Khanza Safitra, Author at DalamIslam.com https://dalamislam.com/author/khanza Mon, 06 May 2019 22:58:51 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png Khanza Safitra, Author at DalamIslam.com https://dalamislam.com/author/khanza 32 32 Kisah Abul Abbas As-Safah, Pemimpin Zalim Yang Terdzalimi https://dalamislam.com/sejarah-islam/kisah-abul-abbas-as-safah Mon, 06 May 2019 22:58:49 +0000 https://dalamislam.com/?p=6593 Abul Abbas merupakan khalifah pertama Bani Abbas ini sekaligus pendiri kekhalifahan yang telah melahirkan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi. Dia juga pemimpin yang keras, tegas, dan kuat. Sehingga disegani oleh kawan dan lawan. Abul Abbas juga diangkat sebagai khalifah pertama pada waktu itu. Berikut lengkapnya kisah Abul Abbas As-Safah. Periode Abul Abbas […]

The post Kisah Abul Abbas As-Safah, Pemimpin Zalim Yang Terdzalimi appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Abul Abbas merupakan khalifah pertama Bani Abbas ini sekaligus pendiri kekhalifahan yang telah melahirkan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi. Dia juga pemimpin yang keras, tegas, dan kuat. Sehingga disegani oleh kawan dan lawan. Abul Abbas juga diangkat sebagai khalifah pertama pada waktu itu. Berikut lengkapnya kisah Abul Abbas As-Safah.

Periode Abul Abbas juga dianggap sebagai periode kepimimpinan yang singkat, hanya berkisar empat tahun delapan bulan lamanya. Dan ia meninggal dalam usia 33 tahun karena sakit cacar ketika wabah menyerang Anbar. Saudaranya, Abu Ja’far menggantikan posisinya. Sebelum menyimak kisah Abul Abbas As-Safah secara lengkap, sebaiknya lebih dulu kita mengenal siapa beliau ini.

Perkenalan

Abul Abbas As-Saffah memiliki nama lengkap yaitu Abul ‘Abbas Abdullah bin Muhammad As-saffah bin Ali bin Abdullah bin Abdhul Muthalib. Abul merupakan khalifah pertama dari Bani Abbasiyah. Bani Abbasiyah berkuasa dair 750-1258 dan telah berkuasa sampai wafatnya pada 754. Dan memberikan peninggalan serta pada masa kepimimpinan Bani Abbasiyah juga telah mengalami kemajuan dalam beberapa bidang.

Selain itu Abul sebenarnya tidak memiliki julukan seperti As-Saffah. Terdapat cerita dan kisah sendiri mengapa ada julukan seperti As-Saffah kepada Abul abbas. Ibunya Abul Abbas bernama Rabtah binti Ubaidullah Al-Haratsi dan ayahnya adalah Muhammad bin Ali, pemimpin adalah gerakan Bani Abbasiyah. Abul Abbas mendapatkan gelar As-Saffah yang berarti pengalir darah dan pengencam siapa saja yang membangkang.

Baca juga :

Maksudnya adalah mengalirkan darah bagi pihak yang menentang. Abul Abbas adalah seseorang yang bermoral tinggi dan mempunyai loyalitas sehingga beliau disegani dan dihormati oleh kerabat-kerabatnya dan oleh rakyat yang dipimpinnya kala itu. Beliau memiliki pengetahuan yang luas, pemalu, budi pekerti yang baik dan dermawan.

Menurut dari As-Sayuti, Abul Abbas ialah manusia yang paling sopan dan selalu menepati janji tepat pada waktunya sesuai yang dijanjikan. Abul Abbas adalah seorang revolusioner. Abul telah mengadakan perombakan total dalam tubuh pasukannya. Pasukan bani Abbas selain beranggotakan Muslim arab, juga beranggitakan non-muslim dan no-arab. Sementara itu non-muslim dan no-arab.  

Kisah Abul Abbas As-Safah Diangkat sebagai Khalifah

Abul Abbas as-safah dan keluarganya telah tiba di kufah pada bulan Shafar 132 H/749 M. Karena waktu yang tak berpihak, akhirnya Abu Salmah pun tidak memiliki pilihan lain selain mengangkat Abul Abbas sebagai Khalifah Abbasiyah.Pada tanggal3 Rabiul awal 132 H dibaiat menjadi khalifah pertama Dinasti Bani Abbasiyah dan berpusat di Kuffah. Dalam dua tahun kemudian, pada tahu 134 H, meninggalkan Kufah dan menuju daerah Anbar (kota Kuno di Persia). Serta menjadikannya sebagai kota pusat pemerintahan

Periode Abul Abbas bagi Bani Abbasiyah

Pada masa Bani Ummayah, mereka menolak adanya anggota pasukan dari dua golongan. Abul Abbas juga memilih Abu muslim sebagai komandan militernya karena ia dianggap sebagai panglima perang yang berbakat. Abul telah mengalami 755 perperangan.

Abul Abbas juga menyampaikan suatu khotbah pelantikannya di Masjid Raya Kufah, namun tak sampai selesai karena sakit yang diderita. Khotbah kemudian akhirnya dilengkapi oleh Pamannya bernama Daud bin Ali. Ketika Abul Abbas diangkat menjadi khalifah, disaat yang sama kabar tersebut membuat terjadinya pergeseran di berbagai posisi penting pemangku pemerintahan.

Perlahan tapi pasti, Keluarga dari Bani Abbasiyah menempati pos-pos strategis. Abul Abbas sendiri sangat mengandalkan keluarga Abbasiyah untuk mengimplementasikan kebijakannya. Pada masa itu belum ada ibu kota permanen. Karena ada tak percaya pada warga Kufah. Maka, Abul Abbas memindahkan ibu kota ke Hasyimiyah. Ditandai akibat hubungannya yang memburuk dengan Abu salmah.

Gubernur di Ibu kota Hasyimiyah dan sekitarnya adalah Daud bin Ali (pamannya Abul Abbas). Selama periode pemerintahan Abul Abbas hanya mempunyai empat tahun lebih, karena Abul Abbas fokus dengan menitikberatkan targetnya pada pembasmian musuh dari Abbasiyah, dalam hal ini keturunan Bani Ummayah.

Baca juga :

Ketika perang terjadi maka Abul memerintahkan pamanya Abdullah bin Ali untuk membantu dan mengambil alih komando perang dari Abu Aun yang lebih dulu berangkat perang. Abu Aun merupakan komandan penting Qahthabah yang sebelumnya dipersiapkan untuk menhadapi pasukan besar Marwan II. Abul Abbas juga mengitus keponakan isa bin Musa untuk membantu Hasan yang tengah mengepung Wasit.

Dia juga telah mengirim beberapa pasukan ke daerah Madain, Ahwaz dan daerah lainnya yang belum tunduk kepada pemerintahan Bani Abbasiyah. Abul Abbas As-Saffah wafat pada 755. Dia telah berkuasa selama empat tahun lebih memimpin kekhalifaan Bani Abbasiyah. Kedudukannya sebagai khalifah setelah Abul wafat digantikan oleh saudaranya yang bernama Khalifah Al-Mansur.

Semasa pemerintahannya, Abul Abbas tidak banyak dalam melakukan perluasan wilayah, tetapi lebih melakukan konsolidasi internal untuk mendukung penguatan pilar – pilar negara. Abul Abbas menjadi khalifah selama empat tahun Sembilan bulan dan wafat di kota Anbar.

Julukan As-Saffah

Jatuhnya wasit, membualt seluruh daerah Irak, Khurasan, Syam, Mesir dan Jazirah Arabia berada di pangkuan Abbasiyah. Taka da lagi penguasa Ummayah Maupun pendukungnya yang merongrong legitimasi kepemimpinan Abul Abbas. Masa kepimpinan ini diisi dengan perburuan keturunan Ummayah. Maksudnya siapa saja yang memiliki aliran darah dengan keluarga Ummayah, dan punya potendi memberontak, pasti dikejar dan dibunuh.

Baca juga :

Atas aktivitas yang dilakukan Abul Abbas dengan kekuasannya maka ia dijuluki As-Saffah, Sang penumpah darah. Sebenarnya julukan As-Saffah sendiri bukanlah gelar resmi dari Abuul Abbas. Sebenarnya ia tak memiliki gelar, sebab penguasa Abbasiyah yang pertama memakai gelar adalah Abu Ja’far dengan Al-Mandhur, Gelar As-Saffah sendiri tak termaktub dalam kitab-kitab sejarawan awal Muslim seperti ath-Thabari, Al-ya’qubi, dan Ibnu Qutaibah.

Kebenaran mengenai pembantaian yang dilakukan memang ada, namun tetap saja tidak tepat jika menyematkan gelar As-Saffah pada Abbul Abbas, melainkan para gubernurnya. Abul Abbas sendiri bermukin di daerah Anbar. Dan bisa dikatakan bahwa sepupunya yang giat untuk melakukan pembasmian itu. Terlebih Abdullah bin Ali di syam mengingat disanalah basis pendukung Ummayah.

Peninggalan Penting Abul Abbas

Peninggalan dari kepemimpinan Abul Abbas dari sisi administrasi pemerintahan adalah diperkenalkan posisi wazir (perdana menteri). Abul Abbas mengangkat Abu Salmah sebagai wazir pertama Abbasiyah. Namun Abu salmah tak bertahan lama di posisi yang diberikan karena terbunuh. Hubungan Abul Abbas dan Abu salmah sendiri kurang harmonis.. Sehingga dibuatnya skenario pembunuhan untuk Abu Jafar oleh pihak tertentu. Pihak ini tidak menyukai abu jafar kala itu sehingga Abu Jafar dibunuh pada masanya.

Kepemimpinan dan Kezhaliman

Abul Al-Abbas As-Saffah naik ke tampuk kekuasan sebagai khalifah pertama Bani Abbasiyah. Dalam masa pemerintahannya, ia melakukan kezhaliman di negeri Afrikan. Melihat kondisi yang seperti itu, Ibnu An’am menghadap ke Abu Ja’far Al-Manshur untuk mengadukan permasalahn, Abu An’am berkata, “Aku datang untuk memberitahumu perihal kezhaliman di negara kami. Ternyata kezhaliman itu berasal dari dalam rumahmu.”

Kesimpulan kisah Abul Abbas As-Safah ini mengandung amanat yang ingin disampaikan bahwa sebagai pemimpin lebih baik lagi memiliki sikap dan budi pekerti yang baik dan tetap menjalin hubungan baik walaupun ada perbedaan pendapat.

The post Kisah Abul Abbas As-Safah, Pemimpin Zalim Yang Terdzalimi appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kisah Utbah, Pemanah Hebat Tapi Sederhana https://dalamislam.com/sejarah-islam/kisah-utbah-pemanah-hebat-tapi-sederhana Sun, 05 May 2019 20:09:05 +0000 https://dalamislam.com/?p=6594 Utbah bin Ghazwan adalah pemanah hebat yang memiliki gaya hidup sederhana. Kesederhanaan ini juga ia ajarkan kepada para rakyatnya agar bisa lepas dari gaya hidup mewah. Karena Utbah sendiri memiliki rasa takut bahwa kaum muslim akan lupa diri karena harta di dunia. Dan Utbahlah yang mendirikan kota Basrah setelah mendapatkan kemenangan di perang yang ia […]

The post Kisah Utbah, Pemanah Hebat Tapi Sederhana appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Utbah bin Ghazwan adalah pemanah hebat yang memiliki gaya hidup sederhana. Kesederhanaan ini juga ia ajarkan kepada para rakyatnya agar bisa lepas dari gaya hidup mewah. Karena Utbah sendiri memiliki rasa takut bahwa kaum muslim akan lupa diri karena harta di dunia. Dan Utbahlah yang mendirikan kota Basrah setelah mendapatkan kemenangan di perang yang ia lalui. Namun, Utbah mendapat perintah dari Umar untuk menjadi pemimpin di Basrah. Berikut dibawah ini beberapa kisah Utbah, pemanah hebat tapi sederhana.

