Seringkali kita menjumpai dalam firman-Nya, Allah Ta’ala selalu menyandingkan tawakal dengan para orang beriman. Ini menjadi pertanda jika tawakal adalah hal yang sangat diagungkan dan tidak dipunyai kecuali pada orang mukmin dan merupakan bagian dari hati yang akan membawa seseorang pada jalan kebahagiaan dunia serta akhirat.
Umar bin Khattab ra berkata, jika Ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki, dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
Artikel terkait:
- Manfaat Tawakal
- Cara Mengendalikan Emosi Menurut Islam
- Cara Menghilangkan Dendam Dalam Islam
- Manfaat Membaca Alquran
- Keutamaan Menjaga Lisan Dalam Islam
Hakikat Tawakal
- Imam Turmudzi dalam Sunan/ Jami’nya, Kitab Al-Zuhud An Rasulillah SAW, Bab Fi Attawakkal Alallahi, hadits no 2344.
- Imam Ibnu Majah dalam sunnannya, Kitab Al-Zuhud, Bab Attawakkal Wal Yaqin, hadits no 4164.
- Imam Ahmad bin Hambal dalam tiga tempat dalam musnadnya, yaitu pada hadits no 205, 372 dan 375.
Dari hadits diatas memberikan penjelasan jika hakekat tawakahl yang digambarkan Rasulullah SAW, diumpamakam seperti seekor burung, dimana burung akan pergi pada pagi hari dengan perut kosong dan lapar, akan tetapi saat sore hari ia pulang dalam keadaan perut yang kenyang dan penuh. Pada hakekatnya, Allah SWT yang sudah memberikan rizki sesuai dengan kebutuhan.
Hal ini juga serupa pada manusia, tawakal yang diambil dari kata tawakala berarti menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan [Munawir, 1984, 1687]. Orang yang bertawakal merupakan orang yang sudah menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan semua urusan yang dimiliki pada Allah SWT.
Artikel terkait:
- Penyebab Amal Ibadah Ditolak Dalam Islam
- Cara Agar Tetap Istiqomah di Jalan Allah
- Cara Menghormati Orang Tua Dalam Islam
- Manfaat Zakat Fitrah
- Keutamaan Sabar Dalam Islam
Definisi Tawakal Beberapa Ulama Salaf
Sementara dilihat dari segi istilah, tawakal diartikan oleh ulama salaf dengan arti muara serupa dan definisi tersebut diantaranya adalah:
- Imam Ahmad bin Hambal
Tawakal adalah aktivitas hati yakni perbuatan yang dikerjakan hati dan bukan diucapkan dengan lisan dan bukan juga dilakukan anggota badan. Selain itu, tawakal juga bukan sebuah keilmuan dan juga pengetahuan.
- Ibnu Qoyim al-Jauzi
Tawakal merupakan amalan dan juga ubudiyah [penghambaan] hati yakni dengan cara menyandarkan semuanya hanya pada Allah SWT, tsiqah pada-Nya, berlindung pada-Nya dan ridha dengan semua yang terjadi pada dirinya yang didasari dengan keyakinan jika Allah akan memberikan semua kecukupan untuk dirinya. Ini dilakukan dengan tetap melakukan sebab – sebab dan juga usaha keras untuk bisa mendapatkannya.
- Sebagian Ulama Salafuna Shaleh
Sebagian ulama salafuna shaleh yang lain berpendapat cukup bervariasi mengenai tawakal seperti sebuah ungkapan jika Dinul Islam dilihat secara umum memiliki dua aspek yakni al-isi’anah [meminta pertolongan pada Allah] dan juga al-inabah [taubat pada Allah] sehingga tawakal menjadi setengah dari komponen Dinul Islam. Tawakal merupakan refleksi dari al-isti’anah [Meminta pertolongan hanya pada Allah SWT] dan seseorang yang meminta pertolongan pada Allah akan menyandarkan dirinya hanya pada Allah sehingga pada hakekatnya ia sudah bertawakal pada Allah.
- Sahl bin Abdilah al-Tasattiri
Beliau mengungkapkan jika ilmu yang merupakan tujuan penghambaan pada Allah. Penghambaan ini adalah jalan menuju kewara’an [sifat menjauhkan diri dari maksiat]. Kewaraan adalah jalan menuju kezudhuan dan kezudhuan adalah jalan menuju tawakal.
