Wanita Cantik Menurut Islam
Allah Ta’ala berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 21 bahwa:
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab: 21)
Baca juga:
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban juga menceritakan tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tetap memberi salam pada anak kecil walaupun kedudukan yang dimiliki oleh anak kecil tersebut jauh lebih rendah dari pada kedudukan yang dimiliki oleh beliau. Hal ini sangat jarang terjadi dimana seseorang rela memberi ucapan salam pada orang lain yang dirasa kedudukannya jauh berada di bawah derajat dirinya. Padahal belum tentu ia memiliki derajat yang lebih tinggi di mata Allah. (Baca juga: Peran Ayah dalam Keluarga; I’tikaf di bulan ramadhan)
Dalam hadis tersebut dikisahkan oleh Anas yang berkata:
“Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berkunjung ke orang-orang Anshor. Lantas beliau memberi salam kepada anak kecil mereka dan mengusap kepala mereka.” (HR. Ibnu Hibban)
Baca juga: Cara Menghilangkan Kesedihan Menurut Islam; Pahala Wanita Shalat di Rumah
Selain itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memiliki kebiasaan mulia lain di rumahnya. Mulai dari membantu istrinya, hingga menjahit dan memperbaiki sendiri sandal maupun bajunya yang sobek. Walaupun di hadapan umatnya ia begitu diagungkan dan dicintai.
Baca juga: Cara Menghindari Pacaran Menurut Islam; Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia
Dalam sebuah hadis dikisahkan bahwa Urwah bertanya kepada ‘Aisyah:
“Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?”
Kemudian Aisyah menjawab:
“Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember.” (HR. Ahmad).
Baca juga: 5 Rukun Islam dalam Ajaran Agama Islam; 6 Rukun Iman dalam Agama Islam
Dalam riwayat lain juga pernah menceritakan tentang betapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu membantu untuk meringankan pekerjaan istrinya tanpa merasa malu ataupun gengsi walaupun ia adalah seorang suami sekaligus seorang Nabi. Dalam hadis ini ‘Aisyah pernah ditanya tentang apa saja yang dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di rumah. Lalu ‘Aisyah menjawab:
“Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari).
Baca juga: Cara Berwudhu yang Benar Beserta Doanya; Keutamaan Puasa Senin Kamis
Sikap tawadhu’ memang tidak mudah untuk dimulai, namun jika sudah dicoba dan merasakan kenikmatan dan kedamaian yang akan menerpa hati kita maka tawadhu’ akan menjadi kebutuhan tersendiri bagi diri kita.
Baca juga:
Ada dua hal penting yang harus dilakukan untuk bersikap tawadhu’:
Yang Pertama, adalah dengan bersikap selalu Ikhlas terhadap apapun yang terjadi karena semua hal yang terjadi adalah dengan seijin dari Allah Subhanahu wa ta’ala.
Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang pernah berkata bahwa:
“Tidaklah seorang bertawadhu’ yang ditunjukkan semata-mata karena Allah, melainkan Allah Azza wa Jalla akan mengangkat (derajat)nya.” [Diriwayatkan oleh Imam Muslim].
Kemudian yang Kedua adalah harus mempunyai Kemampuan.
Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam yang pernah berkata:
“Barangsiapa yang menanggalkan pakaian mewah karena tawadhu’ kepada Allah, padahal ia dapat (mampu) membelinya, Allah akan memanggilnya pada hari kiamat dihadap sekalian manusia, kemudian menyuruhnya memilih sendiri pakaian iman mana pun yang ia kehendaki untuk dikenakan.” [Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi]
Baca juga: Cara Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga Menurut Islam; Penyebab Doa Tidak Dikabulkan Allah SWT
Sikap-sikap tawadhu’ bisa dilakukan dalam berbagai kesempatan dan keadaan seperti:
Tawadhu’ kepada Allah Azza wa Jalla adalah sikap Tawadhu’ yang benar-benar ditujukan untuk Allah SWT. Tawadhu’ ini terdiri atas dua macam yaitu Tawadhu’ seorang hamba kepada Allah ketika melaksanakan ketaatan kepada-Nya tanpa disertai perasaan bangga diri dan riya’.
Baca juga: Bahaya Putus Asa Dalam Islam
Kemudian sikap seorang hamba yang merendahkan dirinya kepada Allah subhana hua ta’ala tatkala mengingat dosa-dosa yang pernah ia perbuat sehingga ia merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling sedikit ketaatannya (amalanya) dan paling banyak dosanya sehingga memberi motivasi pada dirinya untuk lebih giat beramal sholeh dan bertaubat.
Baca juga: Fitnah Dalam Islam; Keutamaan Bersedekah dan Hukumnya bagi Umat Muslim
Tawadhu’ dalam berpakaian dan berpenampilan ini adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak terlalu berlebihan dalam mengenakan pakaian dan perhiasan untuk membungkus dan memperindah penampilannya. Pakaian yang dikenakan hanya pakaian-pakaian yang memang sesuai dengan kebutuhan bukan berdasarkan gaya dan trend suapaya dipuji oleh orang lain.
