Carina Kinksy, Author at DalamIslam.com https://dalamislam.com/author/carina Sat, 26 Oct 2019 05:31:16 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png Carina Kinksy, Author at DalamIslam.com https://dalamislam.com/author/carina 32 32 7 Adab Bergaul dengan Lawan Jenis dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/adab-bergaul-dengan-lawan-jenis Mon, 21 Oct 2019 09:11:58 +0000 https://dalamislam.com/?p=8031 Dalam Islam, interaksi antara laki-laki dan wanita memiliki cara khusus yang harus dipatuhi. Sebagaimana kita ketahui, berinteraksi dengan lawan jenis tidak bisa dilakukan dengan sembarangan karena Allah sendiri telah mengaturnya dalam Al Quran dan diperjelas kembali melalui Hadits. Berikut ini adalah beberapa adab bergaul dengan lawan jenis yang perlu diketahui: 1. Menutup aurat Bagi seorang […]

The post 7 Adab Bergaul dengan Lawan Jenis dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam Islam, interaksi antara laki-laki dan wanita memiliki cara khusus yang harus dipatuhi. Sebagaimana kita ketahui, berinteraksi dengan lawan jenis tidak bisa dilakukan dengan sembarangan karena Allah sendiri telah mengaturnya dalam Al Quran dan diperjelas kembali melalui Hadits. Berikut ini adalah beberapa adab bergaul dengan lawan jenis yang perlu diketahui:

1. Menutup aurat

Bagi seorang wanita yang ingin melakukan komunikasi dengan pria yang bukan mahramnya, maka hendaknya ia selalu menjaga auratnya tetap tertutup. Jangan sampai menggunakan pakaian yang menarik perhatian hingga menimbulkan bisikan setan apalagi terjerumus ke dalam syahwat. Sebagaimana Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]

2. Dilarang berduaan

Tidak ada larangan untuk bergaul dengan lawan jenis, namun membutuhkan lebih banyak kewaspadaan dan kehati-hatian dalam melakukannya. Hal ini demi mencegah terjadinya fitnah apalagi terjerumusnya keduanya dalam dosa besar. Salah satu adab yang perlu dipatuhi adalah tidak berduaan. Ketika keduanya hanya berduaan, maka setan akan sangat mudah untuk menggoda dan membisikkan berbagai macam godaan dosa yang terlihat indah. Bahkan meskipun seorang yang alim, hendaknya tetap menghindari kontak seperti ini.

Baca juga:

Dari Umar bin Khattab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiapa yang bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya, maka dia adalah seorang mukmin.” (HR. Ahmad)

3. Menundukkan pandangan

Baik laki-laki maupun wanita, sebaiknya ketika melakukan komunikasi saling menundukkan pandangan. Hal ini dikarenakan dalam pandangan terdapat godaan untuk melakukan zina dengan diperlihatkannya keindahan dan kenikmatan yang sebenarnya menjebak.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,  

“Telah ditentukan bagi anak adam (manusia) bagian zinanya. Dimana ia pasti mengerjakannya. Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara, zina tangan adalah memukul, zina kaki adalah berjalan, serta zina hati adalah bernafsu dan berangan-angan, yang semuanya dibuktikan atau tidak dibuktikan oleh kemaluan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca juga:

4. Tidak menyentuh

Interaksi antara lawan jenis diperbolehkan dalam Islam, selama masih dalam batas yang diperbolehkan dalam Islam. Salah satunya adalah dilarang bersentuhan. Hal ini sesuai dengan apa yang diucapkan Rasulullah dahulu,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ

Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir 20: 211. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

5. Tidak berdandan

Dalam Islam, seorang wanita hanya diperbolehkan untuk berdandan di hadapan suaminya saja. Begitu pula ketika bergaul dengan lawan jenis. Wanita yang dengan sengaja berdandan bahkan menggunakan wewangian untuk memikat laki-laki merupakan wanita yang sangat rendah dalam Islam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.” (HR. An Nasa’i no. 5129, Abu Daud no. 4173, Tirmidzi no. 2786 dan Ahmad 4: 414. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Sanad hadits ini hasan kata Al Hafizh Abu Thohir)

Baca juga:

6. Menjaga batas intensitas komunikasi

Ingatlah bahwa bergaul dengan lawan jenis memiliki banyak resiko, terutama fitnah dan zina. Maka dari itu, jagalah agar tidak terlalu sering melakukan komunikasi dengan lawan jenis agar tidak terjadi hal yang membuat kita terjerumus dalam dosa. Terlalu berlebihan dalam berkomunikasi dapat menyebabkan kesalahpahaman hingga menimbulkan fitnah.

Rasulullah pernah memberikan peringatan pada kita semua,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (ujian) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita.” (HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no.7122)

7. Tidak bercampur baur

Adab dalam bergaul dengan lawan jenis yang lain adalah tidak bercampur baur. Hendaknya kita memisahkan diri dari lawan jenis ketika melakukan komunikasi. Sebagaimana yang dilakukan para sahabat ketika bertanya pada istri-istri Rasulullah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعاً فَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَاء حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53)

Baca juga:

Itulah beberapa adab bergaul dengan lawan jenis yang perlu diketahui. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga kita dapat menjaga diri kita dengan membangun keimanan yang kuat di tengah terpaan godaan dunia. Aamiin.

The post 7 Adab Bergaul dengan Lawan Jenis dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
7 Adab Buang Hajat Dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/adab-buang-hajat Mon, 21 Oct 2019 08:34:52 +0000 https://dalamislam.com/?p=8032 Islam memang agama yang sangat sempurna. Setiap aspek kehidupan telah mendapatkan aturan sendiri di dalam syariat Islam. Salah satunya adalah mengenai buang hajat. Muslim yang baik dan taat tentu akan beradab dalam buang hajat. Berikut ini adalah beberapa adab ketika buang hajat yang perlu diamalkan: 1. Dilakukan di tempat tertutup Tidak akan mungkin seorang muslim […]

The post 7 Adab Buang Hajat Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Islam memang agama yang sangat sempurna. Setiap aspek kehidupan telah mendapatkan aturan sendiri di dalam syariat Islam. Salah satunya adalah mengenai buang hajat. Muslim yang baik dan taat tentu akan beradab dalam buang hajat. Berikut ini adalah beberapa adab ketika buang hajat yang perlu diamalkan:

1. Dilakukan di tempat tertutup

Tidak akan mungkin seorang muslim yang baik buang hajat di tempat yang terbuka. Lakukanlah buang hajat di tempat yang tidak terlihat oleh orang lain untuk menjaga aurat selama kita buang hajat.

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَأْتِى الْبَرَازَ حَتَّى يَتَغَيَّبَ فَلاَ يُرَى.

Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika safar, beliau tidak menunaikan hajatnya di daerah terbuka, namun beliau pergi ke tempat yang jauh sampai tidak nampak dan tidak terlihat.” ( HR. Ibnu Majah no. 335. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

2. Membaca doa

Sebagaimana perbuatan lain, buang hajat pun harus dilakukan dengan membaca doa terlebih dahulu. Namun bacalah doa sebelum masuk ke dalam tempat buang hajat atau bacalah di dalam hati. Doa yang dibaca merupakan permohonan agar kita dilindungi dari gangguan jin yang jahat selama buang hajat karena biasanya setan bernaung di tempat buang hajat.

بِسْمِ اللهِ، اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ.

“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syaitan laki-laki dan syaitan perempuan.”

Baca juga:

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

سِتْرٌ مَا بَيْنَ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْخَلاَءَ أَنْ يَقُوْلَ: بِسْمِ اللهِ.

“Penghalang antara jin dan aurat anak Adam jika salah seorang dari kalian memasuki al khalaa’ adalah ia mengucapkan, “Bismillah”. ( Shahih: [Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 3611)], Sunan at-Tirmidzi (II/59/ no. 603) ini adalah lafazhnya. Sunan Ibni Majah (I/109 no. 297), dengan lafazh: إِذَا دَخَلَ الْكَنِيْفَ. “Jika memasuki al kaniif”)

3. Tidak menghadap atau membelakangi kiblat

Buang hajat dengan tidak membelakangi kiblat dilakukan baik di dalam ruangan maupun luar ruangan. Hal ini sesuai dengan perintah Rasul.