Perkenalan

Utbah bin Ghazwan adalah seorang yang masuk islam dengan menjabat tangan kanan Rasulullah Saw. Ia bersama kawan-kawabnya memegang peinsip hidup yang mulia. Walaupun mendapat tekanan dari para orang Qurays. Ketika Orang-orang Qurays sering menggangunya Uthbah selalu membawa panah dan tombak. Ia melemparkan tombaknya dengan tepat,

Setelah Uthbah masuk Islam, Uthbah selalu mengiringi Rasulullah dalam beberapa peperangan. Ketika Rasulullah wafat pun, Ia tak meletakkan senjatanya, Ia terus berjuang membela kebenaran Islam. Dan ketika menghadapi tentara Persi, Ia telah siap melakukan perjuang yang hebat. Meskipun Uthbah seorang yang hebab namun Ia tetap sederhana.  

Kesederhanaan Utbah

Suatu ketika, Khalifah Umar bin Khattab mengirim Utbah ke Ubullah untuk membebaskan negeri itu, Utbah pun pergi untuk melaksanakan tugasnya yang juga merbersihkan buminya dari orang-orang persi. Utbah menyusun kekuatannya dengan membawa senjata tombak diatnagnnya. Lalu Ia berseri dihadapan para tentaranya,

Allahu Akbar, Shadaqa Wa’dah ” terjemahan kalimat tersebut adalah Allah Maha Besar, Dia menepati janji-Nya

Baca juga :

Lalu pasukan Utbah maju melawan orang dari Persi yang bersiap. Setelah meloalui perjuangan yang hebat, akhirnya pasukan Utbah dapat mengalahkan pasukan persi. Atas kemenangan itu maka, Utba bisa membangun kota Basrah di Ubullah, Namun, umar mengutusnya untuk kembali ke Basrah.

Dan memintanya untuk memimpin kota tersebut dan membimbing rakyat untuk melaksanakan shalat, menegakkan hukum yang memegang keadilan, memberi pengertian dalam masalah agama, serta memberikan contoh teladan tentang hidup sederhana. Lambat laun rakyat yang semula terbiasa hidup mewah, kini mulai mengalami perubahan secara perlahan menjadi hidup sederhana.

Ketakutan Utbah Lupa diri karena Harta

Utbah membangun Kota Basrah. Utbah menyediakn sarana lengkap di kota ini, termasuk adanya sebuah masjid besar, Utbah berpikir bahwa tugasnya telah selesai. Dan bermaksud meninggalkan negeri itu, lalu memilih kembali ke Madinah. Utbah ingin menjauhkan diri dari urusan pemerintahan, Namun Amirul Mukminin Umar menyuruhnya tetap disana

Utbah pun memenuhi keinginan dari Khalifah umar. Dia mengajari rakyatnya pokok-pokok gama, membimbing rakyat mendirikan shalat, menegakkan  hukum secara adil, serta memberinya teladan yang sangat mengagumkan tentang kesederhanaan. Dengan tekun Utbah terus mengajak masyarakat untuk tidak hidup berlebi-lebihan.

Tetapi, ajakan Utbah ini menimbulkan kejengkelan sebagian orang yang telah terbiasa gaya hidup mewah. Bahkan masyarakat berusaha mengubah pendirian Utbah. Suatu hari, Utbah berpidato di tengah-tengah mereka para rakyatnya.

Demi Allah, sesungguhnya telah kalian lihat aku bersama Rasulullah SAW. Sebagai salah seorang kelompok tujuh yang tak mempunyai makanan kecuali daun-daun kayu sehingga bagian dalam mulut kami pecah-pecah dan luka luka. Sampai suatu ketika, Aku memperoleh rezeki sehelai baju burdah, lalu kubagi menjadi dua. Yang sebelah kuberikan kepada Sa’ad Bin Malik dan sebelah lagi kupakai

Baca juga :

Utbah menjadi ketakutan karena Kaum muslimin akan lupa diri. Karena sebab itu, Utbah selalu membimbing mereka untuk hidup bersahaja. Utbah bahkan selalu berdoa

“Aku berlindung kepada Allah dari sanjungan orang terhadap diriku karena kemewahan dunia, tapi kecil disisi Allah”

Ketika Utbah masih menjabat sebagai Gubernur kota Basrah, dia pernah mengatakan,

Sungguh dunia telah mengingatkan kepadamu akan habis dan rusak berjalan terus dengan cepat, tiada sisa dari padanya melainkan sebagai sisa minuman dalam cerek yang dituangkan oleh yang punya. Dan kamu bakal kembali dari padanya ke tempat yang tiada habisnya. Karena telah dikabarkan bahwa kalau sebuah batu dilemparkan ke dalam Jahannam, maka menyelam dengan tujuh tahun sebelum sampai ke dasarnya

Utbah Ditawan Pasukan Quraisy

DalamPara sahabat Rasulullah SAW mengetahui perintah beliau yang menyatakan bahwa ia tidak memaksa dari mereka untuk ikut serta dalam ekspedisi ini. Namun di perjalanan Utbah bin Ghazwan dan Sa’ad Bin Abu Waqqash. Keduanya tertinggal karena masih mencari unta mereka yang hilang karena hanya berdua, Quraisy menemui mereka dan menawannya.

Mengetahui hal tersebut, Maka pasukan kaum muslimin pun bergerak hingga sampai di lembah. Dalam upaya menemukan Sa’ad bin Abu dan Utbah bin Ghazwan. Terdapat tindakan gegabah dari pasukan Abdullah Bin Jahsy yang membunuh di bulan-bulan Haram. Hal tersebut menjadi kesempatan emas bagi kaum Quraisy untuk menyudutkan kaum muslim.

Karena kondisi semakin tidak terkendali dan tekanan terus berpihak kepada Abdullah Bin Jahsy beserta pasukannya. Maka, disaat itu juga Allah menurunkan firmannya :

Mereka bertanya kepadamu tentang berperang di bulan haram. Katakanlah, ‘ Berperang di bulan itu dosa besar, tetapi menghalangi (manusia) dan jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dan sekitarnya, lebih besar (dosanya) disisi Allah dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh

(QS Al Baqarah ayat 217)

Kemudian Rasulullah mengambil kafilah Quraisy dan dua tawanan mereka. Dua tawanan tersebut akan dijadikan beliau sebagai tebusan untuk mendapatkan Sa’ad bin Abu dan Utbah bin Ghazwan, Tidak lama setelah itu, Sa’ad bin Abu dan Utbah bin Ghazwan tiba di madinah. Kemudian Rasulullah menyerahkan kedua tawanan tersebut kepada utusan orang-orang Quraisy.

Baca juga :

Wafatnya Utbah

Sewaktu musim haji tiba, Utbah mewakilkan pemerintahan pada temannya. Utbah lalu menunaikan ibadah hhaji. Setelah selesai, ia pun pergi ke madinah dan meminta kepada Umar bin Khattab agar diperkenankan mengundurkan diri. Namun, umar tidak mengabulkan permintaan dari Utbah dan malah menyuruhnya untuk kembali ke kota Basrah

Namun Sebelum Utbah kembali ke Basrah, Utbah berdoa kepada Allah SWT. Pada saat itu juga tiba-tiba tangannya menjadi lunglai. Dan tubuhnya pun melemah dan akhirnya utbah meninggal dunia.


Utbah bin Ghazwan adalah seorang muslim yang masuk islam dengan menjabat tangan kanan Rasulullah. Pada masa itu setiap Utbah diganggu oleh kaum Quraisy, Ia selalu membawa panah dan tombak. Ia melemparkan tombak kepada Kaum Qurais.

Dan dalam masa kepimimpinan Utbah mengajarkan mengajari rakyatnya pokok-pokok gama, membimbing rakyat mendirikan shalat, menegakkan  hukum secara adil, serta memberinya teladan yang sangat mengagumkan tentang kesederhanaan.

Wafatnya Sebelum Utbah kembali ke Basrah, Utbah berdoa kepada Allah SWT. Pada saat itu juga tiba-tiba tangannya menjadi lunglai. Dan tubuhnya pun melemah dan akhirnya utbah meninggal dunia Sehingga berakhir kisah Utbah bin Ghazwan. Namun, hal yang bisa dipetik adalah kesederhanaan Utbah dan tekun dalam menjalankan perintah Allah dan Rasulnya.

Demikianlah kisah Utbah, pemanah hebat tapi sederhana yang turut mengajarkan kesederhanaan pada rakyatnya. Mohon maaf bila ada salah kata.

The post Kisah Utbah, Pemanah Hebat Tapi Sederhana appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Siapa Saja Muadzin Rasulullah di Masanya? https://dalamislam.com/sejarah-islam/siapa-saja-muadzin-rasulullah Wed, 01 May 2019 00:54:56 +0000 https://dalamislam.com/?p=6596 Adzan merupakan aktivitas ibadah yang murni untuk kepentingan bersama umat islam. Dan, adzan pada dasarnya tidak bisa dijandikan sebagai profesi atau pekerjaan tetap. Mengumandangkan adzan dengan harapan mendapatkan upah darinya merupakan yang tidak dianjurkan dalam Islam. Yang seharusnya diharapkan oleh seorang muadzin adalah keikhlasan hati dalam mengumandangkan adzannya. Ini juga merupakan syarat lain bagi muadzin […]

The post Siapa Saja Muadzin Rasulullah di Masanya? appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Adzan merupakan aktivitas ibadah yang murni untuk kepentingan bersama umat islam. Dan, adzan pada dasarnya tidak bisa dijandikan sebagai profesi atau pekerjaan tetap. Mengumandangkan adzan dengan harapan mendapatkan upah darinya merupakan yang tidak dianjurkan dalam Islam.

Yang seharusnya diharapkan oleh seorang muadzin adalah keikhlasan hati dalam mengumandangkan adzannya. Ini juga merupakan syarat lain bagi muadzin yang berkaitan dengan imbalan. Nah, pada masa lalu, siapa saja muadzin rasulullah kala itu?

Dari Utsman bin Abi Al-Ash berkata

“Aku berkata, Wahai Rasulullah SAW ajari aku membaca Al-Qur’an dan jadikan aku pemimpin bagi kaumku, ‘Maka beliau bersabda, ’Ayomilah orang yang paling lemah diantara mereka, dan angkatlah seorang muadzin yang tidak meminta bayaran atas (jasa) adzannya itu”

(HR. Ibnu Khuzaimah)

Siapa Saja Muadzin Rasulullah?

Muadzin Nabi Saw ada empat orang. Dua berasal dari Madinah: Bilal bin Rabah adalah orang yang pertama kali mengumandangkan azan untuk Rasulullah SAW. Dan Amru bin Ummi yang buta. Satu orang di Quba, yaitu Sa’ad Al-Qurzh. Seorang lagi berada di Mekkah yakni Abu Mahzurah atau bernama asli Aus bin Mughirah Al-Jumahi.

Baca Juga :

Abu Mahzurah biasa membaca empat kali dalam azan dan dua kali dalam iqamah. Sementara bilal tidak melakukan tarji dan ia hanya membaca satu kali dalam iqamah. Imam asy-syafi’I dan penduduk Mekah berpegang kepada cara azan Abu Mahdzurah dan iqamah Bilal Abu Hanifah serta penduduk Iraq berpegang kepada azan ala Bilal dan iqamahnya Abu mahzurah.

Adapun Imam Ahmad, para ahli hadis ini dan penduduk madinah memilih azan dan iqamah yang melakukan adalah Bilal. Sedangkan Imam Malik berbeda dalam dua bacaan tidak mengulangi takbir dan tidak menggandakan lafadz iqamah. Dari Ibnu Umar berkata,

“Rasulullah SAW memiliki dua muadzin, Bilal dan Ibnu Ummi Maktum Al-A’ma”

(HR. Muslim)

Dalam satu masjid seorang imam atau takmir dapat memilih dua muadzin atau bahkan lebih. Sesuai dengan kebutuhan. Bilal dan Ibnu Ummi Makrum adalah muadzin Rasulullah SAW untuk masjid Nabawi di Madinah. Sementara Abu Madzurah, muadzin Rasulullah yang di Baitul Haram daerah Mekkah. Dan, Sa’ad Al-Qarazh adalah muadzin Rasulullah SAW daerah di Masjid Quba.