Baca juga: Keutamaan Sholat Berjama’ah dan Hukumnya; Keutamaan Cinta Kepada Rasulullah bagi Umat Muslim
Tawadhu’ Ahli Ilmu adalah sebuah sikap mulia dan tidak menyombongkan diri walaupun ia memiliki banyak ilmu. Ia senantiasa berbuat baik dan berdakwah sesuai dengan kadar yang normal, tidak terlalu menonjolkan keilmuannya, dan tidak terlalu membanggakan keilmuannya secara berlebihan.
Baca juga:
Menuntut ilmu adalah perbuatan mulia namun semua ilmu yang kita tuntut tidaklah ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sikap tawadhu’ dalam menuntut ilmu yang ditimba.
Baca juga: Manfaat takbir yang Luar Biasa; Penyebab Hati Gelisah Menurut Islam
Selain itu, ada sebuah perumpamaan yang menyatakan bahwa tempat yang lebih rendah, ia lebih banyak genangan airnya dan lebih banyak manfaatnya, atau semakin menunduk padi maka semakin bagus beras yang dimilikinya. Begitupun dengan ilmu, semakin tawadhu’ seseorang menuntut ilmu maka hal tersebut merupakan salah satu tanda bahwa ilmunya lebih banyak dan lebih bermanfaat bagi banyak orang.
Baca juga: Pengertian Ukhuwah Islamiyah, Insaniyah dan Wathaniyah; Bahaya Adu Domba Dalam Islam
Sikap tawadhu’ yang sangat mulia di mata manusia dan Allah subhana hua ta’ala memiliki tingkatannya tersendiri dalam setiap pencapaian ke-tawadhu’-annya.
Yang pertama adalah Tawadhu’ dalam Agama, yakni sikap tunduk secara penuh serta mematuhi segala aturan agama Islam yang telah disebarkanoleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam.
Baca juga: Dosa yang Tak Terampuni Oleh Allah SWT; Keutamaan Berdzikir Kepada Allah SWT
Sedangkan yang kedua adalah Tawadhu’ kepada sesama Makhluk, yakni sikap merendahkan diri dan apa adanya terhadap sesama Makhluk tanpa memandang harta dan kasta yang dimiliki, terdapat tiga makna dalam tawadhu’ kepada sesama manusia ini yaitu:
Baca juga: Manfaat Menghindari Ghibah Dalam Islam; Cara Agar Hati Tenang Dalam Islam
Tawadhu’ adalah sifat terpuji yang selain disukai Allah tapi juga memberi banyak manfaat bagi yang menerapkan. Sikap rendah hati dan tidak pernah menyombongkan kemampuan yang diri ini memberi manfaat positif seperti:
Sikap tawadhu’ lebih disukai dari pada sikap yang sombong dan jumawa oleh karena itu seseorang yang menerapkan sikap tawadhu’ akan mendapat banyak simpati dari orang-orang di sekitarnya.
Baca juga:
Kemajuan teknologi dan modernisasi yang terus berkembang dengan pesatnya ini membuat kita harus pintar-pintar memilih teman untuk menghindari pengaruh-pengaruh negative yang diakibatkan dari tuntutan-tuntutan kemajuan teknologi tersebut.
Baca juga: Hutang Dalam Pandangan Islam; Macam – Macam Mukjizat Nabi
Dengan memiliki sikap tawadhu’, akan membuat orang lain jadi lebih nyaman berteman dan bergaul dengan kita. Karena sifat tawadhu’ memberi banyak manfaat dan pengaruh baik bagi orang-orang di sekitarnya sehingga akan mendapat penilaian positif dari orang-orang untuk dijadikan teman.
Baca juga: Cara Agar Keinginan Cepat Terkabul Dalam Islam; Keajaiban Al-Qur’an di Dunia Nyata
Sikap rendah hati dan tidak pernah menyombongkan diri ri hadapan orang lain terhadap ilmu-ilmu yang dimiliki akan secara otomatis mendapatkan nilai plus dan rasa hormat dari orang lain.
Baca juga: Bahaya Islam Liberal; Manfaat Ucapan Hamdalah (Alhamdulillah) Dalam Kehidupan Sehari-hari
Dengan sikap tawadhu’ akan dapat membuat hati dan pikiran jadi lebih terasa tenang serta tentram. Tidak perlu merasa khawatir tentang kemampuannya yang mungkin tidak diketahui oleh orang lain ataupun merasa tidak dihargai ilmunya. Karena ia sadar bahwa kemampuan dan keilmuan yang dimiliki bukan untuk diumbar apalagi dipuji-puji oleh orang lain.
Baca juga: Cara Menghindari Pelet Menurut Islam; Fungsi Iman Kepada Allah SWT
Tawadhu’ akan menghindarkan kita dari sifat sombong dan takabur karena arti dari sifat tawadhu’ sendiri menunjuk pada sifat rendah hati dan menyadari bahwa manusia saling membutuhkan manusia lainnya meski apapun harta dan kasta yang dimilikinya.
Baca juga:
Demikianlah artikel mengenai sifat tawadhu’ dalam Islam ini. Secara keseluruhan sifat tawadhu’ akan memberi banyak manfaat bagi orang yang menerapkan dan bagi orang-orang lain di sekitarnya. Semoga artikel ini dapat memberi manfaat positif bagi para pembaca sekalian.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…