Dari Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِذَا أَتَيْتُمُ الْغَائِطَ فَلاَ تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلاَ تَسْتَدْبِرُوْهَا، وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوْا.

“Jika kalian hendak buang hajat, janganlah menghadap dan membelakangi kiblat. Tapi, menghadaplah ke timur atau ke barat.”

4. Tidak membawa barang berlafaz Allah

Lafaz Allah terlalu suci untuk dibawa ke tempat yang penuh dengan kotoran seperti tempat buang hajat. Maka lepaskanlah setiap atribut yang mengandung lafaz Allah seperti gelang, cincin, kalung, atau pakaian. Anda dapat memakainya kembali setelah keluar dari kamar mandi.

Allah Ta’ala berfirman,

ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al Hajj: 32)

Baca juga:

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,

كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا دَخَلَ الْخَلاَءَ وَضَعَ خَاتَمَهُ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki kamar mandi, beliau meletakkan cincinnya.”. Akan tetapi hadits ini adalah hadits munkar yang diingkari oleh banyak peneliti hadits. Namun memang cincin beliau betul bertuliskan “Muhammad Rasulullah” ( HR. Bukhari no. 5872 dan Muslim no. 2092)

5. Tidak buang hajat di sembarang tempat

Buang hajat hendaknya dilakukan di tempat tertentu dimana tidak terdapat mahluk hidup yang tinggal di dalamnya. Buang hajat di tempat tinggal mahluk hidup merupakan penghinaan kepada mahluk Allah yang lain.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa ssallam bersabda,

« اتَّقُوا اللَّعَّانَيْنِ ». قَالُوا وَمَا اللَّعَّانَانِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الَّذِى يَتَخَلَّى فِى طَرِيقِ النَّاسِ أَوْ فِى ظِلِّهِمْ ».

Hati-hatilah dengan al la’anain (orang yang dilaknat oleh manusia)!” Para sahabat bertanya, “Siapa itu al la’anain (orang yang dilaknat oleh manusia), wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Mereka adalah orang yang buang hajat di jalan dan tempat bernaungnya manusia.

6. Diam

Ketika buang hajat, hendaknya diam dan tidak melakukan apapun selain segera menyelesaikan buang hajat. Jangan berbicara kecuali ada keperluan yang jauh lebih mendesak. Hal ini ditunjukkan oleh sikap Rasul ketika ada yang memberikan salam ketika beliau buang hajat.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma, beliau berkata,

أَنَّ رَجُلاً مَرَّ وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَبُولُ فَسَلَّمَ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ.

Ada seseorang yang melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang kencing. Ketika itu, orang tersebut mengucapkan salam, namun beliau tidak membalasnya.

Syaikh Abu Malik mengatakan, “Sudah kita ketahui bahwa menjawab salam itu wajib. Ketika buang hajat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkannya, maka ini menunjukkan diharamkannya berbicara ketika itu, lebih-lebih lagi jika dalam pembicaraan itu mengandung dzikir pada Allah Ta’ala. Akan tetapi, jika seseorang berbicara karena ada suatu kebutuhan yang mesti dilakukan ketika itu, seperti menunjuki jalan pada orang (ketika ditanya saat itu, pen) atau ingin meminta air dan semacamnya, maka dibolehkan saat itu karena alasan darurat. Wallahu a’lam.” (Shahih Fiqh Sunnah, 1/95)

Baca juga:

7. Beristinja’

Jika sudah selesai buang hajat, hendaknya beristinja’ agar bersih kembali. Selain menaati perintah Allah dan sunnah Rasul, juga menjaga kesehatan tubuh sendiri.

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا خَرَجَ لِحَاجَتِهِ أَجِىءُ أَنَا وَغُلاَمٌ مَعَنَا إِدَاوَةٌ مِنْ مَاءٍ . يَعْنِى يَسْتَنْجِى بِهِ

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar untuk buang hajat, aku dan anak sebaya denganku datang membawa seember air, lalu beliau beristinja’ dengannya.”

Baca juga:

Itulah beberapa adab buang hajat yang perlu diketahui. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.

The post 7 Adab Buang Hajat Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
8 Adab Dalam Berdoa Dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/adab-dalam-berdoa Mon, 21 Oct 2019 08:31:00 +0000 https://dalamislam.com/?p=8043 Doa adalah ruhnya ibadah. Hanya dengan doa, kita dapat menunjukkan kerendahan diri kita pada Allah SWT. Melalui doalah kita meminta segala sesuatu yang diinginkan. Namun berdoa juga harus mengikuti adabnya. Berikut ini adalah beberapa adab dalam berdoa yang harus diperhatikan. 1. Memuji Allah Berdoa adalah meminta, maka seharusnya kita memuji-muji yang akan memberikan sebelum kita […]

The post 8 Adab Dalam Berdoa Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Doa adalah ruhnya ibadah. Hanya dengan doa, kita dapat menunjukkan kerendahan diri kita pada Allah SWT. Melalui doalah kita meminta segala sesuatu yang diinginkan. Namun berdoa juga harus mengikuti adabnya. Berikut ini adalah beberapa adab dalam berdoa yang harus diperhatikan.

1. Memuji Allah

Berdoa adalah meminta, maka seharusnya kita memuji-muji yang akan memberikan sebelum kita memintanya. Maka mulailah doa dengan pujian kepada Allah SWT.

عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ قَالَ: بَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدًا إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَقَالَ: اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ، فَقَالَ رَسُوْلَُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجِلْتَ أَيُّهَا الْمُصَلِّيْ إِذَا صَلَّيْتَ فَقَعَدْتَ فَاحْمَدِاللهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ وَصَلِّ عَلَيَّ ثُمَّ ادْعُهُ قَالَ ثُمَّ صَلَّى رَجُلٌ آخَرُ بَعْدَ ذَلِكَ فَحَمِدَ اللهَ وَصَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا الْمُصَلِّي ادْعُ تُجَبْ.

Dari Fadhalah bin ‘Ubad Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan duduk-duduk, masuklah seorang laki-laki. Orang itu kemudian melaksanakan shalat dan berdo’a: ‘Ya Allah, ampunilah (dosaku) dan berikanlah rahmat-Mu kepadaku.’ Maka, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Engkau telah tergesa-gesa, wahai orang yang tengah berdo’a. Apabila engkau telah selesai melaksanakan shalat lalu engkau duduk berdo’a, maka (terlebih dahulu) pujilah Allah dengan puji-pujian yang layak bagi-Nya dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdo’alah.’ Kemudian datang orang lain, setelah melakukan shalat dia berdo’a dengan terlebih dahulu mengucapkan puji-pujian dan bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, ‘Wahai orang yang tengah berdo’a, berdo’alah kepada Allah niscaya Allah akan mengabulkan do’amu.’” (Shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3476) dan Abu Dawud (no. 1481). Dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah dalam Shahiihul Jaami’ (no. 3988))

Baca juga:

2. Berdoa di waktu mustajab

Berdoalah di waktu yang paling baik atau mustajab, yakni di sepertiga malam terakhir, ketika berpuasa, hari Jumat, dan hari Arafah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ينزل الله تعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الأخير فيقول عز وجل: من يدعونى فأستجب له، من يسألنى فأعطيه، من يستغفرنى فأغفر له

Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampunan pasti Aku ampuni’.” (HR. Muslim)

3. Menghadap kiblat

Ketika berdoa, hendaknya menghadap ke arah kiblat. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasul setiap kali beliau berdoa.

Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di Padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam. (HR. Muslim)

Dari Salman radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian itu Malu dan Maha Memberi. Dia malu kepada hamba-Nya ketika mereka mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali dengan tangan kosong (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan beliau hasankan)

4. Bersuara lembut

Jika kita meminta pada orang saja harus dengan suara yang lembut dan penuh kerendahan diri, apalagi jika kita meminta dengan Allah SWT. Tentu kita harus bersuara penuh kelembutan sebagaimana Allah perintahkan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا

Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Isra: 110)

Baca juga:

5. Penuh harap

Selanjutnya kita juga harus berdoa dengan penuh harapan dan rasa takut jika dosa kita terlalu banyak hingga menghalangi terkabulnya doa. Rasa takut tersebut akan menumbuhkan rasa rendah diri di hadapan Allah SWT.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)

6. Yakin

Ingatlah bahwa Allah adalah yang kita sangkakan, maka yakinlah bahwa Allah akan mengabulkan doa kita. Yakinlah bahwa kuasa Allah selalu mampu mengabulkan apapun doa dan keinginan kita.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada-mu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a.” [Al-Baqarah/2: 186]

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه

Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya).” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani)

Baca juga:

7. Bersungguh-sungguh

Bukti kesungguhan seorang hamba adalah dengan tidak putus berdoa. Ia akan selalu berdoa tanpa henti dan tidak akan mengeluh. Maka berdoalah tanpa pernah berhenti dan mengeluh karena Allah juga ingin melihat usaha kita dalam meminta.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwasanya ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ وَلاَيَقُوْلَنَّ اللّهُمَّ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِيْ فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ.

‘Apabila salah seorang di antara kalian berdo’a maka hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam permohonannya kepada Allah dan janganlah ia berkata, ‘Ya Allah, apabila Engkau sudi, maka kabulkanlah do’aku ini,’ karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa Allah.”

8. Jauhi harta dan makanan haram

Salah satu penghalang doa adalah harta dan makanan yang haram, maka jauhilah agar doa kita dikabulkan Allah SWT.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ». ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’. Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu’. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’. Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya?” (HR. Muslim)

Baca juga:

Itulah 8 adab dalam berdoa yang perlu diketahui. Dengan berdoa sesuai adabnya, maka mudah-mudahan Allah akan mengabulkan doa kita dengan cepat. Aamiin.

The post 8 Adab Dalam Berdoa Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
6 Adab Jika Terjadi Perbedaan Pendapat tentang Sesuatu Dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/adab-jika-terjadi-perbedaan-pendapat-tentang-sesuatu-dalam-islam Mon, 21 Oct 2019 08:15:20 +0000 https://dalamislam.com/?p=8055 Perbedaan pendapat dalam agama Islam adalah sesuatu yang wajar terjadi. Namun sebagai seorang muslim yang baik, hendaknya kita dapat menyikapinya dengan bijak. Berikut ini adalah beberapa adab jika terjadi pendapat dalam Islam: 1. Adil Salah satu sikap yang harus diutamakan seorang muslim ketika terjadi perbedaan pendapat adalah selalu bersikap adil. Sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT, […]

The post 6 Adab Jika Terjadi Perbedaan Pendapat tentang Sesuatu Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Perbedaan pendapat dalam agama Islam adalah sesuatu yang wajar terjadi. Namun sebagai seorang muslim yang baik, hendaknya kita dapat menyikapinya dengan bijak. Berikut ini adalah beberapa adab jika terjadi pendapat dalam Islam:

1. Adil

Salah satu sikap yang harus diutamakan seorang muslim ketika terjadi perbedaan pendapat adalah selalu bersikap adil. Sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“ Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.[QS Al Maidah : 8]

Baca juga :

2. Berpikiran positif

Hal penting lain yang harus diamalkan adalah selalu berpikiran positif. Sebagai seorang muslim, berprasangka baik harus diutamakan dalam menghadapi segala sesuatu. Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” .(QS. Al Hujurat:12)

3. Saling menasehati

Tugas seorang muslim adalah menasehati dan mengingatkan muslim lainnya. Bahkan jika terjadi perbedaan pendapat sekalipun, saling menasehati sudah seharusnya menjadi pegangan agar tidak terjadi pertengkaran. Allah telah berfirman,

وَالْعَصْرِ (١)إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢)إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. ( Al Ashr :1-3)

Baca juga:

4. Menghormati yang lebih berilmu

Jika terjadi perbedaan pendapat, maka hendaknya menghormati orang yang memiliki ilmu lebih tinggi terlebih dahulu. Dengarkan pendapat dari mereka dengan baik sehingga solusi yang dihasilkan dapat menguntungkan semua pihak. Allah berfirman :

قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“ Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui. (Al-Baqarah :247)

Maka dari itu, kita sebaiknya menyerahkan sebuah masalah kepada yang memang ahlinya sehingga keputusan yang diambil akanlebih tepat sasaran.

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

“ Dan tidaklah Kami mengutus Rasul-rasul sebelummu (wahai Muhammad), melainkan dari kalangan orang-orang lelaki, yang Kami wahyukan kepada mereka. Oleh itu bertanyalah kamu (wahai golongan musyrik) kepada orang-orang yang berpengetahuan ugama jika kamu tidak mengetahui.“(al-Nahl 16:43):

Baca juga:

5. Mengurangi sumber perdebatan

Sebuah perdebatan tidak akan pernah selesai jika sumber masalah tidak diminimalisir. Maka dari itu, berhenti mengungkit sumber masalah dan mulai mencari solusi adalah jalan terbaik dalam menyelesaikan sebuah perdebatan. Allah berfirman,

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

’’ Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak niscaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran); sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. ’’(Al-Anfal 8:46):

6. Mengutamakan persaudaraan

Adab selanjutnya yang kadang kita lupakan adalah tetap mengutamakan tali persaudaraaan sesama muslim. Perbedaan pendapat merupakan hal yang manusiawi, namun hendaknya kita harus tetap mengutamakan untuk menjalin persaudaraan sesama muslim.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“ Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.[QS Al Hujurat : 10]

Baca juga:

Asy-Syafi’i rahimahullah) berkata : ” Aku tidak mendapati orang yang lebih berakal (lebih cerdas) daripada Asy Syafi’i. Suatu hari pernah aku berdiskusi (berdebat) dengan beliau, lalu kami berpisah. Setelah itu beliau menemuiku dan menggandeng tanganku seraya berkata : ” Hai Abu Musa! Tidakkah sepatutnya kita tetap bersaudara, meskipun kita tidak sependapat dalam satu masalah pun ? (tentu diantara masalah-masalah ijtihadiyah)

Perbedaan pendapat jangan dijadikan sebagai sumber dari permusuhan. Perbedaan pendapat sudah ada sejak jaman Rasul dan bahkan diantara para sahabat sendiri. Namun mereka selalu menanggapinya dengan penuh kebijaksanaan.

Anas bin Maalik berkata: “Kami sedang bermusafir bersama dengan Rasulullah Shallallahu “˜alaihi wasallam semasa Ramadhan dan di kalangan kami ada yang berpuasa, ada yang tidak berpuasa. Golongan yang berpuasa tidak menyalahkan orang yang tidak berpuasa dan golongan yang tidak berpuasa tidak menyalahkan orang yang berpuasa. [ hadist riwayat Bukhari and Muslim]

Meskipun perbedaan pendapat telah dikatakan oleh Rasul akan memnbuat umat Islam terpecah belah, namun satu yang harus kita pegang teguh yakni mengembalikan semuanya pada Al Quran dan hadits. Rasul bersabda,

Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan.” Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah mereka, wahai Rasul Allah?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku.” (HR Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darami dan Al-Hakim).

Semoga kita semua mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan sabar dalam menghadapi perbedaan.