Artikel terkait:
- Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa
- Istiqomah Dalam Islam
- Cara Mendekatkan Jodoh Dalam Islam
- Cara Menjaga Pandangan Menurut Islam
- Amalan Sebelum Tidur Menurut Rasulullah
Derajat Tawakal
Tawakal adalah gabungan dari beberapa unsur yang disatukan, dimana tawakal sendiri tidak dapat diwujudkan tanpa ada beberapa unsur tersebut. Unsur – unsur ini merupakan derajat dari tawakal itu sendiri.
- Derajat Tawakal Pertama
Ma’rifat pada Allah SWT dan segala sifat-Nya setidaknya meliputi kekuasaan-Nya, keagungan-Nya, keluasan ilmu-Nya, keluasan kekayaan-Nya, semua urusan akan kembali pada-Nya dan semua yang terjadi atas kehendak-Nya dan seterusnya.
- Derajat Tawakal Kedua
Mempunyai keyakinan tentang keharusan untuk berbuat usaha sebab siapa yang menafikan keharusan adanya usaha, maka tawakalnya tidak dibenarkan sama sekali. Seperti layaknya seseorang yang pergi haji lalu hanya duduk di rumahnya, ini mengartikan sampai kapan pun ia tidak akan pernah bisa sampai ke Mekah. Akan tetapi hendaknya ia mulai menabung dan kemudian pergi kesana dengan kendaraan yang bisa menyampaikan tujuan itu.
- Derajat Tawakal Ketiga
Terdapat ketetapan hati dalam mentauhidkan atau mengesakan Dzat yang ditawakali yakni Allah SWT, sebab tawakal wajib diikuti juga dengan keyakian akan ketauhidan Allah SWT. Apabila hati mempunyai ikatan kesyirikan dengan sesuatu slain Allah SWT, maka itu akan membatalkan ketawakalan.
- Derajat Tawakal Keempat
Menyandarkan hati seluruhnya pada Allah SWT dan menjadikan keadaan hati yang tenang hanya saat mengingat diri pada Allah. Hal ini seperti halnya bayi yang hanya dapat tenang apabila mendapat susu ibunya. Seperti halnya seseorang yang tawakal dan ia hanya dapat tenang apabila berada dilindungan Allah SWT.
- Derajat Tawakal Kelima
Husnudzan [berbaik sangka] pada Allah SWT, sebab tidak mungkin orang yang bertawakal pada sesuatu yang ia bersu’udzan padanya. Tawakal hanya bisa dilakukan pada sesuatu yang dihusndzani dan yang diharapkan.
- Derajat Tawakal Keenam
Pasrah dengan jiwa seluruhnya hanya pada Allah SWT, sebab orang yang tawakal harus memakai seluruh hatinya dan menyerahkan segalanya pada yang ditawakali. Tawakal tidak akan terjadi jika tidak dilakukan sepenuh hati dengan cara memasrahakn seluruh hati hanya pada Allah.
- Derajat Tawakal Ketujuh
Menyerahkan, mewakilkan, mengharapkan dan pasrah dengan segala sesuatu hanya pada Allah SWT dan inilah yang menjadi hakekat tawakal seperti yang difirmankan Allah SWT [QS 40:44], “Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”.
Artikel terkait:
- Keutamaan Ibadah umroh
- Kewajiban Muslim Terhadap Muslim Lainnya
- Manfaat Senyum Dalam Islam
- Tips Menjadi Wanita Shalehah
- Cara Bersyukur Menurut Islam
Tawakal Dalam Al-Qur’an
Al Qur’an sudah memusatkan perhatian pada masalah tawakal sehingga sering kita lihat cukup banyak ayat yang dengan langsung memakai kata yang berasal dari tawakal. Setidaknya, terdapat 70 kali kata tawakal yang disebutkan Allah dalam Al Quran dan jika disimpulkan, maka beberapa ayat tersebut mencakup arti:
- Tawakal Adalah Perintah Allah SWT
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS 8:61]
- Larangan Tawakal Selain Pada Allah
Allah berfirman, “Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): “Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku‘. [QS 17:2]
- Orang Beriman Hanya Tawakal Pada Allah
Allah berfirman, “Dan hanya kepada Allahlah, hendaknya orang-orang mu’min bertawakal. [QS 3:122]
- Tawakal Harus Mengiringi Suatu Azam
Allah berfirman, “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. [QS 3:159]
- Allah Sebaik-baik Tempat Menggantungkan Tawakal
Allah berfirman, “Dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” [QS 3:173]
- Akan Dapat Perlindungan dan Anugrah Allah
Allah berfirman, “Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. [QS 8:49]
- Mendapat Kebaikan Dunia Akhirat
Allah berfirman, “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal”. [QS 16:41-42]
- Allah Mencukupkan Orang Bertawakal
Allah berfirman, “Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. [QS 65:3]
Tawakal Dalam Hadits
Selain ada dalam Al Quran, tawakal juga terdapat banyak dalam hadits dan dari beberapa hadits bisa disimpulkan ke dalam beberapa poin.
