Manusia dimanapun ia berada dan kapanpun ia hidup, senantiasa mencari kebahagiaan. Tidak ada satupun manusia yang dalam hidupnya mencari kesengsaraan dan juga keterperukan, karena hal tersebut adalah hal yang sangat menyakitkan atau membuat kedukaan manusia.
Namun sering kali di atas pencarian kebahagiaan tersebut, manusia menganggap bahwa kebahagiaan sejati adalah ketika hidup di dunia. Bagi orang-orang yang tidak beriman, ia menganggap bahwa kebahagiaan dunia adalah segalanya, hidup hanya satu kali, sehingga apapun yang dilakukannya di dunia atas dasar hedonisme atau pandangan kebahagiaan duniawi. Hal ini seperti hura-hura, mencari sex bebas, kebahagiaan atas jabatan, atau hal-hal lainnya yang dianggap bahagia.
Tentu saja, dalam hal mencari kebahagiaan, islam memiliki konsep tersendiri. Islam menawarkan konsep kebahagiaan sejati, yang tidak mungkin bisa didapatkan di dunia saja. Di dunia ini bagi islam, dan memang kenyataannya sangatlah semu. Sangat mudah orang mendapatkan kedukaan, kesakitan, kebangkrutan, kehilangan, dan lain sebagainya. Untuk itu, berikut adalah konsep bahagia dalam islam, menurut dalil Al-Quran.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qashash : 77)
Dalam konsep islam, kebahagiaan dunia adalah semu dan fana. Sewaktu waktu manusia bisa mendapatkan kebahagiaan, sewaktu-waktu manusia juga bisa mendapatkan kedukaan. Antara susah, senang, dan rasa biasa saja (netral) silih berganti. Untuk itu, ketika manusia mencari kebahagiaan sejati di dunia hal itu mustahil ditemukan.
Seseorang yang memiliki uang banyak bisa saja membangun istana untuk dirinya. Akan tetapi, ia tidak akan bisa membangunnya sendirian, karena ia terbatas. Ia butuh mengeluarkan uang, mempekerjakan orang, bahkan juga harus berkorban.
Untuk itu, islam memberikan perintah untuk manusia agar mengoptimalkan apa yang ada di dunia untuk bekal akhirat. Hal ini tentu saja tanpa harus meninggalkan kebahagiaan yang ada di dunia. Allah mengatakan bahwa kebahagiaan dunia adalah rezeki dan kenikmatan yang harus diterima dan disyukuri oleh manusia. Akan tetapi tidak boleh melupakan sebagian dari hak-hak orang lain dan juga menjadikannya sebagai bekal pahala kelak.
Bentuk-bentuk kebahagiaan di surga sering kali jarang diteliti dan diperdalam oleh manusia. Bukan berarti kita berharap akan surga berlebihan, karena hanya Allah lah yang berhak untuk memasukkan kita ke surga atau tidak. Akan tetapi jika kita terus berusaha memahami mengenai kebahagiaan surga, maka akan kita rasakan bahwa surga dan dunia adalah perbandingan yang sangat jauh berbeda.
Dunia tidak akan sebanding dengan kebahagiaan yang ada di surga. Bahkan di dalam surga tidak ada sama sekal usaha sebagaimana kehidupan dunia yang penuh resiko dan konsekwensi. Berikut adalah bentuk-bentuk kebahagiaan di surga, menurut informasi Al-Quran.
“”Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya” (QS Al Baqarah : 25)
Di dalam surga terdapat makanan berupa buah-buahan. Hal ini tentu akan berbeda dengan dunia yang jika ingin memakan buah, tentunya harus menunggu musim, mengeluarkan uang, atau berusaha untuk menanamnya. Hal ini berbeda dengan di surga, bahwa orang beriman penghuni surga akan mendapatkannya secara mudah dan berada bersama para pasangannya yang suci. Bahkan mereka akan kekal di dalamnya, selama dalam kehendak Allah.
“Maha Suci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik dari yang demikian, (yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untukmu istana-istana” (QS Al-Furqaan : 10)
Di dunia hanya para pejabat, raja, atau bangsawan saja yang dapat menikmati hidup di istana. Hal ini tidak terjadi jika manusia berada di surga. Orang-orang beriman akan diberikan istana-istana, tanpa harus memandang miskin kaya, karena di sana sudah tidak ada lagi penilaian tersebut. Tentu sungguh menakjubkan tinggal di dalamnya, karena kebaikan dan Kemaha Dahsyatan Allah yang menciptakannya sebagia bentuk kasih sayang kepada orang beriman.
Hal ini adalah sebagai bentuk kepada orang yang senantiasa mendasarkan hidupnya dari Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman.
“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera” (QS Al Hajj : 23)
Di dunia, mendapatkan gelang-gelang emas, mutiara, pakaian yang bagus tentu membutuhkan uang, proses yang panjang, dan usaha yang keras. Namun tidak dengan kehidupan di surga, semuanya diberikan secara Cuma-Cuma tanpa harus menunggu menjadi orang yang memiliki banyak uang. Semuanya Allah berikan pada penghuni surga sebagai balasan atas kesabaran dan perjuangannya selama di dunia.
Di dalam surga, manusia akan mendapatkan persaudaraan antar sesama penghuni surga. Penghuni di dalamnya akan merasakan persaudaraan dan kesyukuran atas segala nikmat yang Allah berikan. Kesyukuran ini adalah bentuk manusia yang sudah melaksanakan misinya di dunia sesuai dengan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama , Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam .
Itulah kehidupan manusia yang ada di akhirat yaitu di surga. Kehidupan di surga adalah sebaik-baiknya balasan dan tempat terbaik yang bisa dicapai oleh manusia. Di dunia, tentunya manusia tidak akan bisa mendapatkan hal tersebut dan kelak Allah membalas kesabaran manusia hanya di akhirat. Tinggal pilihannya mana yang hendak kita dahulukan dan prioritaskan. Kehabahagiaan yang ada di dunia ataukah kebahagiaan yang ada di akhirat? Semoga saja kita digolongkan Allah pada golongan penghuni surga.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…