The post 6 Adab Jika Terjadi Perbedaan Pendapat tentang Sesuatu Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
8 Adab Dalam Berbicara dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/adab-dalam-berbicara Mon, 21 Oct 2019 07:03:02 +0000 https://dalamislam.com/?p=8044 Hubungan antara sesama manusia tentunya tidak terlepas dari komunikasi verbal atau berbicara satu sama lain. Dalam Islam, ketika berbicara pun kita harus memegang teguh adab-adab yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Berikut ini adalah beberapa adab dalam berbicara yang perlu diperhatikan: 1. Berbicara yang baik Ketika kita diberikan nikmat berbicara, maka berbicaralah hanya yang baik […]

The post 8 Adab Dalam Berbicara dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hubungan antara sesama manusia tentunya tidak terlepas dari komunikasi verbal atau berbicara satu sama lain. Dalam Islam, ketika berbicara pun kita harus memegang teguh adab-adab yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Berikut ini adalah beberapa adab dalam berbicara yang perlu diperhatikan:

1. Berbicara yang baik

Ketika kita diberikan nikmat berbicara, maka berbicaralah hanya yang baik saja. Sebagaimana telah Allah perintahkan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]

Dalam kitab Shahihnya no. 6477 , dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا يَهْوِى بِهَا فِي النَّارِأَبْعَدَمَا بَيْنَ الْمَسْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat”

2. Tidak ghibah

Salah satu penyumbang dosa terbesar manusia adalah lisannya. Banyaknya ghibah yang dilakukan membuat seorang ahli agama pun dapat masuk ke dalam neraka. Dalam kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 dijelaskan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَأكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ اَفَرَاَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنَّ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُولُ فَقَدِاغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَهُ

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya”

Baca juga:

3. Melihat wajah lawan bicara

Jika berbicara secara langsung, maka pandanglah wajah orang yang berbicara tersebut. Hal ini akan membuat mereka merasa lebih dihargai. Dari ibnu ‘Abbas, beliau berkata,

إنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا فَلَبِسَهُ قَالَ : شَغَلَنِي هَذَا عَنْكُمْ مُنْذُ الْيَوْمَ إِلَيْهِ نَظْرَةٌ وَإِلَيْكُمْ نَظْرَةٌ ثُمَّ أَلْقَاهُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai sebuah cincin dan memakainya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cincin ini telah menyibukkanku dari (memperhatikan) kalian sejak hari ini (aku memakainya), sesaat aku memandangnya dan sesaat aku melihat kalian”. Kemudian beliau pun melempar cincin tersebut.”(Shahih An Nasa’i : 5304)

4. Antusias

Dengarkanlah orang lain yang berbicara dengan sangat antusias. Bahkan meskipun kita pernah mendengar hal tersebut sebelumnya, hendaklah kita tetap mendengarkan dengan baik.

‘Ataa’ bin Abi Rabah berkata,

إن الرجل ليحدِّثني بالحديث فأنصت له كأني لم أسمعه وقد سمعته قبل أن يولد

“Ada seseorang laki-laki menceritakan kepadaku suatu cerita, maka aku diam untuk benar-benar mendengarnya, seolah-olah aku tidak pernah mendengar cerita itu, padahal sungguh aku pernah mendengar cerita itu sebelum ia dilahirkan.” (Siyar A’laam An-Nubala 5/86)

Baca juga:

5. Tidak memotong pembicaraan

Adab selanjutnya ketika berbicara adalah tidak memotong pembicaraan. Orang yang suka memotong pembicaraan orang lain adalah orang yang sangat tidak sopan dan egois.

Al-Hasan Al-Bashri berkata,

إذا جالست فكن على أن تسمع أحرص منك على أن تقول , و تعلم حسن الاستماع كما تتعلم حسن القول , و لا تقطع على أحد حديثه

“Apabila engkau sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya engkau bersemangat mendengar melebihi semangat engkau berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain.” (Al-Muntaqa hal. 72)

6. Tidak berdebat

Ada kalanya dalam sebuah pembicaraan terjadi perdebatan. Dalam Islam, perdebatan hal yang biasa terjadi namun hendaknya dihindari. Bahkan meskipun kita benar, kita sebaiknya mengalah agar tidak terjadi perdebatan yang panjang.

Rasul pernah bersabda,

ﻋَﻦ ﺃَﺑِﻲ ﺃُﻣَﺎﻣَﺔ ﻗَﺎﻟَﻘَﺎﻝ ﺭَﺳُﻮﻝ اﻟﻠَّﻪ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪ ﻭَﺳَﻠَّﻢ ﺃَﻧَﺎ ﺯَﻋِﻴﻢ ﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﺭَﺑَﺾ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺗَﺮَﻙ اﻟْﻤِﺮَاء ﻭَﺇِﻥ ﻛَﺎﻥ ﻣُﺤِﻘًّﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﻭَﺳَﻄ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺗَﺮَﻙ اﻟْﻜَﺬِﺏ ﻭَﺇِﻥ ﻛَﺎﻥ ﻣَﺎﺯِﺣًﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﺃَﻋْﻠَﻰ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺣَﺴَّﻦ ﺧُﻠُﻘَﻪ

“Aku menjamin sebuah istana di sekitar surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan walaupun dia dalam keadaan benar. Dan dipertengahan surga bagi seorang yang meninggalkan kedustaan walau dalam bercanda dan di bagian surga tertinggi bagi yang terpuji akhlaknya.” (HR. Abu Dawud, dalam sunannya, no 4167)

Baca juga:

7. Terlalu banyak bicara

Salah satu orang yang merugi adalah orang yang sangat banyak berbicara. Rasul sendiri telah memperingatkan mereka yang terlalu banyak berbicara.

Rasulullah bersabda, “Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya di antara kalian dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak bicara, orang yang memfasih-fasihkan cara bicaranya dan orang yang sombong.” (HR. Tirmidzi)

8. Selalu jujur

Teladan yang selalu dicontohkan oleh Rasul semasa hidupnya adalah selalu berkata jujur. Jujur dalam berbicara menunjukkan ke-Islaman seseorang, maka hendaknya kita selalu jujur dalam setiap perkataan bahkan dalam candaan sekalipun.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Dari Abdullâh bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahualaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur.

Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).” [ Ahmad (I/384); al-Bukhâri (no. 6094) dan dalam kitab al-Adabul Mufrad (no. 386) At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.

Baca juga:

Itulah 8 adab dalam berbicara yang perlui dipedomani. Meskipun sepele, namun ingatlah bahwa banyak orang di kubur sana yang ingin kembali memperbaiki semuanya akibat perkataannya dulu. Semoga kita semua dijauhkan dari bahayanya berbicara. Aamiin.

The post 8 Adab Dalam Berbicara dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
7 Adab ke Kamar Mandi Dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/adab-ke-kamar-mandi Mon, 21 Oct 2019 03:56:08 +0000 https://dalamislam.com/?p=8048 Salah satu adab yang wajib diketahui seorang muslim adalah adab ke kamar mandi. Bagi sebagian orang, perilaku ketika akan ke kamar mandi atau saat berada di kamar mandi mungkin tidak pernting, namun dalam Islam setiap perbuatan memiliki dampak dan aturannya. Berikut ini adalah adab ke kamar mandi yang sering kali dilupakan: 1. Berdoa sebelum masuk […]

The post 7 Adab ke Kamar Mandi Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Salah satu adab yang wajib diketahui seorang muslim adalah adab ke kamar mandi. Bagi sebagian orang, perilaku ketika akan ke kamar mandi atau saat berada di kamar mandi mungkin tidak pernting, namun dalam Islam setiap perbuatan memiliki dampak dan aturannya. Berikut ini adalah adab ke kamar mandi yang sering kali dilupakan:

1. Berdoa sebelum masuk

Sebagaimana kegiatan lainnya, ketika akan masuk ke kamar mandi sekalipun kita harus membaca doa. Sebagaimana

Dari Imam al-Tirmidzi dari Sayyidina Ali, dia berkata bahwa Nabi bersabda,

سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِى آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمُ الْخَلاَءَ أَنْ يَقُولَ بِسْمِ اللَّهِ

“Penghalang antara pandangan jin dan aurat manusia adalah jika salah seorang di antara mereka memasuki kamar mandi, lalu dia mengucapkan “bismillah”.