Perkembangan Muadzin

Sahabat Utsman bin Affan saat menjadi Khalifah memiliki empat muadzin. Karena pada masa itu masjid dibangun dengan luas untuk menampung umat yang semakin bertambah. Dan tentu saja karena pada waktu itu belum ada pengeras suara. Oleh karenanya, dalam waktu yang sama pada satu masjid tersebut terdapat dua muadzin atau lebih dan mengumandangkan adzan secara serentak.

Namun, mereka berada pada tempat yang berbeda. Seperti muadzin satu di penghujung sebelah kanan dan sisanya di sebelah kiri dan ujung-ujung yang lain. Sekalipun adzan dikumandang oleh muadzin berbeda, muadzin iqamah tetap cukup satu kali saja.

Saat ini atau masa sekarang dalam satu masjid sekalipun berukuran besar cukup dengan satu muadzin. Karena setiap masjid muadzin cukup satu tetapi dengan pengerasa suara yang diperbanyak. Ini tidak berarti bahwa menmabh muadzin lebih dari satu untuk satu masjid itu dilarang.

Baca juga :

Tetap saja akan diperbolehkan. Bahkan dianjurkan untuk masjid-masjid agung yang berkapasitas banyak dan aktivitasnya padat. Hal ini juga seperti yang dilakukan oleh sahabat Utsman bin Affan, untuk berjaga-jaga jikalau salah satu dari muadzinnya sedang udzur

Cuplikan Kisah Bilal bin Rabbah

Bilal bin Rabah r.a adalah petugas adzan pada masa Nabi. Bekas budak yang berkulit hiyam asal Afrika yang pernah disiksa karena mempertahankan keyakinannya itu mempunyai suara emas yang khas. Posisi sebagai muadzin semasa Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang saja atau saat keluar kota bersama Nabi.

Beliau hampir-hampir tidak pernah berpisah dengan Nabi, hingga Rasulullah menemui Allah Ta’ala wafat. Semenjak itulah Bilal r.a menyatakn diri tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Padahala ketika Khalifah Abu Bakar r.a memintanya untuk jadi muadzin kembali, dnegan hati pilu nan sendu, Bilal berkata:

“Biarkan aku jadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi”

Sahabat Bilal RA, muadzin Nabi SAW tidak pernah sekali pun lupa kepada Baginda Nabi SAW. Selepas wafatnya Baginda Nabi SAW, Bilal tidak sanggup lagi untuk menjadi muadzin. Tidak sanggup lagi tinggal di Madinah, melihat tempat-tempat yang mengingatkan kenangan indah bersama Baginda Nabi SAW.

Bilal pergi menjauhi Madinah menju Syam untuk berjihad dan menetap di daerah bernama Dariya. Bertahun-tahun Bilal meninggalkan Madinah. Suatu malam  Bilal meninggalkan madinah. Suatu malam Bilal bermimpi bertemu dengan Nabi SAW.

Suatu Malam bilal akhirnya bermimpi bertemu Nabi Saw. Nabi SAW bersabda :

“Hai Bilal apakah arti jauhmu ini? Tidakkah sudah tiba saatnya bagimu untuk menziarahku ”

Setelah bermimpi, Bilal terbangun dalam keadaan sedih. Bilal memutuskan untuk segera melakukan perjalanan menuju Kota Nabi. Sampai di Madinah, Bilal langsung mendatangi pemakaman Nabi SAW. Di makam Nabi Bilal menangis disisinya dan mengusapkan wajahnya ke makam Nabi.

Baca juga :

Suatu hari kedua cucu Rasulullah meminta Bilal untuk adzan. Bilal tidak sanggup menolak permintaan kedua cucu Rasulullah SAW. Bilal pun menaiki tempat adzan. Ketika Bilal beradzan, Maka kota Madinah pecah oleh tangisan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi SAW.

Bahkan Bilal yang mengumandangkan adzan sendiri tak sanggup meneruskan adzannya lagi. Lidahnya kelu oleh air mata yang berderai. Hari itu, kota Madinah kembali mengenang masa Nabi Muhammad SAW. Tidak pernah kota Madinah mengenal hari yang  lebih banyak mengalirkan air mata setelah wafatnya Rasulullah SAW selain di hari ketika Bilal kembali ke Madinah.

Amalan Muadzin

“Muadzin (tukang adzan) itu akan diampuni segala dosa-dosanya sesuai dengan panjangnya suara adzan dan pahala seperti orang-orang yang sholat bersamanya”

(HR.Al-Thabrani. Dianggap Shahih ole Al-Bani)

Maksud dari hadis tersebut, terdapat dua pahala bagi seorang muadzin yaitu :

Pertama, dihapus dosa-dosanya. dosa yang terhapus sesuai dengan panjangnya suara jangkauan adzannya. Artinya semakin besar dan panjang jangkauannya maka semakin banyak pahala yang akan terhapus

Kedua, Seorang muadzin mendapat pahala sebanyak orang yang sholat bersamanya diwaktu itu. Jika semakin banyak orang yang pergi sholat ke masjid karena mendengar seruan adzan darinya maka artinya ia mengajak orang lain dalam kebaikan dan ketaqwaan.

“Barangsiapa yang mengumandangkan adzan selama dua belas tahun. Maka muadzin tersebut wajib untuk masuk surge. Sekali adzan pada tiap hari ia memperoleh enam puluh kebaikan dan setiap iqamah memperoleh tiga puluh kebaikan.”

(HR. Ibnu Majah dan Dianggap shahih oleh Al-bani)

Hadist ini menjelaskan keutamaan bagi para muadzin yang ikhlas. Hadist ini disampaikan agar seorang-seorang muslim berhasrat kuat untuk menjadi bagian dari mereka. Atau turut bersama mereka walau sesekali dalam memperoleh kebaikan yang dikabarkan Nabi SAW. Sehingga begitu mulia dan nikmatnya menjadi Rasulullah. Itulah kisah tentang siapa saja muadzin rasulullah pada masa kenabian dulu.

The post Siapa Saja Muadzin Rasulullah di Masanya? appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Doa Ketika Ramadhan Akan Berakhir Dan Keutamaannya https://dalamislam.com/doa-dan-dzikir/doa-ketika-ramadhan-akan-berakhir-2 Tue, 30 Apr 2019 03:52:07 +0000 https://dalamislam.com/?p=6563 Lailatul Qadar merupakan sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan. Momen ini diabadikan Al-Qur’an sebagai malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Pada malam itu Malaikat akan turun dan membawa salam hingga menjelang fajar. Oleh sebab itu setiap muslim akan menjadikan saat tersebut sebagai waktu yang sangat tepat untuk berdoa. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa berdoa pada […]

The post Doa Ketika Ramadhan Akan Berakhir Dan Keutamaannya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Lailatul Qadar merupakan sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan. Momen ini diabadikan Al-Qur’an sebagai malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Pada malam itu Malaikat akan turun dan membawa salam hingga menjelang fajar. Oleh sebab itu setiap muslim akan menjadikan saat tersebut sebagai waktu yang sangat tepat untuk berdoa.

Rasulullah saw bersabda,

“Barangsiapa berdoa pada malam lailatul Qadar dengan iman dan penuh perhitungan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu maupun yang akan datang ”

Berikut dibawah doa ketika ramadhan akan berakhir dan keutamaannya.

1. Doa Memohon Ampunan dan Terbebas dari Masalah

اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ وَالعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ وَالعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنَ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي

Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon ampunan dan terbebas dari masalah di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampunan dan terbebas dari masalah dalam urusan agama, dunia, keluarga dan hartaku.

Ya Allah, tutupilah auratku dan tenangkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah! Jagalah aku dari arah muka, belakang, kanan, kiri dan dari atasku, dan aku berlindung dengan kebesaranMu, agar aku tidak dihancurkan dari bawahku

Dari Abdullah bin Buraidah, bahwa A’isyah pernah mengatakan,

“Jika saya tahu bahwa suatu malam itu adalah Lalatul qadar, tentu doa yang paling banyak kuucapkan malam itu, aku meminta kepada Allah ampunan dan terbebas dari masalah” (HR. Ibnu Abi syaibah dalam Al-Mushannaf 29189)

Baca juga :

Al-Albani menilai riwayat ini shahih dan beliau berkomentar,

“Nampaknya, Aisyah mengatakan karena pendapat pribadinya” Simak Silsilah As-Shahihah

Pada dasarnya, lalilatul qadar termasuk dalam malam terakhir bulan ramadhan. Dan merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa. Karena setiap muslim bisa membaca doa apapun untuk kebaikan dunia dan akhiratnya. Dan Doa Aisyah diatas adalah doa yang paling baik, karena doa ini diajarkan langsung oleh Nabi kepada istrinya yaitu Aisyah. Karena itu, doa ketika ramadhan akan berakhir yang dianjurkan untuk dibaca berulang pada Ramadhan berakhir.

2. Doa Agar Diampuni dan Dimaafkan Segala Dosanya

Aisyah bertanya kepada Nabi, mengenai doa apa yang dipanjatkan ketika lailatul qadar,

“Wahai Rasulullah, jika aku menjumpai satu malam merupakan lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan malam itu ”

Nabi menjawab,

اللَّـهُـمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ

Allahumma Innaka ‘Afuwwun

Namun ada juga yang menambahkan kata ‘Kariimun’, tambahan ini sama sekali tidak terdapat dalam referensi cetakan lama, tidak juga dalam cetakan lain yang menukil darinya. Kelihatannya tambahan tersebut berasal dari sebagian pentranskip. Keutamaan dari doa ini agar kaum muslim dimaafkan dan dihapuskan segala dosa yang telah lalu.

3. Doa Memohon Ampunan

Aisyah ra berkata, aku bertanya kepada Rasullullah,

“Wahai Rasulullah Saw, jika engkau tahu, pada hari apa terjadi di malam Lailatul qadar , kemudian apa yang harus aku baca didalamnya?”

Kemudian beliau menjawab bacalah,

Baca juga :

اللَّـهُـمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُـحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Alloohumma innaka Afuwwun Tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anii

“Ya Allah , sesungguhnya Engkau maha Pengampun lagi mencintai orang yang mohon ampunan, maka ampunilah diriku” (HR An-Nasai)

4. Doa agar Diterima Amalan Puasa

Rasulullah saw pernah bersabda,

“Barangsiapa melaksanakan shalat sunnah 10 rakaat pada malam terakhir ramadhan, yang setiap rakaatnya membaca Surah Al-Fatihah sekali dan surah Al ikhlas 10 kali, serta ketika ruku’ dan sujud membaca tasbih…”

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar

Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan yang pantas disembah kecuali Allah, dan Allah Mahabesar.

Tasbih diatas dibaca selama sepuluh kali. Kemudian jika anda telah selesai menunaikan seluruh rakaat, maka membaca istighfar 1000 kali.

Nabi saw pernah bersabda :

“Demi Dzat yang telah mengutusku dengan kebenaran kenabian ! Sesungguhnya jibril telah mengabarkan kepadaku dari Israfil dari Tuhannya, bahwa sesungguhnya tidaklah seseorang mengangkat kepalanya dari tempat sujudnya, kecuali Allah telah memberinya ampunan, menerima seluruh amalnya dan mengampuni semua dosanya, meskipun dosanya lebih besar dari 70 macam dosa, yang masing-masing lebih besar dari seluruh dosa hamba-hambaNya.

Allah akan menerima amalan puasa dari semua penduduk tempat dimana dia berdoa. Demi Dzat yang mengutusku dengan kebenaran!

Barang siapa yang melaksanakan shalat dan beristigfar seperti itu, maka Allah akan menerima puasanya, shalatnya, qiyamul lail (shalat malam)-Nya, mengampuni dosa-dosanya serta mengabulkan segala permintaanya.

Inilah hadiah khusus untukku dan untuk umatku, baik laki-laki maupun perempuan. Suatu karunia yang belum pernah Allah berikan kepada seorangpun sebelum aku, baik dari kalangan para nabi maupun selainnya ”

Keutamaan doa ini adalah Allah akan menerima puasanya, shalatnya, qiyamul lail (shalat malam)-Nya, mengampuni dosa-dosanya serta mengabulkan segala permintaanya.

