Tingkatan Iman dalam Islam

√ Islamic Base Pass quality & checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS Al Mujadalah: 11).

Dalam ayat di atas ditunjukkan bahwa Allah meninggikan orang-orang beriman yang tentunya memiliki ilmu pengetahuan. Orang beriman tentu adalah mereka yang meyakini Allah sebagai Illah dan segala bentuk informasi juga aturannnya tentu menjadi bagian dari keimanan islam. Berikut adalah penjelasan mengenai tingkatan iman dalam islam.

Iman Manusia Fluktuatif

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (Qs Yusuf: 53)

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa keimanan seseorang dapat naik dan turun. Ayat ini berkenaan dengan sejarah Nabi Yusuf di zaman dulu. Setiap manusia memiliki hawa nafsu yang dapat mendorong pada perbuatan buruk namun juga bisa dikendalikan dengan adanya akal yang bisa mempertimbangkan baik dan buruk.

Adanya hawa nafsu ini membuat keimanan kita tentu bisa fluktuatif, yaitu naik atau turun. Hawa nafsu dan juga bisikan setan terus menerus membisikkan pada manusia, sehingga manusia tidak selalu dalam kondisi ideal. Jika hawa nafsu dan bisikan setan ini diikuti terus menerus maka akan membuat manusia semakin terpuruk, bahkan keimanannya dapat rapuh bahkan hilang.

Tidak ada iman manusia yang selalu stabil dan dalam kondisi yang terus menerus baik. Hakikatnya manusia memiliki hawa nafsu, pasti akan ada dimana iman dalam kondisi lemah. Akan tetapi, orang yang benar-benar beriman akan tau atau sadar bahwa keimanannya sedang menurun dan akan mencari jalan untuk terus menerus memperbaiki keimanannya.

Keimanan sebagaimana tumbuhan yang dapat layu dan berkembang. Tergantung bagaimana kita memupuknya. Untuk itu keimanan harus benar-benar dipupuk. Pupuk dari keimanan adalah pengetahuan, penghayatan, dan pengalaman taqwa kepada Allah SWT.

Iman Rasul-Rasul Allah adalah Teladan

Rasul adalah teladan bagi umat islam. Untuk itu, mengenai masalah keimanan kita pun juga bisa meneladani rasul, sebab Rasul adalah tuntunan dari umat islam.Bentuk mengikuti dan mengimani Rasul, adalah mengikuti sunnahnya. Sunnah rasul seperti, Sunnah Sebelum Tidur sesuai ajaran Rasul, Adab Ziarah Kubur , Cara Makan Rasulullah , melaksanakan  Cara Mandi Dalam Islam , Zikir Sebelum Tidur , melaksanakan Macam Macam Shalat Sunnah, dll.

Berikut adalah bentuk keimanan dari para Rasul-Rasul Allah sebagaimana Rasul-Rasul Allah selalu mengikuti apa kata Allah melalui wahyu-Nya.

  1. Menerima Seluruh Aturan Allah secara Keseluruhan

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, hati mereka gemetar, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabbnya mereka bertawakkal” (QS al-Anfâl: 2)

Rasul-rasul Allah senantiasa mengikuti apa yang Allah berikan perintah-Nya. Untuk itu, keimanannya diwujudkan dengan meneriman dan mengamalkan aturan islam tanpa terkecuali. Baik susah ataupun bahagia perintah Allah dijalankan dengan keikhlasan.

Mengenai masalah keimanan, umat islam dapat juga mengetahui tentang hal-hal berikut ini, agar semakin memperkuat keimanan.

  1. Berjuang Menegakkan Aturan Allah

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang hanya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS al-Hujurât: 15)

Rasul-Rasul Allah senantiasa mengikuti aturan Allah bahkan memperjuangkannya untuk dapat tegak islam di muka bumi. Bentuk keimanan mereka dilakukan dengan berjihad dengan harta dan jiwa agar bisa memberikan yang terbaik untuk islam.

Hal ini sebagaimana dengan Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk berjuang membangun masyarakat.