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْخَلاَءَ قَالَ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ »

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki jamban, beliau ucapkan: Allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khobaits (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan”
(HR. Bukhari no. 142 dan Muslim no. 375)

2. Mendahulukan kaki kiri

Rasul sangat suka mendahulukan yang sebelah kanan terlebih dahulu, namun ketika akan masuk ke kamar mandi, yang didahulukan justru kaki kiri terlebih dahulu. Mengapa? Hal ini dikarenakan kamar mandi adalah tempat yang kotor dan kita masuk dalam keadaan kotor sehingga didahulukan kaki kiri yang melambangkan kotornya. Sedangkan ketika sudah keluar dari kamar mandi, kita tentu telah membersihkan diri yang dilambangkan dengan keluar dengan kaki kanan terlebih dahulu.

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih suka mendahulukan yang kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, ketika bersuci dan dalam setiap  perkara (yang baik-baik).” (HR. Bukhari no. 168 dan Muslim no. 268)

Baca juga:

3. Tidak berlama-lama

Salah satu godaan setan adalah berlama-lama di kamar mandi. Kamar mandi adalah tempat setan sehingga setan sangat suka menggoda manusia untuk berlama-lama di rumahnya.

Dari Zaid bin Arqam radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya toilet ini dihadiri setan. (HR. Ahmad 19807, Abu Daud 6, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

4. Tidak menghadap atau membelakangi kiblat

Ketika buang hajat di dalam kamar mandi, hendaknya tidak dalam posisi menghadap atau membelakangi kiblat. Dari Abu Ayyub Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِذَا أَتَيْتُمُ الْغَائِطَ فَلاَ تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلاَ تَسْتَدْبِرُوهَا ، وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا » . قَالَ أَبُو أَيُّوبَ فَقَدِمْنَا الشَّأْمَ فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ بُنِيَتْ قِبَلَ الْقِبْلَةِ ، فَنَنْحَرِفُ وَنَسْتَغْفِرُ اللَّهَ تَعَالَى

Jika kalian mendatangi jamban, maka janganlah kalian menghadap kiblat dan membelakanginya. Akan tetapi, hadaplah ke arah timur atau barat.” Abu Ayyub mengatakan, “Dulu kami pernah tinggal di Syam. Kami mendapati jamban kami dibangun menghadap ke arah kiblat. Kami pun mengubah arah tempat tersebut dan kami memohon ampun pada AllahTa’ala.” (HR. Bukhari no. 394 dan Muslim no. 264)

Baca juga:

5. Tidak beristinja dengan tangan kanan

Dalam Islam, tangan yang digunakan untuk beristinja’adalah tangan kiri. Tangan kanan digunakan untuk makan dan kegiatan lainnya. Dari Abu Qotadah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا شَرِبَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَتَنَفَّسْ فِى الإِنَاءِ ، وَإِذَا أَتَى الْخَلاَءَ فَلاَ يَمَسَّ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ ، وَلاَ يَتَمَسَّحْ بِيَمِينِهِ

Jika salah seorang di antara kalian minum, janganlah ia bernafas di dalam bejana. Jika ia buang hajat, janganlah ia memegang kemaluan dengan tangan kanannya. Janganlah pula ia beristinja’ dengan tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 153 dan Muslim no. 267)

6. Diam

Ketika berada di dalam kamar mandi, hendaknya seorang muslim diam tanpa berkata-kata, apalagi sampai bernyanyi. Bahkan jika ada yang memberi salam, kita sebaiknya tetap diam. Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

أَنَّ رَجُلاً مَرَّ وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَبُولُ فَسَلَّمَ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ.

Ada seseorang yang melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang kencing. Ketika itu, orang tersebut mengucapkan salam, namun beliau tidak membalasnya.
(HR. Muslim no. 370)

Baca juga:

7. Berdoa sesudah keluar

Jika masuk ke kamar mandi kita harus berdoa, maka setelah keluar dari kamar mandi pun kita juga harus berdoa.  Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا خَرَجَ مِنَ الْغَائِطِ قَالَ « غُفْرَانَكَ ».

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa setelah beliau keluar kamar mandi beliau ucapkan “ghufronaka” (Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu).” (HR. Abu Daud no. 30, At Tirmidzi no. 7, Ibnu Majah no. 300, Ad Darimi no. 680)

Itulah beberapa adab ke kamar mandi yang perlu diketahui dan diamalkan. Ingatlah bahwa kamar mandi merupakan tempat tinggal setan yang harus diwaspadai sehingga menerapkan adab sesuai syariat Islam sangat penting dilakukan.

The post 7 Adab ke Kamar Mandi Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
8 Adab Jual Beli Online Dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/adab-jual-beli-online Mon, 21 Oct 2019 03:53:08 +0000 https://dalamislam.com/?p=8053 Salah satu hal yang sangat banyak terjadi saat ini adalah jual beli online. Kemudahan dalam bertransaksi online membuat kegiatan ini dapat dilakukan siapa saja dan dimana saja. Meskipun hukum jual beli online dalam Islam itu halal, namun dalam melakukannya tetap harus memperhatikan adab-adab yang berlaku. Berikut ini adalah beberapa adab jual beli online yang perlu […]

The post 8 Adab Jual Beli Online Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Salah satu hal yang sangat banyak terjadi saat ini adalah jual beli online. Kemudahan dalam bertransaksi online membuat kegiatan ini dapat dilakukan siapa saja dan dimana saja. Meskipun hukum jual beli online dalam Islam itu halal, namun dalam melakukannya tetap harus memperhatikan adab-adab yang berlaku. Berikut ini adalah beberapa adab jual beli online yang perlu diperhatikan:

1. Menggunakan akad

Dalam jual beli online, pertemuan antara penjual dan pembeli mungkin tidak terjadi, namun bukan berarti tidak ada akad dalam transaksi ini.

Dalam kitab Fathul Mu’in, ijab dan kabul dalam transaksi jual beli adalah:

الايجاب هو ما دل على التملِيك دلالة ظاهرة،والقبول هو ما دل علي التملُك كذالك

Ijab adalah bukti yang menunjukan atas penyerahan dengan bukti yang jelas (dapat dipertanggungjawabkan), sedangakan kabul adalah bukti yang menunjukan atas penerimaan.

Jual beli online menggunakan telepon, chat, email, dan media lain sebagai media ijab kabul. Meskipun tidak terlihat, namun dalam jual beli tersebut tetap harus dilakukan akad.

2. Jujur

Baik penjual maupun pembeli yang sama-sama tidak boleh melakukan penipuan. Meskipun pembeli tidak dapat melihat secara langsung barang yang dijual, namun hendaknya penjual dapat berlaku jujur dan tidak melakukan penipuan. Sesungguhnya pedagang yang menipu bukanlah dari golongan Rasulullah.

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً فَقَالَ « مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ ». قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « أَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى »

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim).

Baca juga:

Rasul juga pernah bersabda,

مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا، وَالْمَكْرُ وَالْخِدَاعُ فِي النَّارِ

Barangsiapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka” (HR. Ibnu Hibban, shahih).

3. Tidak menaikkan harga

Menaikkan harga dengan menyesuaikan kondisi perekonomian saat ini tidak mengapa selama masih dalam batas normal, namun jika pedagang menaikkan harga hingga menyusahkan pembeli, maka ini adalah perbuatan haram. Dalam Islam, tindakan menaikkan harga seperti ini disebut dengan najasy dimana pedagang tersebut mengambil keuntungan melebihi yang seharusnya.