Baca juga :

Inilah hadiah khusus untukku dan untuk umatku, baik laki-laki maupun perempuan. Jika doa yang dipanjatkan ini benar-benar dilakukan secara sungguh-sungguh

5. Doa terhindar dari neraka

“Ya Allah, selamatkanlah aku dari api neraka dan masukkan aku ke dalam surge-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih Maha Penyayang”

Doa diatas bisa dipanjatkan atau dibaca pada tanggal 21 Sampai akhir Bulan Ramadhan yang mengandung penuh kebebasan dari api neraka, maka perbanyaklah membaca doa seperti diatas.

Keutamaan dari doa ini sendiri agar kaum muslim terhindar dari neraka dan karena waktu ramadhan akan berakhir termasuk waktu mustajab tidak ada salahnya jika berdoa agar dapat masuk surga.

Keutamaan Lain Bulan ramadhan

Pertama, Rasulullah akan mengabarkan kepada umat muslim bahwa semua kebaikan terkumpul pada bulan ramadhan, sebagaiman dalam sabdanya:

“Kalau saja umatku tahu segala (kebaikan) dalam bulan Ramadhan pasti mereka mengharapkan agar (setiap bulan dalam) sethaun penuh menjadi bulan Ramadhan semua”

Karena :

  • Semua kebaikan berkumpul di bulan Ramadhan,
  • Ketaatan bisa diterima,
  • Semua doa dikabulkan,
  • Semua dosa diampuni, dan
  • Surga rindu kepadanya

Kedua, pada tanggal 1 bulan Ramadhan Arasy, kursi para malaikat dan segala sesuatu lainnya berteriak menyampaikan kebaikan-kebaikan bulan Ramadhan kepada umat Nabi Muhammad saw, seperti diungkapkan dalam hadis Nabi Saw.

Ketiga, pada permulaan bulan Ramadhan Allah SWT mencari orang-orang yang mencintai-Nya. Kemudia mengampuni orang-orang yang meminta ampunan. Selanjutnya SWT akan melarang kepada malaikat (Rakib&Atid) untuk tidak mencatat amal buruk atau amal jelek.

Keempat, pada awal bulan ramadhan maka semua setan dan jin yang durhaka akan diikat, semua pinti surga dibuka, dan semua pintu neraka ditutup. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi saw.

Kelima, (sambungan hadist di atas); Tiap malam bulan Ramadhan Allah berfirman tiga kali dan tiap hari bulan ramadhan Allah akan membebaskan (mengampuni) 1.000.000 budak atau orang yang berdosa dari neraka. Sementara setiap jam pada bulan Ramadhan Allah SWT membebaskan 600.000 orang berdosa dari neraka (mengampuni orang-orang yang berdosa, sebagaiman tang sudah diterangkan dalam hadist.

Keenam, Pada malam pertama di bulan Ramadhan Allah SWT menganugerahkan lima perkara kepada ummat Nabi Muhammad saw yang belum pernah diberikan kepada umat-umat sebelumnya.

Itulah doa ketika ramadhan akan berakhir, keutamaan lain di bulan Ramadhan dan juga keistimewaan yang bisa didapatkan pada bulan Ramadhan untuk kita kaum muslim agar lebih bersuka cita dalam menyambut kedatangannya atau lebih lagi jika disambut dengan gembira. Mohon maaf bila ada salah kata.

The post Doa Ketika Ramadhan Akan Berakhir Dan Keutamaannya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Puasa Ramadhan Tapi Lupa Niat dan Solusinya https://dalamislam.com/puasa/hukum-puasa-ramadhan-tapi-lupa-niat Mon, 29 Apr 2019 20:21:31 +0000 https://dalamislam.com/?p=6559 Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dilaksanakan pada bulan ramadhan. Dengan diawali oleh niat sebelum fajar dan niat berbuka puasa ketika telah magrib. Disamping itu pula umat islam disunnahkan untuk melakukan ibadah tarawih. Serta terdapat beberapa amalan sunnah yang bisa dilakukan pada bulan ramadhan. Jika kita berpuasa sebulan penuh, maka manusia akan terdidik menjadi manusia […]

The post Hukum Puasa Ramadhan Tapi Lupa Niat dan Solusinya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dilaksanakan pada bulan ramadhan. Dengan diawali oleh niat sebelum fajar dan niat berbuka puasa ketika telah magrib. Disamping itu pula umat islam disunnahkan untuk melakukan ibadah tarawih. Serta terdapat beberapa amalan sunnah yang bisa dilakukan pada bulan ramadhan. Jika kita berpuasa sebulan penuh, maka manusia akan terdidik menjadi manusia yang tangguh, terhindar dari syaitan dan api neraka.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw, bersabda,

“Apabila masuk bulan Ramadhan terbukalah pintu-pintu rahmat dan tertutuplah pintu-pintu beraka serta terbelenggulah syaitan-syaitan.”(HR.Muslim)

Niat puasa adalah sebagai berikut :

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى

“Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta’ala”.

Puasa Ramadhan hukumnya wajib, maksudnya puasa sebagai benteng atau perisai bagi seseorang dari nafsu dunia yang merusak. Tak terkecuali niat puasa juga perlu diketahui, berikut penjelasan mengenai hukum puasa ramadhan tapi lupa niat.

Hukum Niat Menurut Para Ulama Dan Ustadz

Para ulama bersepakat bahwa niat itu hukumnnya wajib di segala amal perbuatan, termasuk puasa. Sehingga ketika puasa ramadhan dianjurkan untuk tidak lupa membaca niat. Dalam kasus puasa fardhu, niat puasa ramadhan itu wajib. Berniatlah pada puasa, namun niat juga tidak perlu diucapkan.

Namun, sebagian orang ada keraguan apa sudah mengucapkan niat puasa belum. Menurut Ustad abdul Somad, maka orang tersebut mengucapkan niat puasa lagi bahkan niat puasa Ramadhan juga dinyanyikan dan itu dianggap sah.

Baca juga :

Sementara untuk waktu niat puasa wajib seperti puasa ramadhan itu dilakukan sebelum terbit fajar sebagai tanda dimulainya waktu puasa. Jika dilakukan setelah terbit fajar maka puasa wajibnya itu tidak sah. Menurut Imam Syafi’I,

“Niat itu perlu dilakukan pada tiap-tiap malam”

Sedangkan Imam Maliki dan Ahmad berpendapat lain,

“Niat itu sah dan cukup dilakukan satu kali untuk sebulan ”

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada bulan ramadhan niat dalam berpuasa hukumnya adalah wajib terkait waktunya disarankan untuk membaca niat setiap kali akan puasa. Namun, jika lupa maka umat muslim bisa membaca niat puasa pada malam hari. Jadi disini dapat gambaran bahwa hukum puasa ramadhan tapi lupa niat itu tidaklah sah.

Bahkan beberapa ulama juga mengatakan bahwa niat puasa bisa dilakukan pada malam hari atau malam pertama bulan ramadhan agar puasa yang dijalankan bisa sah. Karena niat baik akan menghasilkan amal yang baik di akhirat, oleh karena itu sekali lagi niat puasa pada bulan ramadhan hukumnya adalah wajib dilaksanakan.

Hadist Puasa Ramadhan Tapi Lupa Niat

Puasa ramadhdan dilakukan dengan tuntunan agama islam dan pendapat para ulama. Bahkan hadis juga mengatur dan membahas mengenai hukum lupa niat, waktu membaca niat, dan solusi agar niat tidak lupa diucapkan. . Berikut hadis dan penjelasannya:

Hendaklah bagi mereka yang tidak berniat pada malam hari karena lupa, supaya tetap berpuasa (menahan makan, minum, dan bersetubuh) pada siang harinya. Tetapi wajib atas mereka untuk mengqadha puasa yang telah ditinggalkannya niat itu. Sedangkan jika tidak berniat puasa malam hari itu karena kesengajaan, maka puasanya dianggap tidak sah karena segala puasa fardhu diisyaratkan niat pada malam harinya”.

Dalam menjalankan puasa sebagai umat muslim niat jika khawatir lupa dipagi hari maka diucapkan pada malam hari. Sebab niat dalam puasa ramadhan merupakan langkah penting agar diterimanya ibadah, dan tidak mengqadha puasa yang ditinggalkan tanpa niat. Hal ini dilakukan karena ketika seseorang tidak membaca niat puasa maka puasanya akan tidak sah. Mengenai persoalan ini, ulama berbeda pendapat menurut Imam Syafi’I,

Niat itu perlu dilakukan pada tiap – tiap malam “ Imam Maliki dan Ahmad berpendapat lain, “ Niat itu sah dan cukup dilakukan satu kali untuk sebulan, jika berniat akan berpuasa sebulan lamanya.” Sementara itu, Imam Hanafi berpendapat. “Sah niat Ramadhan dan tiap –tiap puasa yang ditakyinkan (diwajibkan)

Baca juga :

Dalam hadis lain. Nabi Muhammad saw., juga menegaskan

Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum fajar, maka puasanya tidak bermanfaat.” (HR.Tirmidzi).

Hadis ini menurut ulama berkenaan dengan waktu niat puasa wajib. Maksudnya, niat puasa wajib seperti puasa qadha, puasa ramadhan, dan puasa nazar harus dilakukan sebelum terbit fajar sebagai tanda dimulainya waktu puasa. Jika dilakukan setelah terbit fajar, puasa wajibnya itu tidak sah dan disarankan untuk mengganti dilain harinya

Jika lupa berniat, puasanya tidak sah. Namun, tetap harus melanjutkan puasa tersebut dan wajib meng-qadha(Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hanbali).  

Maksudnya niat dalam puasa merupakan hal penting yang lebih baik diucapkan dan dilaksanakan karena dikhawatirkan puasa yang dijalani tidak sah.

Jika ragu antara niat puasa fardhu atau sunnah keduanya batal (tidak sah) (Hanbali dan Hanafi ).

Namun beberapa orang yang sebenarnya telah melafalkan niat puasa terkadang ragu-ragu tentang ingatan bahwa mereka telah berniat belum. Untuk itu ketika anda ingat maka menurut hadis Hanbali dan Hanafi maka diucapkan lagi niatnya

Terlebih bila melihat dari sisi kemuliaan bulan Ramadhan, maka jelas puasa sehari yang dilakukan di bulan Ramadhan jauh lebih bernilai dari pada puasa yang dilakukan di luar bulan ramadhan. Ini juga menjadikan orang yang lupa niat semakin mengalami “kerugian” yang lebih besar. Bahkan bisa tidak dihitung amal baik karena amal baik di akhirat akan dihitung dengan niat awal setiap manusia.

Solusi Puasa Ramadhan Tapi Lupa Niat

Imam Qalyubi menyampaikan satu solusi ketika umat muslim lupa niat puasa. Sebagai langkah kehati-hatian maka agar puasanya orang tidak lupa niat, lebih baik untuk dianjurkan pada malam pertama bulan Ramadhan untuk berniat akan berpuasa Ramadhan satu bulan penuh. Sehingga jika solusi tersebut dilakukan maka apabila seseorang lupa berniat pada malam tertentu puasanya akan tetap dianggap sah dan tidak ada kewajiban untuk menggantinya.

Niat selama satu bulan penuh puasa juga merujuk pada apa yang diajarkan oleh Imam Maliki. Namun, Imam Maliki memberikan syarat, niat berpuasa untuk satu bulan penuh berlaku bila puasanya tidak terputus. Bila puasanya terputus haid, sakit, atau perjalanan. Maka wajib berniat kembali untuk hari yang tersisa (Hassan Sulaiman Nuri dan Alwi Abas al-Maliki)

Menurut Imam Ahmad ketika dimintai penjelasan perihal bagaimana niat yang benar apalagi jika bulan ramadhan tiba. Beliau memberi mengatakan:

Baca juga :

“Niat yang benar dalam belajar adalah apabila belajar tersebut diniatkan untuk dapat beribadah pada Allah dengan benar dan untuk mengajari yang lainnya”

Sebaliknya jika seseorang salah dalam berniat, maka amal itu akan menjadi amal dunia dan ia akan merugi. Sebab Amal yang berwujud perbuatan dunia akan menjadi amal akhirat bila niatnya baik, Niat juga termasuk sebagai hal yang dapat mengikat amal.