  1. Mau Berkorban Demi Tegaknya Islam dengan Harta dan Jiwa

“Aku diperintah (oleh Allah) untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan sampai mereka menegakkan shalat, serta membayar zakat. Jika mereka telah melakukan itu, maka mereka telah  mencegah darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka pada tanggungan Allah”

Berkorban demi islam harta dan jiwa adalah bentuk keimanan yang tertinggi. Artinya pernyataan keimanan bukan hanya berhenti di ucapan melainkan sampai bentuk pengorbanan dan perjuangan islam di muka bumi. Untuk itu, tingkatan iman seseorang yang sudah sampai seperti itu sangat kuat jika dilakukan konsisten hingga akhir hayat. Tentu saja dengan cataran motifnya lurus karena Allah semata.

Orang Beriman Mencintai Akhirat

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS : An’Am: 32)

Orang-orang yang beriman akan senantiasa mencintai akhirat daripada dunia. Untuk itu, bentuk perilakunya adalah mereka senantiasa menjaga diri agar tidak terlena dengan gemerlap dan kebahagiaan di dunia. Sedangkan fokus mereka adalah untuk menuju akhirat. Namun bukan berarti dalam kehidupannya di dunia ia dalam kesulitan atau kemiskinan, namun ia menjadikan potensi diri, harta atau apapun yang dimiliki adalah sebagai langkah menuju akhirat.

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS: Al-Ankabut ayat 64)

Untuk itu, tujuan dari kehidupan orang-orang yang beriman adalah kembali ke akhirat dengan bekal pahala dan segudang karya saat di dunia. Hal ini yang ia persembahkan sebagai bukti perjuangan-nya, kelak dimintai pertanggungjawbaan di akhirat.

“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.” (QS Muhammad : 36)

Sebagaimana ayat diatas, maka kehidupan orang beriman akan menjadikan hartanya yang tunduk kepada mereka bukan malah sebaliknya mereka yang tunduk kepada harta.

Untuk menghitung kualitas iman, tentu manusia akan sulit bahkan hampir tidak bisa. Apalagi menghitung keimanan orang lain. Untuk itu, hanya Allah sajalah yang mengetahui kualitasnya. Manusia hanya bisa mengevaluasi dirinya, saling mengingatkan, bukan menjudge atau bahkan memberikan penghakiman atas keimanan seorang muslim. Kecualli bagi mereka yang jelas-jelas mengklaim dirinya sebagai seorang kafir dan tidak percaya akan Allah SWT.

Recent Posts

Perbedaan Kafir Harbi dan Dzimmi

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ قُلْ  لِّلَّذِيْنَ  كَفَرُوْا  سَتُغْلَبُوْنَ  وَتُحْشَرُوْنَ  اِلٰى  جَهَنَّمَ   ۗ وَبِئْسَ  الْمِهَا دُ “Katakanlah (Muhammad) kepada orang-orang yang kafir, Kamu…

2 months ago

4 Contoh Syariat Islam yang di Terapkan dalam Kehidupan Sehari-Hari

Syariat Islam adalah hukum yang terdapat dalam ajaran islam untuk mengatur kehidupan manusia. Hal ini…

2 months ago

Tata Cara Aqiqah Anak Laki-Laki : Hukum, dan Dalilnya

Agama Islam memuliakan umatnya, termasuk anak-anak. Dalam aturan agama islam terdapat beberapa arahan yang membahas…

2 months ago

4 Sumber Hukum Islam Yang Disepakati

Berbicara mengenai hukum islam, maka kita dapat berbicara mengenai sumber hukum islam yang disepakati. Tujuannya…

2 months ago

Hukum Aqiqah Sudah Dewasa dan Dalilnya

Aqiqah dalam islam merupakan prosesi yang masuk kedalam sunah muakkad atau sunnah yang wajib untuk…

3 months ago

4 Sumber Hukum yang Tidak Disepakati

Dalam agama islam, hukum merupakan aturan baku yang mengatur dan memandu umat muslim dalam beribadah.…

3 months ago