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَلاَ تَنَاجَشُوا

“ .. dan janganlah kalian melakukan jual beli najasy … “ (HR. Bukhari no. 2150 dan Muslim 1515)

Dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّجْشِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari jual beli najasy.” (HR. Bukhari no. 2142 dan Muslim no. 1516)

4. Tidak menjual barang haram

Dalam Islam, hanya barang halal yang diperbolehkan untuk diperjualbelikan. Dari Jabir bin Abdillah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di Mekah saat penaklukan kota Mekah (tahun 8 H),

إِنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ حَرَّمَ بَيْعَ الْخَمْرِ وَالْمَيْتَةِ وَالْخِنْزِيرِ وَالأَصْنَامِ » . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَرَأَيْتَ شُحُومَ الْمَيْتَةِ فَإِنَّهَا يُطْلَى بِهَا السُّفُنُ ، وَيُدْهَنُ بِهَا الْجُلُودُ ، وَيَسْتَصْبِحُ بِهَا النَّاسُ . فَقَالَ « لاَ ، هُوَ حَرَامٌ » . ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – عِنْدَ ذَلِكَ « قَاتَلَ اللَّهُ الْيَهُودَ ، إِنَّ اللَّهَ لَمَّا حَرَّمَ شُحُومَهَا جَمَلُوهُ ثُمَّ بَاعُوهُ فَأَكَلُوا ثَمَنَهُ

Sesungguhnya, Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi, dan patung.” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu mengenai jual beli lemak bangkai, mengingat lemak bangkai itu dipakai untuk menambal perahu, meminyaki kulit, dan dijadikan minyak untuk penerangan?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh! Jual beli lemak bangkai itu haram.” Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah melaknat Yahudi. Sesungguhnya, tatkala Allah mengharamkan lemak bangkai, mereka mencairkannya lalu menjual minyak dari lemak bangkai tersebut, kemudian mereka memakan hasil penjualannya.” (HR. Bukhari no. 2236 dan Muslim, no. 4132).

Baca juga:

5. Menjelaskan aib barang

Ketika berjualan, kita tentunya ingin barang terlihat sangat bagus agar cepat laku. Namun kita juga tidak boleh menyembunyikan aib atau kecacatan yang terdapat pada barang tersebut. Jika disembunyikan, maka tentu akan menjadi sebuah penipuan yang merugikan pembeli.

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ بَاعَ مِنْ أَحَدٍ بَيْعًا فِيْهِ عَيْبٌ إِلاَّ بَيَّنَهُ لَهُ.

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya dan tidak halal bagi seorang muslim untuk menjual sesuatu yang ada aibnya kepada orang lain kecuali ia menjelaskan aib tersebut kepadanya.”

6. Hak pembatalan untuk pembeli

Seorang penjual hendaknya memberikan hak pembatalan kepada pembeli yang merasa tertipu atau tidak puas dengan barang yang dibelinya. Dari Ibnu Umar, ia berkata: “Seorang laki-laki bercerita kepada Rasulullah SAW bahwa ia telah tertipu dalam jual beli. Maka Rasul bersabda: ‘Jika engkau berjual beli, maka katakanlah La khilab (tidak ada penipuan).” (Muttafaq Alaih).

Baca juga:

7. Tidak menjelekkan bisnis online lainnya

Dalam dunia bisnis, persaingan merupakan hal yang biasa. Namun jika menggunakan cara kotor seperti menjelek-jelekkan bisnis lain untuk mendapatkan pelanggan atau keuntungan, maka hal ini termasuk perbuatan haram. Dari Ibnu Umar ra: Sungguh rasulullah SAW bersabda: “Janganlah seseorang diantara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain, dan janganlah meminang pinangan saudaranya kecuali bila saudaranya telah member izin kepadanya.” (Muttafaq Alaih).

8. Memasang foto produk

Jual beli online akan sah jika barang yang dijual difoto sesuai dengan wujud aslinya. Penjual wajib menyertakan foto produk yang dijual tanpa melakukan pengeditan yang dapat merubah wujud produk tersebut. Dari Ibnu Mas’ud ra: Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian membeli ikan di dalam kolam, karena sesungguhnya di dalamnya terdapat unsur penipuan.” (HR. Ahmad)

Itulah 8 adab jual beli online yang perlu diperhatikan. Ingatlah, jangan menyepelekan perkara ini. Amalkan agar penjualan dan pembelian yang kita lakukan lebih berkah.

The post 8 Adab Jual Beli Online Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
7 Adab Jika Bermimpi Buruk Dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/adab-jika-bermimpi-buruk Mon, 21 Oct 2019 03:49:53 +0000 https://dalamislam.com/?p=8054 Salah satu kejadian yang biasa dialami seorang manusia adalah bermimpi. Mimpi menjadi bagian dari kebesaran Allah dimana jiwa kita dilepaskan dari tubuh. Allah berfirman, اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖفَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚإِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ “Allah memegang jiwa (orang) ketika […]

The post 7 Adab Jika Bermimpi Buruk Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Salah satu kejadian yang biasa dialami seorang manusia adalah bermimpi. Mimpi menjadi bagian dari kebesaran Allah dimana jiwa kita dilepaskan dari tubuh. Allah berfirman,

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖفَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚإِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS. Az-Zumar: 42)

Selain mimpi indah, terdapat pula mimpi buruk yang ternyata bukan berasal dari Allah, melainkan dari setan. Dari hadis riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرؤيا ثلاث حديث النفس وتخويف الشيطان وبشرى من الله

“Mimpi itu ada tiga macam: bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah.”

Ketika mengalami mimpi buruk, hendaknya kita melakukan beberapa hal yang telah diajarkan oleh Rasul seperti di bawah ini:

1. Ta’awaudz

Rasul mengajarkan kepada kita untuk membaca ta’awudz sebanyak tiga kali jika mengalami mimpi buruk.

الْحُلْمُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا حَلَمَ فَلْيَتَعَوَّذْ مِنْهُ وَلْيَبْصُقْ عَنْ شِمَالِهِ فَإِنَّهَا لَا تَضُرُّهُ

“Mimpi buruk berasal dari setan, maka jika salah seorang diantara kalian bermimpi buruk, hendaklah meminta perlindungan kepada Allah karenanya” (HR. Al Bukhari)

Baca juga:

Adapun kalimat ta’awudz sendiri telah diajarkan Allah lewat Al Quran,

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Apabila kamu membaca Al-Qur’an, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl [16]: 98)

3. Meludah ke kiri

Jika mendapatkan mimpi buruk, maka hendaknya ia meludah sebanyak 3 kali ke aarah kiri.

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ الرُّؤْيَا يَكْرَهُهَا فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثًا وَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ ثَلَاثًا وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ

“Apabila salah seorang kamu bermimpi dengan mimpi yang tidak disenanginya, maka hendaklah ia meludah ke kiri tiga kali, berlindunglah kepada Allah dari gangguan syetan tiga kali…” (HR. Muslim)

Baca juga:

4. Mengubah posisi tidur

Hal lain yang perlu dilakukan ketika mimpi buruk adalah mengubah posisi tidur. Hal ini sesuai dengan anjuran Rasul,

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ الرُّؤْيَا يَكْرَهُهَا فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثًا وَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ ثَلَاثًا وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ

“Apabila salah seorang kamu bermimpi dengan mimpi yang tidak disenanginya, maka hendaklah ia meludah ke kiri tiga kali, berlindunglah kepada Allah dari gangguan syetan tiga kali, dan mengubah tidurnya dari posisi semula.” (HR. Muslim)

5. Sholat

Jika sampai terbangun akibat mimpi, maka sebaiknya segeralah sholat malam.

فَإِنْ رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ

“Karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian shalatlah…” (HR. Muslim)

Baca juga:

6. Tidak menceritakan pada orang lain

Jika kita bermimpi buruk, maka hendaknya jangan menceritakan mimpi tersebut kepada orang lain karena mimpi itu berasal dari setan.

عَنْ جَابِرٍ قَالَ جَاءَ أَعْرَابِىٌّ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَأَيْتُ فِى الْمَنَامِ كَأَنَّ رَأْسِى ضُرِبَ فَتَدَحْرَجَ فَاشْتَدَدْتُ عَلَى أَثَرِهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِلأَعْرَابِىِّ « لاَ تُحَدِّثِ النَّاسَ بِتَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِكَ فِى مَنَامِكَ ». وَقَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- بَعْدُ يَخْطُبُ فَقَالَ « لاَ يُحَدِّثَنَّ أَحَدُكُمْ بِتَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِهِ فِى مَنَامِهِ .

Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, ada seorang Arab badui datang menemui Nabi kemudian bertanya, “Ya rasulullah, aku bermimpi kepalaku dipenggal lalu menggelinding kemudian aku berlari kencang mengejarnya”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada orang tersebut, “Jangan kau ceritakan kepada orang lain ulah setan yang mempermainkan dirimu di alam mimpi”. Setelah kejadian itu, aku mendengar Nabi menyampaikan dalam salah satu khutbahnya, “Janganlah kalian menceritakan ulah setan yang mempermainkan dirinya dalam alam mimpi” (HR Muslim)

Baca juga :

7. Tidak terlalu dipikirkan

Seperti telah disebutkan pada dalil sebelumnya, jika mendapat mimpi buruk, maka hendaknya tidak terlalu memikirkan dari mimpi yang telah dialami tadi.

الرُّؤْيَا عَلَى رِجْلِ طَائِرٍ مَا لَمْ تُعْبَرْ فَإِذَا عُبِرَتْ وَقَعَتْ

“Mimpi itu berada di kaki burung (mengambang) selama tidak di ta’birkan/ditafsirkan, jika dita’birkan bisa jadi mimpi itu akan terjadi.” (HR. Ibnu Majah; shahih)

Abu Qatadah mengatakan,

إن كنت لأرى الرؤيا أثقل علي من جبل، فما هو إلا أن سمعت بهذا الحديث، فما أباليها

“Sesungguhnya saya pernah bermimpi yang saya rasa lebih berat dari pada gunung, setalah aku mendengar hadis ini aku tidak peduli mimpi tersebut.”

Itulah beberapa adab ketika bermimpi buruk dalam Islam. Lihatlah betapa sempurnanya agama Islam, bahkan hingga hal yang kecil seperti ini pun tetap ada adab dan aturannya. Semoga kita selalu mampu mengamalkan setiap ajaran Rasul pada kita. Aamiin.

The post 7 Adab Jika Bermimpi Buruk Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
7 Adab Jadi Imam Sholat dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/adab-jadi-imam-sholat Sat, 19 Oct 2019 03:11:39 +0000 https://dalamislam.com/?p=8056 Menjadi seorang imam bukanlah hal yang bisa dilakukan asal-asalan. Seorang imam sholat harus mematuhi adab-adab tertentu. Berikut ini adalah beberapa dab menjadi imam sholat: 1. Mengutamakan yang tinggal di tempat Ada baiknya jika yang menjadi imam adalah orang yang menetap. Jika ia adalah pendatang, maka sebaiknya utamakan orang yang bermukim lama di daerah tersebut dahulu, […]

The post 7 Adab Jadi Imam Sholat dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Menjadi seorang imam bukanlah hal yang bisa dilakukan asal-asalan. Seorang imam sholat harus mematuhi adab-adab tertentu. Berikut ini adalah beberapa dab menjadi imam sholat:

1. Mengutamakan yang tinggal di tempat

Ada baiknya jika yang menjadi imam adalah orang yang menetap. Jika ia adalah pendatang, maka sebaiknya utamakan orang yang bermukim lama di daerah tersebut dahulu, kecuali jika orang tersebut memang tidak mampu atau mempersilahkan dengan sendirinya.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

وَلا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ , وَلا يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلا بِإِذْنِهِ

“Janganlah seorang maju menjadi imam shalat di tempat kekuasaan orang lain, dan janganlah duduk di rumah orang lain di kursi khusus milik orang tersebut, kecuali diizinkan olehnya” (HR. Muslim no. 673).

2. Meringankan sholat

Seorang imam hendaknya memikirkan makmumnya yang sudah tua dan memiliki keperluan lainnya. Jangan memperlama sholat hanya karena keinginan sendiri sedangkan urusan makmum menjadi terhalang.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِلنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ مِنْهُمْ الضَّعِيفَ وَالسَّقِيمَ وَالْكَبِيرَ وَإِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِنَفْسِهِ فَلْيُطَوِّلْ مَا شَاءَ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, ”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ’Jika salah seorang diantara kalian shalat mengimami orang banyak, maka hendaklah ia memperingan shalatnya, karena diantara mereka ada yang lemah, sakit, tua. Jika salah seorang diantara kalian shalat sendirian, maka hendaklah ia memanjangkannya sekehendak hati’.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya (2/199), no. 703 ; Imam Muslim dalam Shahih-nya (4/184), no. 467 dan ada tambahan ash shaghir (ada yang kecil)

Baca juga:

3. Mengeraskan suara saat takbir

Seorang imam juga hendaknya mengeraskan suaranya saat takbir agar imam yang berada di barisan paling belakang sekalipun dapat mendengar suaranya. Hal ini sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasul,

Dari Sa’id bin al-Haris, dia berkata;

صلي لنا أبو سعيد فجهر بالتكبير حين رفع رأسه من السجود وحين سجد وحين رفع وحين قام من الركعتين حتى قضى صلاته على ذلك وقال إني رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم هكذا يصلى

“Abu Sa’id melakukan salat untuk kami, kemudian dia mengeraskan takbirnya ketika mengangkat kepalanya dari sujud, ketika sujud, ketika bangun dari sujud, ketika bangun dari rakaat kedua hingga beliau menyelesaikan salatnya. Lalu beliau berkata, ‘Saya melihat Rasulullah saw melakukan salat seperti ini.”

 Dalam riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah, dia berkata;

صلى بنا رسول الله الظهر وأبو بكر رضى الله تعالى عنه خلفه فإذا كبر كبر أبو بكر يسمعنا

“Rasulullah saw salat Zuhur bersama kami dan Abu Bakar berada di belakang beliau. Ketika beliau takbir, maka Abu Bakar takbir sampai kami mendengarnya.”

4. Meluruskan shaf

Sebelum memulai sholat, hendaknya imam menyerukan kepada makmum untuk meluruskan shafnya. Rasul sendiri tidak akan memulai sholatnya sebelum makmum meluruskan shafnya.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ مَنَاكِبَنَا فِي الصَّلَاةِ وَيَقُولُ اسْتَوُوا وَلَا تَخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu mengusap bahu-bahu kami dalam shalat (ketika akan shalat) dan menyatakan: Luruskan dan janganlah shaf kalian bengkok sehingga berakibat hati kalian berselisih. [HR Muslim].

Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Adalah salah seorang kami menempelkan bahunya ke bahu kawannya, kakinya dengan kaki kawannya.” Dalam satu riwayat disebutkan,“Aku telah melihat salah seorang kami menempelkan bahunya ke bahu kawannya, kakinya dengan kaki temannya. Jika engkau lakukan pada zaman sekarang, niscaya mereka bagaikan keledai liar (tidak suka dengan hal itu).

Baca juga:

5. Tidak boleh berdoa untuk diri sendiri

Seorang imam hendaknya tidak mengkhususkan doa hanya untuk dirinya sendiri. Selain memperlambat sholat karena berdoa untuk dirinya sendiri di dalam sholat, hal ini juga akan menyebabkan makmum menjadi kesal.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُصَفَّى الْحِمْصِيُّ حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ عَنْ حَبِيبِ بْنِ صَالِحٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ شُرَيْحٍ عَنْ أَبِي حَيٍّ الْمُؤَذِّنِ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَؤُمُّ عَبْدٌ فَيَخُصَّ نَفْسَهُ بِدَعْوَةٍ دُونَهُمْ فَإِنْ فَعَلَ فَقَدْ خَانَهُمْ

Seorang hamba tak boleh menjadi imam kemudian mengkhususkan dirinya dalam sebuah do’a tanpa menyertakan yg lainnya, jika tetap melakukannya maka ia telah mengkhianati mereka. [HR. ibnu majah No.913].

6. Mengambil sutrah

Dalam Islam, kewajiban mengambil sutrah ada di tangan imam sholat. Hal ini juga telah dijelaskan oleh Rasul. Diantaranya hadits Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu :

لاَ تُصَلِّ إِلاََّ إِلَى سُتْرَةٍ ، وَ لاََ تَدَعْ أَحَدًا يَمُرُّ بَيْنَ يَدَيْكَ، فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ، فَإِنَّ مَعَهُ القَرِيْنَ

“Janganlah shalat, kecuali dengan menggunakan sutrah (pembatas). Dan jangan biarkan seseorang lewat di hadapanmu. Jika dia tidak mau, maka laranglah dia, sesungguhnya bersamanya jin.”