Orang yang tidak memperhatikan niat di dalam hatinya, maka bersiap-siaplah merugi untuk menyia-nyiakan tenaga, waktu, dan harta dengan tiada arti. Karena hanya dengan niat dan keikhlasan, amal seseorang dapat diterima. Demikianlah hukum puasa ramadhan tapi lupa niat yang perlu diketahui karena manusia juga tak luput dari sifat lupa.

The post Hukum Puasa Ramadhan Tapi Lupa Niat dan Solusinya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Puasa Saat Perjalanan Jauh https://dalamislam.com/puasa/hukum-puasa-saat-perjalanan-jauh Mon, 29 Apr 2019 19:56:43 +0000 https://dalamislam.com/?p=6560 Puasa merupakan amalan baik jika dilakukan dengan niat baik. Namun ada beberapa kondisi yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa atau membatalkan puasa karena kondisi pada saat itu. Berikut dibahas lebih lanjut mengenai hukum puasa saat perjalanan jauh. Hukum Puasa Bagi Musafir Menurut Ulama Para ulama mengatakan bahwa berpuasa saat perjalanan jauh itu diperbolehkan. Namun, jika berpuasa […]

The post Hukum Puasa Saat Perjalanan Jauh appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Puasa merupakan amalan baik jika dilakukan dengan niat baik. Namun ada beberapa kondisi yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa atau membatalkan puasa karena kondisi pada saat itu. Berikut dibahas lebih lanjut mengenai hukum puasa saat perjalanan jauh.

Hukum Puasa Bagi Musafir Menurut Ulama

Para ulama mengatakan bahwa berpuasa saat perjalanan jauh itu diperbolehkan. Namun, jika berpuasa akan membuat hidup kita sulit, di bulan ramadhan ketika dalam perjalanan jauh. Maka, kita tidak seharusnya berpuasa.

Berbeda cerita jika kita hanya berpergian selama kurun waktu satu jam atau beberapa puluh menit penerbangan. Kita tidak sepantasnya untuk membatalkan puasa. Para sahabat saat itu berjalan di gurun pasir, dibawah terik matahari, di tengah hari. Tentu saja berpuasa pada kondisi semacam itu akan sangat menyulitkan mereka.

Oleh karena itu, semakin banyak kesulitan yang muncul dalam kehidupan kita, maka akan semakin banyak pula kemudahan yang diberikan syariat Islam. Karena pada dasarnya syariat islam mempunyai syariat yang tidak menyulitkan.

Wanita Dalam Perjalanan Jauh Juga Dibolehkan Berbuka Puasa

Sama halnya dengan umat muslim laki-laki, wanita pun selama dalam perjalanan jauh dibolehkan baginya untuk berbuka puasa. Maka, apabila ia berniat menetap di tempat yang menjadi tujuan perjalanannya, atau ia telah kembali ke kampung halamannya. Niscaya menjadi gugur kemudahan berbuka.

Baca juga :

Atau apabila anda telah kembali ke kampung halamannya dimalam hari. Padahal esok hari adalah bulan Ramadhan, niscaya wajib baginya berpuasa. Tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah tersebut. Namun, jika anda sampai siang hari dan dirinya dalam keadaan berbuka, maka tidak ada keharusan baginya berpuasa disisa harinya.

Wajib Mengqhada Puasa Bagi yang Tidak Menjalankannya Saat Perjalanan Jauh

Hukum puasa saat perjalanan jauh tidak diwajibkan untuk berpuasa, namun demikian wajib mengqadha puasa yang ditinggalkannya. Jika keduanya tetap ingin melanjutkan berpuasa. Maka puasanya tetap sah. Namun, jika puasa yang mereka lakukan dirasa akan membahayakan kesehatan atau mendatangkan mudarat. Maka, hukumnya haram bagi mereka untuk melanjutkan puasanya tersebut.

Seorang musafir jika hendak tidak berpuasa di hari pertama dari perjalanannya maka ia wajib keluar (meninggalkan) dari daerahnya sebelum terbit fajar. Adapun bila setelah terbit fajar, seorang musafir masih di wilayah asalnya maka ia wajb untuk berpuasa pada harinya tersebut atau hari yang sama pada saat perjalanan dilakukan.

Hukum Puasa Musafir Menurut Al Qur’an

أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka, barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah,

(yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. ”(QS.Al-Baqarah :184).

Baca juga :

Sementara dalam ayat lain Allah berfirman,

“Oleh karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah dia berpuasa pada bulan itu. Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” (Surat Al-Baqarah : 185)

Maksud ayat ini dibolehkannya orang sehat yang berada ditempat tinggalnya untuk tidak berpuasa tetapi mengganti puasa yang ditinggalkannya dengan fidyah berupa pemberian makan kepada orang miskin untuk setiap hari ia berbuka. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

Dalam ayat itu Allah menjelaskan kewajiban dengan suatu perhitungan dan menjadikan orang-orang yang sedang sakit atau dalam perjalanan jauh agar tidak berpuasa, dan agar mereka membuat perhitungan hari yang tidak terlaksananya puasa. Juga memberitahukan bahwa Dia menghendaki kemudahan bagi mereka.

Firman-Nya,

“Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain ”

Ayat diatas mengandung dua pengertian :

Pertama :

Allah tidak mewajibkan bagi mereka untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadhan bagi mereka orang sakit dan orang yang melakukan atau dalam perjalanan jauh. Apabila fisik sakit atau dalam perjalanan itu telah selesai, hendaklah mengganti puasanya pada hari-hari bulan lain.

Selain itu jika fisiknya sakit hingga menyebabkan merasa berat atau terganggu jika berpuasa, atau sedang dalam perjalanan, maka diperbolehkan baginya berbuka (tidak berpuasa). Jika berbuka, maka ia harus menggantinya pada hari-hari lainnya.

Kedua :

Perintah Allah kepada mereka untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadhan hanyalah dalam dua kondisi tersebut. Sebagai keringanan apabila mereka menghendakinya atau berada dalam dua kondisi tersebut. Mereka dipersilahkan untuk tidak mengambil keringanan itu jika mereka menghendakinya.

Baca juga :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur-an sebagi pertunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Oleh karena itu, barangsiapa diantara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) dibulan itu, maka hendaklah dia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berkata).

Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. Hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur” (QS.Al-Baqarah : 185)

Para ulama sepakat bahwa seandainya seseorang tidak sadarkan diri sepanjang bulan itu tanpa siuman sama sekali, maka dia harus mengqadhanya atau mengganti puasa di hari lain.

Cuplikan Kisah Puasa Saat Perjalanan Jauh

Diriwayatkan bahwa salah satu pokok keimanan adalah puasa pada musim panas (kemarau). Konon Rasulullah selalu berpuasa meskipun dia sedang dalam perjalanan jauh dan cuaca sangat panas, padahal para sahabat tidak melakukannya. Hal itu sebagaimana diceritakan oleh Abu darda,

“Pada suatu hari kamu pernah bersama Rasulullah dalam perjalanan jauh di bulan Ramadhan. Salah seorang dari kami sampai meletakkan tangannya di atas kepalanya karena saking panasnya.

Tak seorang pun diantara kami yang akan berpuasa pada musim kemarau saking teriknya matahari kecuali Rasulullah dan Abdullah bin Rawwahah. Dalam kitab Al-Muwaththa juga disebutkan bahwa ketika Rasulullah sedang berada di daerah Araj. Beliau pun sempat menyiramkan air ke atas kepalanya karena panasnya dan dahaga tubuhnya. Sementara beliau saat itu masih sedang dalam kondisi puasa.

Baca juga :

Hal yang dilakukan oleh Rasulullah jika nafsu sedang sangat merindukan apa yang diinginkan, kemudian dia meninggalkannya karena Allah, dalam kondisi di mana tidak ada yang mengetahuinya selain Dia. Padahal sebenarnya beliau bisa memenuhi keinginan atau nafsu tersebut.

Maka beliau sungguh merupakan bukti nyata akan kesungguhan iman. Orang yang sedang mengerjakan puasa benar-benar sadar bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengetahui apa saja yang dilakukannya. Maka dia mentaati Tuhannya.

Akhirnya, Allah berterima kasih kepadanya atas apa yang dilakukannya itu dan mengkhususkan amalnya tersebut (puasa) hanya untuk diri-Nya dan membedakan dengan amal-amal yang lain. Oleh karena itu, Allah kemudian berfirman lagi “Karena dia meninggalkan syahwat, makanan, dan minumannya hanya karena aku”

Demikianlah hukum puasa saat perjalanan jauh bagi para musafir yang merupakan suatu bentuk keringanan dari Allah SWT kepada hambanya.

The post Hukum Puasa Saat Perjalanan Jauh appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Puasa Ramadhan Tapi Pacaran https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-puasa-ramadhan-tapi-pacaran-2 Mon, 29 Apr 2019 19:30:45 +0000 https://dalamislam.com/?p=6561 Bulan Ramadhan merukan bulan suci bagi para kaum muslimin. Bulan Ramadhan hadir satu tahun sekali, untuk itu dianggap juga sebagai bulan istimewa. Namun, dengan amalan baik yang dilakukan juga bisa mendapatkan berlipat pahala. Sehingga terdapat amalan sunnah yang bisa dilakukan untuk mengisi bulan Ramadhan yang berkah. Selain diisi dengan kewajiban yaitu puasa ramadhan. Maka, perihal […]

The post Hukum Puasa Ramadhan Tapi Pacaran appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Bulan Ramadhan merukan bulan suci bagi para kaum muslimin. Bulan Ramadhan hadir satu tahun sekali, untuk itu dianggap juga sebagai bulan istimewa. Namun, dengan amalan baik yang dilakukan juga bisa mendapatkan berlipat pahala. Sehingga terdapat amalan sunnah yang bisa dilakukan untuk mengisi bulan Ramadhan yang berkah.

Selain diisi dengan kewajiban yaitu puasa ramadhan. Maka, perihal hukum puasa namun masih menjalin hubungan cinta dengan buka mahram masih dipertanyakan. Bagaimana hukum puasa Ramadhan tapi pacaran?

Akankah diperbolehkan atau malah tidak dianjurkan untuk dilakukan bahkan kalau bisa menjauhi karena mendekati zina. Selengkapnya berikut dibawah ini penjelasan mengenai hukum puasa Ramadhan tapi pacaran juga jalan.

Hukum Puasa Ramadhan Bagi yang Pacaran

Hukum ketika hubungan laki-laki dan perempuan dilaksanakan tidak ada ikatan nikah maka itu hukumnya haram, sehingga disarankan untuk segera disudahi hubungannya. Sebenarnya dalam islam juga tidak mengajarkan untuk pacaran tetapi ta’aruf. Pacaran juga tidak diperbolehkan karena mendekati zina.

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk(QS.Al Isro:32)

Bagi para remaja, puasa tidaklah sebuah ibadah yang harus disucikan. Bulan ramadhan juga bukanlah bulan yang didalamnya umat islam harus menyucikan diri dan tidak melakukan maksiat. Bulan Ramadhan sama seperti bulan-bulan lainnya. Tidak ada perbedaan sama sekali karena kaum remaja kebanyakan acuh dengan bulan suci ini.

Baca juga :

Maka, hanya orang-orang yang ikhlas dan hatinya terbuka yang bisa menjalankan puasa dengan baik dan benar. Orang – orang munafik mustahil bisa melakukan puasa dengan sempurna. Sama seperti kebanyakan remaja di zaman ini. Puasa bukanlah momen sakral islam dimana tidak ada maksiat terjadi di bulan itu.