- Bertawakal Pada Allah Akan Masuk Surga Tanpa Hisab
Rasulullah SAW bersabda, dari Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda, “Telah ditunjukkan kepadaku keadaan umat yang dahulu, hingga saya melihat seorang nabi dengan rombongan yang kecil, dan ada nabi yang mempunyai penigkut satu dua orang, bahkan ada nabi yang tiada pengikutnya. Mendadak telihat padaku rombongan yang besar (yang banyak sekali), saya kira itu adalah umatku, namun diberitahukan kepadaku bahwa itu adalah nabi Musa as beserta kaumnya. Kemudian dikatakan kepadaku, lihatlah ke ufuk kanan dan kirimu, tiba-tiba di sana saya melihat rombongan yang besar sekali. Lalu dikatakan kepadaku, Itulah umatmu, dan di samping mereka ada tujuh puluh ribu yang masuk surga tanpa perhingungan (hisab).
Setelah itu nabi bangun dan masuk ke rumahnya, sehingga orang-orang banyak yang membicarakan mengenai orang-orang yang masuk surga tanpa hisab itu. Ada yang berpendapat; mungkin mereka adalah sahabat-sahabat Rasulullah SAW. Ada pula yang berpendapat, mungkin mereka yang lahir dalam Islam dan tidak pernah mempersekutukan Allah, dan ada juga pendapt-pendapat lain yang mereka sebut. Kemudian Rasulullah SAW keluar menemui mereka dan bertanya, ‘apakah yang sedang kalian bicarakan?’. Mereka memberiktahukan segala pembicaraan mereka. Beliau bersabda, ‘ Mereka tidak pernah menjampi atau dijampikan dan tidak suka menebak nasib dengan perantaraan burung, dan hanya kepada Rab nya lah, mereka bertawakal.” Lalu bangunlah Ukasyah bin Mihshan dan berkata, ‘Ya Rasulullah SAW doakanlah aku supaya masuk dalam golongan mereka.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Engkau termasuk golongan mereka.’ Kemudian berdiri pula orang lain, dan berkata, ‘doakan saja juga supaya Allah menjadikan saya salah satu dari mereka.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Engkau telah didahului oleh Ukasyah.” (HR. Bukhari & Muslim).
- Tawakal Sunnah Rasulullah SAW
Rasulullah SAW juga selalu menggantungkan tawakal pada Allah SWT seperti pada doa tentang ketawakaln-Nya pada Allah SWT, dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW senantiasa berdoa, “Ya Allah hanya kepada-Mulah aku menyerahkan diri, hanya kepada-Mulah aku beriman, hanya kepada-Mulah aku bertawakal, hanya kepada-Mulah aku bertaubat, hanya karena-Mulah aku (melawan musuh-musuh-Mu). Ya Allah aku berlindung dengan kemulyaan-Mu di mana tiada tuhan selain Engkau janganlah Engkau menyesatkanku. Engkau Maha Hidup dan tidak pernah mati, sendangkan jin dan manusia mati”. (HR. Muslim)
- Allah Sebaik-baiknya Tempat Bertawakal
Ibnu Abbas ra, “Hasbunallah wani’mal Wakil’ kalimat yang dibaca oleh Nabi Ibrahim as ketika dilempar ke dalam ap, dan juga telah dibaca oleh Nabi Muhammad SAW ketika diprovokasi oleh orang kafir, supaya takut kepada mereka ; ‘sesungguhnya manusia telah mengumpulkan segala kekuatannya untuk menghancurkan kalian, maka takutlah kamu dan janganlah melawan, tapi orang-orang beriman bertambah imannya dan membaca, Hasbunallah wa ni’mal Wakil (cukuplah Allah yang mencukupi kami dan cukuplah Allah sebagai tempat kami bertawakal.” (HR. Bukhari)
Tawakal adalah perintah dari Allah SWT dan juga menjadi sunnah Rasulullah SAW yang apabila dilakukan dengan baik dan benar maka insya Allah tidak akan menjadikan orang tersebut sebagai seorang hamba yang hina dan tidak memiliki apapun, sebab tawakal tidak identik dengan pasrah tanpa alasan. Akan tetapi, tawakal haruslah didahului dengan usaha yang maksimal, sebab jika usaha sudah hilang berarti hilang juga hakekat dari tawakal tersebut.