Baca juga:

7. Menasehati makmum

Sebelum memulai sholat, hendaknya imam juga menasehati makmum agar tidak mendahului imam dalam gerakan sholat. Ini merupakan bagian dari ilmu yang memang seharusnya diajarkan oleh imam.

Imam Ahmad berkata,“Imam (adalah) orang yang paling layak dalam menasihati orang-orang yang shalat di belakangnya, dan melarang mereka dari mendahuluinya dalam ruku’ atau sujud. Janganlah mereka ruku’ dan sujud serentak (bersamaan) dengan imam. Akan tetapi, hendaklah memerintahkan mereka agar rukuk dan sujud mereka, bangkit dan turun mereka (dilakukannya) setelah imam. Dan hendaklah dia berbaik dalam mengajar mereka, karena dia bertanggung jawab kepada mereka dan akan diminta pertanggungjawaban besok. Dan seharusnyalah imam meperbaiki shalatnya, menyempurnakan serta memperkokohnya. Dan hendaklah hal itu menjadi perhatiannya, karena, jika dia mendirikan shalat dengan baik, maka dia pun memperoleh ganjaran yang serupa dengan orang yang shalat di belakangnya. Sebaliknya, dia berdosa seperti dosa mereka, jika dia tidak menyempurnakan shalatnya.”

Itulah beberapa adab menjadi imam dalam sholat yang perlu diperhatikan. Menjadi imam berarti memiliki tanggung jawab yang besar, maka dari itu pelajari terlebih dahulu setiap adabnya agar sesuai dengan ajaran Rasulullah saw.

The post 7 Adab Jadi Imam Sholat dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Macam-Macam Adab Dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/macam-macam-adab-dalam-islam Sat, 19 Oct 2019 02:51:53 +0000 https://dalamislam.com/?p=7953 Dalam Islam, terdapat beberapa adab atau aturan yang harus kita patuhi agar kehidupan kita jadi lebih tenang dan damai. Untuk lebih mudah memahaminya, berikut ini adalah beberapa macam adab dalam Islam yang perlu kita terapkan dalam kehidupan: Adab Makan dan Minum Pertama, kita dilarang untuk mencela makanan. Jika kita memang tidak menyukai makanan tersebut, maka […]

The post Macam-Macam Adab Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam Islam, terdapat beberapa adab atau aturan yang harus kita patuhi agar kehidupan kita jadi lebih tenang dan damai. Untuk lebih mudah memahaminya, berikut ini adalah beberapa macam adab dalam Islam yang perlu kita terapkan dalam kehidupan:

Adab Makan dan Minum

Pertama, kita dilarang untuk mencela makanan. Jika kita memang tidak menyukai makanan tersebut, maka hendaklah meninggalkannya dibandingkan memakan tapi mencelanya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu :

مَا عَابَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعاَماً قَطُّ إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَ إِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan, apabila beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berselera, (menyukai makanan yang telah dihidangkan) beliau memakannya, sedangkan kalau tidak suka (tidak berselera), maka beliau meninggalkannya.”

Baca juga:

Kedua, selalu membaca bismillah sebelum makan sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasul,

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللهِ تَعَالَى، فَإِذَا نَسِيَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللهِ فِيْ أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ.

“Apabila salah seorang di antara kalian hendak makan, maka ucapkanlah: ‘Bismillaah’, dan jika ia lupa untuk mengucapkan bismillaah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan: ‘Bismillaah awwaalahu wa aakhirahu’ (dengan menyebut Nama Allah di awal dan akhirnya).” ( Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 3767), at-Tirmidzi (no. 1858), Ahmad (VI/143), ad-Darimi (no. 2026) dan an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 281). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil (no. 1965))

Ketiga, makan dari pinggir piring. Sebaiknya kita tidak makan langsung dari tengah, melainkan makanlah makanan yang ada di pinggiran piring terlebih dahulu. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْبَرَكَةُ تَنْزِلُ وَسَطَ الطَّعَامِ فَكُلُوْا مِنْ حَافَتَيْهِ وَلاَ تَأْكُلُوْا مِنْ وَسَطِهِ.

“Keberkahan itu turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari pinggir-piring dan janganlah memulai dari bagian tengahnya.” ( Shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2031 (129)), Abu Dawud (no. 3772) dan Ibnu Majah (no. 3269). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahiihul Jaami’ (no. 379))

Baca juga:

Adab Bertamu

Pertama, memenuhi undangan jika diundang. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul,

مَنْ دُعِىَ فَلْيُجِبْ

“Barangsiapa yang diundang maka datangilah!” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

وَمَنْ تَرَكَ الدَّعْـوَةَ فَقَدْ عَصَى اللهَ وَرَسُوْلَهُ

“Barang siapa yang tidak memenuhi undangan maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari)

Kedua, tidak masuk sebelum diizinkan. Bahkan meskipun rumah itu adalah kerabat terdekat kita sekali pun. Hendaknya kita selalu meminta izin dulu sebelum masuk ke rumah seseorang.

يَاأََيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَدْخُـلُوْا بُيُـوْتَ النَّبِي ِّإِلاَّ أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَـعَامٍ غَيْرَ نَاظِـرِيْنَ إِنهُ وَلِكنْ إِذَا دُعِيْتُمْ فَادْخُلُوْا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِـرُوْا وَلاَ مُسْتَئْنِسِيْنَ لِحَدِيْثٍ إَنَّ ذلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى النَّبِيَّ فَيَسْتَحِي مِنْكُمْ وَاللهُ لاَ يَسْتَحِي مِنَ اْلحَقِّ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak makanannya! Namun, jika kamu diundang, masuklah! Dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan! Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi. Lalu, Nabi malu kepadamu untuk menyuruh kamu keluar. Dan Allah tidak malu menerangkan yang benar.” (Qs. Al Azab: 53)

Baca juga:

Adab Buang Hajat

Pertama, buang hajat di tempat yang tertutup. Sebagai seorang muslim yang memiliki rasa malu, maka hendaklah kita buang hajat di tempat tertutup.

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَأْتِى الْبَرَازَ حَتَّى يَتَغَيَّبَ فَلاَ يُرَى.

Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika safar, beliau tidak menunaikan hajatnya di daerah terbuka, namun beliau pergi ke tempat yang jauh sampai tidak nampak dan tidak terlihat.”

Kedua, membaca doa sebelum masuk ke dalam tempat buang hajat untuk mendapatkan perlindungan dari gangguan jin yang tidak terlihat.

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْخَلاَءَ قَالَ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ »

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki jamban, beliau ucapkan: Allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khobaits (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan

Baca juga:

Adab Tidur

Pertama, tidak tidur sebelum melakukan sholat Isya. Hendaknya kita melakukan sholat Isya terlebih dahulu sebelum tidur dan tidak mengobrol setelah Isya.

Dari Abu Barzah Radhiyallahu anhu:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ (صَلاَةِ) الْعِشَاءِ وَالْحَدِيْثَ بَعْدَهَا.

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur malam sebelum (shalat Isya’) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” ( HR. Al-Bukhari no. 568 dan Muslim no. 647 (235). Lafazh ini milik al-Bukhari dan kata صَلاَة tidak terdapat dalam lafazh al-Bukhari di no. 568.-penj)

Kedua, mengambil wudhu sebelum tidur. Orang yang berwudhu sebelum tidur akan mendapatkan perlindungan dari malaikat dalam tidurnya.

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلاَةِ.

“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu’ terlebih dahulu sebagaimana wudhu’mu untuk melakukan shalat.” [HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710]

Ketiga, membaca doa sebelum tidur. Adapun beberapa doa yang dilantunkan adalah ayat-ayat Al Quran sebagaimana diajarkan Rasul.

Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017).

Itulah beberapa macam adab dalam Islam yang perlu diketahui dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga mampu menambah wawasan dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita. Aamiin.

The post Macam-Macam Adab Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>