Puasa Juga Turut Menahan Hawa Nafsu

Puasa itu tidak hanya menahan lapar dan haus, namun juga menahan hawa nafsu dan zina. Baik zina mata, zina telinga, zina tangan, terlebih zina hati. Dan cinta kepada-Nya tidak boleh dilebihi dengan cinta kepada mahluk-Nya

“Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan, Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena pusat dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng)” (HR.Bukhari)

Namun, jika membahas hukum puasa ramadhan tapi pacaran adalah sebenarnya berdasarkan pengertian dari ustadz dan ajaran islam hukumnya yaitu tidak diperbolehkan. Dikarenakan hakikat pada dasarnya puasa adalah menahan hawa nafsu dan zina. Karena para single sebelum menikah itu sama dengan sedang puasa sebelum berbuka sehingga butuh kesabaran. Kalau sudah magrib, buka puasa akan lebih terasa nikmatnya.

Cuplikan Alasan Tidak Pacaran

Sebagai umat muslim kita tidak pernah tahu seperti apa sifat sebenarnya pasangan saat pacaran karena yang dimunculkan biasanya yang baiknya saja dan enaknya saja yang ditampilkan. Mendadak menikah, sifat sebelumnya tidak terlihat tampak. Seolah – olah menikahi orang yang tidak pernah kita kenal.

Dan sebenarnya pacaran tidak dirancang untuk keseriusan. Maka, wajar saja jika perkenalan yang terjadi kala pacaran pun hanya kenalan secara fisik. Adapun nilai – nilai yang dianut dan tanggung jawab yang sangat penting saat membina keluarga, dan agama serta akhlaknya mutlak tersembunyi ketika pacaran.

Kalau Anda menikah dan pernah pacaran, Anda akan membandingkan masa pacaran dengan ketika sudah menikah. Jawaban rata-rata adalah pacaran lebih indah, karena memang hanya mencari rasa yang indah. Lalu, jadilah kenangan pacaran sebagai penyesalan dalam hidup rumah tangga. Atau, kalau Anda membandingkan istri atau pasangan dengan mantan dulu yang pernah ada. Ya, karena selama pacaran hanya sifat baiknya yang tampak.

Baca juga :

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat;

Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa terlihat … )” (QS.An Nur: 30-31)

Dalam ayat dijelaskan untuk menjaga kata-kata yang maksudnya kita mesti bisa mengontrol setiap lisan yang terucap. Jangan sampai asal bicara saja. Haruslah setiap apa yang kita ucapkan memiliki makna. Jangan sampai ucapan kita tanpa makna dan banyak sia-sianya.

Zina Menurut Nabi

Nabi telah memberi peringatan untuk berhati-hati dari alat-alat musik, bahkan beliau menyertakan penyebutnya bersama zina, sebagaimana sabda beliau :

لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعازِفَ

Akan datang beberapa golongan dari ummatku yang menghalalkan zina, sutera, khamer, dan alat-alat musik(HR. Al-Bukhari)

Makna menghalalkannya adalah melakukan tanpa peduli, seperti layaknya orang yang menghalalkan. Hal ini telah terjadi di zaman kita sekarang, yakni ada sebagian orang yang memainkan alat musik atau mendengarkannya seolah-olah hal itu merupakan perkara yang halal.

Dalam hal ini musuh-musuh Islam telah berhasil dalam hal melakukan tipu daya kepada para umat muslim untuk mencegah mereka dari berdzikir kepada Allah dan mengerjakan berbagai amal lainnya, baik yang berkaitan dengan agama maupun dunia.

Baca juga:

Banyak kaum muslimin yang lebih senang mendengarkan musik dibandingkan mendengarkan Al-Qur’an, hadists, dan perkataan para ulama, yang mengandung penjelasan hukum-hukum syari’at sekaligus berbagai hikmah di dalam setiap kajiannya. Nabi pernah bersabda :

Barangsiapa yang tidak meninggalkannya perkataan dusta dan oengamakabbta serta,kejahilan, Maka Allah tidak membutuhkan amalnya dalam meninggalkan makan dan minum (puasa)”

Jabir berkata :

“Jika engkau berpuasa maka hendaklah pendengaran, penglihatan, dan lisanmu juga turut berpuasa dari dusta serta perkara-perkara yang diharamkan. Janganlah menyakiti tetangga, namun hendalah engkau menghiasai dirimu dengan kewibawaan dan ketenangan. Jangan sampai hari puasamu sama dengan hari ketika engkau tidak berpuasa ”

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita tersebut, “Masuklah ke surge melalui pintu manapun yang engkau suka ”” (HR. Ahmad; Shahih)

Orang yang berpuasa juga wajib menjauhi tipu daya dalam seluruh muamlag baik dalam jual beli, sewa menyewa, kerajinan tangan, pegadaian, maupun lainnya.

Kesimpulan, hukum puasa ramadhan tapi pacaran adalah tidak diperbolehkan. Karena pacaran termasuk dalam perbuatan yang mendekati ke zina. Sementara puasa bukan hanya sekedar menahan makan, minum dan lapar namun juga menahan hawa nafsu dan zina. Sehingga apabila ingin melaksanakan ibadah puasa dengan benar maka kaum muslim dianjurkan atau lebih baik jika tidak berpacaran.

Pacaran sendiri tidak pernah diajarkan oleh islam, islam mengajarkan untuk Ta’aruf. Karena ada perbedaan antara pacaran dan menikah. Fenomena lebih indah saat pacaran merupakan kebenaran. Karena ketika pacaran yang digambarkan seringkali hal indah.

Padahal dalam berumah tangga manis pahit dan buruknya pasangan akan diketahui. Untuk itu islam sendiri tidak mengajarkan berpacaran namun berpacaranlah setelah menikah. Karena menikah membuat semua yang haram bisa menjadi halal bahkan menimbulkan pahala bagi pasangan tersebut dan tidak perlu khawatir zina.

The post Hukum Puasa Ramadhan Tapi Pacaran appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kisah Ummul Mukminin Shafiyah binti Huyai https://dalamislam.com/sejarah-islam/kisah-ummul-mukminin-shafiyah-binti-huyai Mon, 29 Apr 2019 14:54:59 +0000 https://dalamislam.com/?p=6586 Kisah teladan istri Nabi atau wanita-wanita islam yang memiliki kecerdasan serta keutamaan masing-masing. Terkadang merupakan gambaran serta teladan yang bisa diikuti langkah kebaikannya di era saat ini. Apalagi wanita teladan yang satu ini adalah Shafiyah binti huyai. Shafiyah yang dikenal dengan paras cantiknya. Mari simak lebih lanjut tentang kisah ummul mukminin Shafiyah binti Huyai ini. […]

The post Kisah Ummul Mukminin Shafiyah binti Huyai appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kisah teladan istri Nabi atau wanita-wanita islam yang memiliki kecerdasan serta keutamaan masing-masing. Terkadang merupakan gambaran serta teladan yang bisa diikuti langkah kebaikannya di era saat ini. Apalagi wanita teladan yang satu ini adalah Shafiyah binti huyai. Shafiyah yang dikenal dengan paras cantiknya. Mari simak lebih lanjut tentang kisah ummul mukminin Shafiyah binti Huyai ini.

Ummul Mukminin Shafiyah binti Huyai adalah seorang wanita tawanan yang bertakwa, bersih dan suci. Shafiyah wanita yang mempunyai dua mata yang berkaca-kaca, kejernihan yang paling jernih. Nasabnya adalah Shafiyah binti Huyai. Mari simak lebih lanjut tentang kisah ummul mukminin Shafiyah binti Huyai ini.

Perkenalan

Shafiyah binti Huyai adalah salah satu istri Nabi yang cerdas dan berasal dari keturunan terhormat pula. Shafiyah memiliki paras yang sangat cantik dan agamanya juga bagus. Sebelum Shafiyah menikah dengan Rasulullah, ia adalah istri dari Salam bin Abi Al-Ahqiq, lalu menikah dengan Kinanah. Kinanah adalah penyair yang berasal dari Yahudi. Kinanah terbunuh saat perang Khaibar terjadi. Salah satu tawanan perang pada perang Khaibar adalah Shafiyah.

Shafiyah adalah putri dari Huyaiy bin Akhtab, Huyay bin Akhtab adalah pemimpin kaumnya. Mereka adalah dari golongan masyarakat Yahudi Khaibar yang memerangi. Huyay kala itu sedang memerangi dan menampakkan permusuhan dengan Rasulullah, meskipun dia tahu bahwa Rasulullah merupakan Nabi terakhir, sebagaimana telah termajtub dalam kitab taurat. Shafiyah juga merupakan anak kesayangan bapak dan pamannya, sebagaimana Shafiyah pernah menuturkan sendiri.

Terjadi Perang Khaibar

Menurut kisah ummul mukminin Shafiyah binti Huyai, ketika tentara Muslim membawa kemenangan pertempuran dengan orang-orang Yahudi Khaibar, Huyay bin Akhtab mati terbunuh dalam perang Khaibar. Sementara keadaan dari Shafiyah tertangkap sebagai salah satu tahanan atau tawanan perang.

Baca juga :

Sampai suatu hari Shadiyah mendengarkan percakapan antara ayah dan pamannya. Disitulah Shafiyah mengetahui bahwa Rasulullah SAW berada dalam pilihan jalan yang benar. Ternyata selama ini kaumnya tidak pernah memberitahukan tentang Nabi Muhammad kepada Shafiyah.

Faktor Shafiyah tidak diberitahu adalah karena faktor kedengkian dan iri hati, bukan karena Nabi Muhammad Salah. Kedengkian yang selama kaum Yahudi pendam terhadap Islam dan Nabi merupakan suatu bentuk kejahatan dan penghianatan besar.

Walaupun setelah kaum tersebut mengetahui ada bukti nyata pada diri mereka bahwa Nabi Muhammad adalah utusan akhir zaman. Pada pertengahan kedua bulan Muharram tahun 7 H, Rasulullah berangkat bersama segenap pasukan muslim disertai persenjataan dan perlengkapan perang yang lengkap menuju Khaibar.

Shafiyah dengan Kinanah

Dalam kisah ummul mukminin Shafiyah binti Huyai, pertempuran berdarah antara Yahudi dan Kaum muslimin akhirnya dimenangkan oleh Kaum Muslim. Saat itu Kinanah (suami dari Shafiyah) tertangkap, lalu pasukan muslim mendesak Kinanah untuk mengatakan dimana gudang kekayaan Khaibar.

Awalnya kinanah tidak mengakui, bahkan sempat mengaku bahwa ia tidak mengetahui dimana gudangnya. Rasulullah saw pun bersabda

“Jika terbukti ucapanmu bohong dan kami dapatkan bukti bahwa harta itu terdapat dirumahmu, maka kami akan membunuhmu”

Kinanah pun menjawab “Ya, aku bersedia dibunuh

Maka ketika Rasulullah saw, menemukan harta itu di rumah kinanah. Maka beliau mengirim Kinanah kepada Muhammad ibnu Salam agar mendapatkan hukum pancung sesuai perbuatannya. Dan itu dilakukan untuk membalas atas terbunuhnya Mahmud Ibnu Salamah.

Sementara untuk para wanita Qumush pun digiring sebagai tawanan. Rombongan itu dipimpin oleh Shafiyah istri Kinanah ditemani dengan seorang saudari sepupunya. Mereka digiring oleh sang Muadzin Rasulullah, Billal bin rabbah.

Baca juga :

Bilal membawa mereka melewati medan pertempuran yang telah berakhir. Kala itu sepupu Shafiyah menjerit dan histeris melihat pemandangan tersebut. Sepupu Shafiyah juga menutupi wajahnya dan meratapi kepergian suami dan keluarganya.

Sedangkan Shafiyah sangat tenang, terlihat terdiam, dan tampak bersedih. Namun, Shafiyah sama sekali tidak bersuara atau meratap sedikit pun. Shafiyah dan saudarinya juga dibawa menghadap Rasulullah. Saat itu ketenangan menyelimuti wajah Shafiyah yang cantik jelita.

Shafiyah Menjadi Istri Rasulullah

Setelah Dahiyyah datang membawa Shafiyah. Setelah Rasulullah melihat Shafiyah, beliau berkata kepada Dahiyyah,

“Ambillah budak yang lain dari tahanan yang ada”.

Dahiyah pergi tanpa membawa Shafiyah. Ketika Shafiyah dan Rasulullah berada pada satu tempat, Rasulullah memberikan pilihan kepada Shafiyah. Apakah ingin dimerdekakan, kemudian dikembalikan kepada kaumnya yang masih hidup diwilayah Khaibar ataukah ingin masuk islam kemudian dinikahi oleh Nabi.

Shafiyah memilih untuk masuk islam dan menikah dengan beliau, mas kawinnya yaitu memerdekakan dia. Pilihan Shafiyah sebagai indikasi kebikjasanaan dan kecerdasannya. Shafiyah termasuk bagian dari Ummul Mukminin dan menjadi orang yang mulia dan terhormat.

Di hari pernikahan Shafiyah dengan Rasulullah, Shafiyah disisir rambutnya dan dirias oleh Ummu Sulaim. Shafiyah memaki pakaian yang bagus serta wewangian. Shafiyah pun menjadi pengantin cantik dengan wajah berseri. Semua bergembira di hari pernikahan Rasulullah dan Shafiyah lalu walimatul ursy pun dilakukan. Mereka berdua juga mendapat jamuan Khaibar.

Setelah menikah dengan Rasulullah, shafiyah mengalami kesedihan karena ia berasal dari keturunan yahudi dan kebanyakan istri Rasulullah merupakan keturunan Arab. Mengetahui kesedihan Shafiyah Rasulullah mengatakan hal ini kepada shafiyah,

“Katakanlah kepada mereka ‘Bagaimana kalian bisa lebih baik daripada aku sementara suamiku Muhammad, ayahku adalah Harun dan Pamanku adalah Musa”

Setelah mendengar kata-kata Rasulullah, Ia kembali bersabar dengan segala ucapan tentang dirinya.

Kisah Shafiyah Melapangkan Rasulullah

Shafiyah juga merupakan wanita cantik yang mempunyai kecerdikan. Bukti kecerdikannya adalah ketika Shafiyah dimarahi oleh Rasulullah tentang masalah biasa mewarnai kehidupan rumah tangga. Shafiyah mengetahui posisi Aisyah dihati Rasulullah. Sehingga Shafiyah berkata,

Baca juga :

Aisyah, apakah kamu bisa membuat Rasulullah memaafkan saya? Jika ya, kamu boleh ambil giliran saya

Aisyah menjawab,

Ya saya bisa ”.

Aisyah pun mengambil sebuah baju ditetesi minyak Za’faran dan Aisyah pun duduk disamping Rasullullah. Seketika beliau bersabda

Hai Aisyah, menjauhlah dariku hari ini bukan giliranmu

Akhirnya Aisyah memberitahukan kisah sebenarnya kepada Rasulullah.  Sampai Rasulullah memutuskan untuk mau memaafkan Shafiyah. Begitulah dengan modal kecerdasan yang dimiliki Shafiyah. Shafiyah berhasil melapangkan Rasulullah dengan mengetahui kedudukan Aisyah di mata Rasulullah saw.

Sepeninggal Rasulullah, Shafiyah turut andil dalam urusan politik, masyarakat dan agama. Ia selalu memberikan pendapat dan meriwayatkan hadis nabi. Walaupun sepanjang perjalanan hidupnya terus menerus mendapat tekanan karena ia berasal dari keturunan yahudi sedangkan para istri Rasulullah dari keturunan Arab. Shafiyah pun meninggal pada tahun 50 H dan dimakamkan di tanah Bani bersama mukminin lainnya.

Nasihat Shafiyah untuk Umat Islam

Dalam kisah ummul mukminin Shafiyah binti Huyai ini, Maka dapat dilihat bahwa salah satu bukti nyata yang menujukkan pemahaman Shafiyah yang mendalam terhadap Islam dan Ibadah digambarkan dalam sebuah riwayat yang disebutkan oleh Abu Na’im Al-Ashbahani. Bahwa dalam suatu perkumpulan, Shadiyah mempunyai maksud yang ingin disampaikan.

Maksud yang disampaikan Shafiyah adalah dia ingin memberikan pemahaman dan bimbingan kepada mereka, bahwa indikasi khusyu’ dalam ibadah adalah tangisan karena takut kepada Allah Swt. Tidak hanya sekedar menyebut namanya tanpa air mata.

Demikianlah kisah ummul mukminin Shafiyah binti Huyai yang meruakan salah satu istri nabi dari kalangan Yahudi yang turut ambil andil dalam perkembangan Islam.

The post Kisah Ummul Mukminin Shafiyah binti Huyai appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kisah Zaid bin Tsabit, Sang Penerjemah Rasulullah https://dalamislam.com/sejarah-islam/kisah-zaid-bin-tsabit Mon, 29 Apr 2019 14:25:47 +0000 https://dalamislam.com/?p=6587 Kisah teladan Zaid bin tsabit menyajikan kisah menarik bagaimana seorang Zaid begitu ingin dekat dengan Rasulullah. Berkat anugerah yang diberikan kepadanya yaitu kecerdasan. Maka Zaid berhasil memikat Rasulullah untuk menjadikannya sebagai serketaris dengan syarat terlebih dahulu belajar bahasa ibrani. Dalam waktu singkat Zaid telah menguasai bahasa ibrani. Selain kisah tersebut Zaid juga memiliki keutamaan, dan […]

The post Kisah Zaid bin Tsabit, Sang Penerjemah Rasulullah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kisah teladan Zaid bin tsabit menyajikan kisah menarik bagaimana seorang Zaid begitu ingin dekat dengan Rasulullah. Berkat anugerah yang diberikan kepadanya yaitu kecerdasan. Maka Zaid berhasil memikat Rasulullah untuk menjadikannya sebagai serketaris dengan syarat terlebih dahulu belajar bahasa ibrani. Dalam waktu singkat Zaid telah menguasai bahasa ibrani.

Selain kisah tersebut Zaid juga memiliki keutamaan, dan tugas mulia. Tugas mulia ini menjadikan Al-Qur’an terkumpul dan tidak hilang karena wafatnya para hafidz. Saking mulianya kisah zaid bisa dijadikan teladan karena kecerdasannya digunakan dengan baik. Tidak hanya digunakan pribadi namun dimanfaatkan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang buntu. Maka dari itu berikut dibawah ini kisah Zaid bin Tsabit.

Perkenalan

Zaid bin Tsabit adalah seorang yang diberi amanah untuk mengumpulkan dan menuliskan Al Qur’an pada zaman Kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Ia juga telah meriwayatkan 92 hadis Rasulullah saw. Lima diantaranya telah disepakati oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim. Selain itu, Imam Al-Bukhari juga meriwayatkan empat hadis yang lain bersumber dari Zaid bin Tsabit.

Sementara, Imam muslim juga meriwayatkan satu hadis yang lain bersumberkan dari Zaid bin Tsabit. Zaid Ibn Tsabit, sang pakar Faraidh (ilmu waris) dalam umat ini, pada masa Rasulullah SAW beliau masih muda. Umurnya tidak lebih dari 23 tahun ketika Rasulullah SAW wafat. Kecerdasan dari Zaid bin Tsabit sungguh luar biasa. Dia mampu mempelajari suatu hal dengan sangat cepat.

Tanpa petunjuk dan rahmat Allah, seseorang tak akan mampu menguasai suatu ilmu. Allah adalah Dzat pemilik ilmu. Dari sisi-Nya, seluruh ilmu pengetahuan dan kecerdasan yang telah dianugerahkan kepada para umat manusia diturunkan.

Baca Juga :

Kisah Zaid Sewaktu Kecil

Dalam kisah Zaid bin Tsabit, setelah Rasulullah melakukan hijrah ke Madinah, seorang anak laki-laki dengan kecerdasan yang telah dianugerahkan bernama Zaid bin Tsabit ingin senantiasa untuk selalu dekat Rasulullah. Zaid bin Tsabit pernah berusaha agar bisa bergabung dengan pasukan kaum muslim. Namun, dia tidak diperbolehkan bergabung karena masih kecil, Zaid bin Tsabit lalu mencari cara lain.

Zaid bin Tsabit akhirnya mendapat sebuah ide brilian. Dia akan menunjukkan pengetahuan luas yang dimiliki dan kecerdasannya kepada Rasulullah SAW. Dengan ide yang dilakukan itu, dia berharap akan menjadi orang terdekat Rasulullah SAW. Lambat laun, Rasulullah mendengar kabar bahwa ada seorang anak laki-laki di Madinah yang cerdas dan hafal surat-surat Al-Qur’an, Rasulullah lantas memanggil Zaid untuk menghadap kepadanya.

Rasulullah SAW pun menguji Zaid dengan menyuruhnya membaca ayat-ayat yang telah dia hafal. Zaid bin Tsabit ternyata mampu membaca ayat-ayat yang dia hafal dengan sangat baik. Rasulullah SAW sangat kagum dengan kecerdasan yang dimiliki oleh Zaid.

Setelah itu Rasulullah SAW meminta Zaid mempelajari bahasa Ibrani. Dengan semangat Zaid memenuhi permintaan beliau. Ternyata tidak membutuhkan waktu lama, Zaid dapat menguasainya. Berkat kecerdasan ini Zaid bin Tsabit diangkat sebagai sekretaris Rasulullah SAW.

Kisah Zaid Mengumpulkan Mushaf

Menurut kisah Zaid bin Tsabit, dalam peperangan melawan musallamah, banyak hafidz (penghafal Al-Qur’an) yang menjadi syuhada. Hal ini pun menjadi kekhawatiran para khalifah. Sehingga khalifah memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan mushaf (lembaran ayat-ayat) Al Qur’an untuk dibukukan. Ketika mendengar perintah itu, Zaid berkata,

“Dengan nama Allah, jika tuan menyuruh hamba memindahkan gulung dari satu tempat ke tempat lain. Itu tidak membebaniku sama sekali daripada mengumpulkan lembaran dari ayat-ayat asl Qur’an. Bagaimana tuan sanggup memerintahkan hamba melakukan sesuatu yang Rasulullah SAW sendiri tidak melakukannya”

Khalifah Abu Bakar pun menjelaskan tindakan ini terpaksa dilakukan demi menyelamatkan Al-Qur’an dari kehilangan. Wafatnya para penghafal al-qur’an akan menyebabkan hilangnya Al-Qur’an. Setelah mendengar penjelasan tersebut. Zaid memutuskan untuk menemui penduduk madinah yang memiliki mushaf dan mengumpulkan satu per satu lembaran Al-Qur’an dari mereka.

Zaid pun menyalin dengan menemui para hafidz yang menghafal Al-Qur’an dalam hati mereka. Karena bantuan mereka maka Zaid bisa mengumpulkan Mushaf Al-Qur’an hingga ayat terakhir, dan Zaid bin Tsabit pun meninggal pada 15 H (657 M).

Baca juga :

Namun ketahuilah setelah Zaid menyelesaikan tugasanya. Maka Zaid menyerahkan hasilnya kepada Abu Bakar, Beliau menyimpan kumpulan ayat Al-Qur’an itu hingga wafat. Kumpulan ayat Al-Qur’an itu dipindahkan ke rumah Umar dan berakhir di tangannya Hafsah putri umar. Sampai masa pemerintahan dipimpin oleh Utsman. Sehingga pada zaman pemerintahan tersebut Al-Qur’an masih ada sampai sekarang karena jasa para hafidz dan ulama terdahulu.

Keutamaan Zaid bin Tsabit

Setelah mengetahui kisah Zaid bin Tsabit, kita tahu bahwa beliau telah dianugerahi kecerdasan oleh Allah SWT. Karena kecerdasan yang dimiliki tersebut ia bisa menjadi sekretaris pribadi Rasulullah SAW. Zaid bin Tsabit tidak hanya tampil sebagai penerjemah, tapi ia juga menjadi penulis wahyu. Bila wahyu telah turun, maka Rasulullah memanggil Zaid. Lalu dibacakan kepadanya dan zaid akan menulis yang dibaca.

Karena itu, Zaid bin Tsabit menulis Al-Qur’an sesuai dengan tuntunan Rasulullah secara bertahap sesuai dengan turunnya ayat. Alhasil, dia menjadi orang kedua tempat umat islam bertanya tentang Al-Qur’an sesudah yang pertama yaitu Rasulullah SAW.

Dia juga menjadi ketua kelompok yang telah ditugaskan menghimpun Al-Qur’an pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shidiq. Kemudian, dia pula yang menjadi ketua tim penyusunan mushaf pada zaman pemerintahan Usman bin Affan.

Diantara keutamaan yang dilimpahkan Al Qur’an terhadap Zaid bin Tsabit, dia pernah memberikan jalan keluar pada suatu jalanan buntu yang membingungkan orang pandai pada hari Saqifah. Kaum Muslimin juga pernah berbeda pendapat tentang pengganti Rasulullah sesudah beliau wafat.

Karena adanya perbedaan pendapat, hampir saja terjadi bencana di dalam kalangan kaum muslim kala itu. Padahal jenazah Rasulullah masih terbaring dan belum dimakamkan. Hanya kalimat-kalimat mutiara yang bergemerlapan dengan sinar Al-Qur’an yang sanggup mengubur bencana tersebut. Dan menyinari jalan buntu dengan solusi.

Maka Zaid pun mengeluarkan kalimat dari mulutnya, Dia berkata di hadapan kaumnya, orang-orang anshar

“Wahai kaum anshar, sesungguhnya Rasulullah SAW adalah orang Muhajirin. Karena itu sepantasnyalah pengganti Rasulullah adalah orang muhajirin pula”

Baca juga :

Nilai Hormat kepada Ilmu dan Ulama

Ada Asy-Sya’bi bercerita, seusai menunaikan shalat jenazah. Zaid bin Tsabit mengambil keledainya. Ketika itu datanglah Ibnu Abbas serta merta mengambil kendali keledai tersebut agar dituntun olehnya. Namun Zaid berkata

“Lepaskan, wahai sepupu Rasulullah ”

Bukannya melepaskan tali kekang itu, Ibnu Abbas menjawab

“Kami diperintahkan berlaku seperti ini kepada para ulama”

Mendengar kalimat tersebut, Zaid mencium tangan Ibnu Abbas. Dan zaid berkata

“Beginilah kami disuruh berlaku terhadap keluarga Rasulullah SAW”

Ketika nilai seorang guru mulai mengalami penurunan dimata masyarakat, ilmu juga akan ikut diremehkan. Akibatnya masyarakat sendiri akan hancur. Meski ada sebagian guru dan pengajar yang tidak dapat dijadikan panutan. Namun masyarakat tidak bisa menjadikan hal itu sebagai alasan untuk tidak hormat kepada mereka karena secara mayoritas para guru itu tetaplah baik. Demikianlah kisah Zaid bin Tsabit sang penerjemah Rasulullah.

The post Kisah Zaid bin Tsabit, Sang Penerjemah Rasulullah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
10 Amalan Sunnah saat Bulan Ramadhan https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/amalan-sunnah-saat-bulan-ramadhan Sat, 27 Apr 2019 15:34:15 +0000 https://dalamislam.com/?p=6477 Bulan Ramadhan adalah bulan dengan penuh keistimewaan di hari-harinya. Apalagi bulan ramadhan juga merupakan kesempatan bagi kaum muslim untuk menghapus dosa dan menambah amalan. Tak terkecuali amalan sunnah saat bulan ramadhan. Amalan sunnah menurut Rasulullah sesuai dengan ajaran islam telah diungkapkan melaui sabdanya. Rasulullah bersabda : “Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan sunnah […]

The post 10 Amalan Sunnah saat Bulan Ramadhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Bulan Ramadhan adalah bulan dengan penuh keistimewaan di hari-harinya. Apalagi bulan ramadhan juga merupakan kesempatan bagi kaum muslim untuk menghapus dosa dan menambah amalan. Tak terkecuali amalan sunnah saat bulan ramadhan.

Amalan sunnah menurut Rasulullah sesuai dengan ajaran islam telah diungkapkan melaui sabdanya. Rasulullah bersabda :

“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan sunnah pada bulan ramadhan. Maka (pahalanya) seperti orang yang melakukan amalan fardhu pada bulan lainnya. Dan barangsiapa yang melakukan amalan satu amalan fardhlu di bulan Ramadhan maka (pahalanya) seperti orang yang melakukan 70 amalan fardhu pada bulan lain ”

1. Membaca Al Qur’an

Amalan sunnah saat bulan ramadhan yang pertama adalah membaca Al Qur’an. Amalan ini dikategorikan sebagai amalan khusus karena bisa langsung digabungkan dengan amalan puasa. Sehingga seakan-akan, jika seseorang berpuasa namun tidak menfokuskan diri dalam membaca ayat suci Al-Qur’an. Dia seperti orang yang sedang makan hanya untuk bertahan hidup, bukan “makan sambil menikmati hidup”. Allah SWT berfirman :

Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan – penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)(Qs. Al Baqarah ayat 185)

Ibnu ‘Abbas radhiyallaho ‘anhu pernah berkata

Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah SAW pada setiap malam Ramadhan, dan selanjutnya ia membaca Al-Qur’an bersamannya(HR-Bukhari)

Rasulullah SAW juga bersabda,

Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti

2. Berbuka puasa dengan makanan manis

Disunnahkan ketika berbuka puasa dengan makan-makanan yang manis, air hangat dan susu. Imam Ali bin Abi Thalib menyukai berbuka puasa dengan minuman susu. Iman Ja’far ash shidiq berkata bahwa Rasulullah SAW apabila berbuka puasa biasanya beliau memulai dengan memakan yang manis-manis.

Baca juga:

Jika tidak ada, maka beliau berbuka puasa dengan memakan gula atau kurma. Bahkan bila semua itu tidak ada, maka beliau berbuka puasa dengan meminum air hangat. Disunnahkan juga mendahulukan shalat magrib sebelum berbuka puasa, kecuali  apabila ada orang yang menunggu makan bersama.

3 . Shodaqoh

Amalan sunnah saat bulan ramadhan yang bisa dilakukan adalah bershodaqoh. Shodaqoh merupakan memberikan sesuatu kepada orang lain secara sukarela dengan hati ikhlas tanpa dibatasi oleh jumlah dan waktu. Shadaqah juga termasuk ke dalam amalan sunnah yang tidak hanya dikerjakan pada saat bulan ramadhan namun di hari-hari biasa juga. Namun, shadaqah pada bulan ramadhan memiliki keistimewaan tersendiri. Sesuai dengan hadis para sahabat Nabi.

Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib berkata

“Barang siapa mengeluarkan sedekah kepada orang miskin, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan menyediakan balasan untuknya berupa kebebasan, sebagaimana bebasnya Nabi Ismail as dan Penyembelihan”

Imam  Ja’far Shadiq berkata “Barang siapa mengeluarkan sedekah di bulan Ramadhan, niscaya Allah hindarkan 70 macam bencana darinya

4. Memberi makan orang untuk berbuka puasa

Setiap orang muslim yang berpuasa maka ketika adzan magrib berkumandang. Selesailah puasanya dan bersegeralah berbuka puasa. Berbuka puasa terkadang tidak dilakukan oleh semua orang. Untuk itu islam mengajarkan agar memberi makan orang untuk berpuasa

Hadis dari Imam Muhammad Al-Baqir berkata “Memberi makanan orang berbuka puasa kepada orang yang sedang berpuasa lebih aku sukai daripada membebaskan ini dan itu seperti dibebaskannya Nabi Ismail as. Dari penyembelihan ayahnya, Nabi Ibrahim

5. Makan Sahur

Amalan makan saat sahur termasuk dalam amalan di bulan Ramadhan yang disunnahkan, dan telah diriwayatkan dalam suatu hadis dibawah ini:

Maka Sahurlah meskipun hanya dengan segelas air, sebab Allah menyampaikan salam kepada orang-orang yang makan sahur

Baca juga:

Rasulullah SAW pernah bersabda,

Makan sahur itu mengandung berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya sebiji kurma”.

Selain itu sebagai umat muslim dianjurkan untuk tolong menolong dengan orang yang sedang menjalankan puasa dalam hal sahur sesuai dengan ajaran islam. Didukung oleh Rasulullah SAW bersabda :

Tolong Menolonglah kalian bersama dengan orang – orang yang berpuasa dalam hal makan sahur dan menunaikan Qiyammul Lail

Selain itu, Ketika umat muslim menjalankan makan sahur. Maka, Allah beserta para malaikat-nya bershalawat kepada orang – orang makan sahur dan mohon ampun pada Bulan Ramadhan. Sesuai dengan Rasululah pernah bersabda :

Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya bershalawat kepada orang – orang yang memohon ampun dan orang – orang yang makan sahur. Karena itu, makan sahurlah kalian walau hanya dengan seteguk air

Tujuan dari makan sahur ini adalaha untuk melaksanakan amalan sunnah saat Ramadhan dan untuk memperoleh tenaga yang digunakan pada  beraktivitas dalam kondisi tubuh sedang menjalankan puasa.

6. Shalat Tarawih dan Witir di Bulan Ramadhan

Shalat Tarawih adalah sholat sunnah yang dikerjakan hanya pada malam  bulan Ramadhan yang juga termasuk amalan sunnah saat bulan ramadhan. Shalat tarawih ini hukumnya adalah sunnah muakkad. Beriku hadisnya HR Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi :

“Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Allah telah menfardhukan puasa Ramadhan dan aku telah mensunahkan shalat dimalam harinya. Karena itu, barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dan shalat di malam harinya karena iman dan mengharap pahala dan ridha dari Allah. Maka, keluarlah dosanya sebagaimana pada hari dia dilahirkan oleh ibunya

Jika shalat tarawih akan berakhir maka shalat witir bisa segera dilaksanakan. Shalat witir hukumnya sunnah dan dikerjakan dengan rakaat ganjil. Dalam sebuah hadis dinyatakan:

Hai para pencita – cita Al-Qur’an, kerjakan shalat witir. Karena Allah itu tunggal, Dia suka bilangan yang witir (ganjil)

7. Itikaf di Masjid atau Mushola

Istilah I’tikaf adalah berdiam diri di masjid. I’tikaf akan mendapatkan keistimewaan juga pada bulan ramadhan jika dilaksanakan. Apalagi ketika bulan Ramadhan tiba i’tikaf merupakan amalan sunnah yang juga dianjurkan dan telah dilakukan oleh Rasulullah.

Baca juga:

Berdasarkan hadis HR Bukhari mengungkapkan:

Nabi Saw itu mengerjakan i’tikaf dalam setiap bulan ramdhan sebanyak sepuluh har. Ketika pada tahun beliau SAW dicabut ruhnya, yakni tahun wafatnya. Maka, beliau SAW mengerjakan itikaf sebanyak dua puluh hari

8. Membaca surah Al-Qadr

Dan Disunnahkan dalam bulan Ramadhan untuk membaca surat Al-Qadr pada saat berbuka dan waktu sahur. Diriwayatjan dari Imam Ja’far ash Shiddiq :

Orang yang mengamalkannya diberi ganjaran sebagaimana orang yang telah menyumbangkan darahnya di jalan Allah

Selama bangun untuk makan sahur, disamping membaca dzkir-dzikir dan doa-doa yang khusus dipanjatkan pada bulan Ramadhan, maka disunnahkan juga untuk membaca surah Al Qadr. Tujuan dari makan sahur ini adalaha untuk melaksanakan amalan sunnah saat Ramadhan dan untuk memperoleh tenaga yang digunakan aktivitas ketika menjalankan puasa.

9. Melaksanakan Ibadah Umroh

Bulan Ramadhan adalah bulan dengan penuh kemuliaan di dalamnya. Amalan sunnah saat bulan ramadhan adalah Melaksanakan Ibadah Umroh. Dengan melaksanakan amalan ini maka pahala yang didapatkan akan sama dengan pahala dari yang didapatkan oleh kaum muslim pada saat melaksanakan ibadah Haji

10. Istighfar

Keistimewaan bulan ramadhan salah satunya adalah diampuni banyak dosa kaum muslim. Langkah yang dilakukan untuk menghapus dosa dimasa lalu yaitu Istighfar sebanyak mungkin. Agar dapat memperoleh manfaat yang maksimal pada waktu bulan Ramdhan. Istighfar juga termasuk amalan sunnah.

The post 10 Amalan Sunnah saat Bulan Ramadhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>