4 Hal yang Harus Diperhatikan dalam Memberikan Nama Panggilan pada Anak

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sesungguhnya di antara hak anak yang menjadi kewajiban orangtuanya adalah memberikan nama yang bagus untuknya, dan mendidiknya dengan baik.” (HR. Al-Bazzar)

Nama yang diberi orangtua pada anak, mengandung doa dan harapan. Itu sebabnya nama bukan sekadar nama. Sayangnya banyak orangtua yang telah memberi nama yang baik pada anak, tetapi memanggil anak bukan dengan namanya.

Contoh, kita memberi nama anak dengan nama ‘Ihsan’ namun panggilan akrab kita sehari-hari padanya adalah ‘Ican’. Contoh lain, ‘Muhammad Alwi’ namun panggilan akrab sehari-harinya adalah ‘Mamek’.

Karena panggil memanggil merupakan aktivitas yang akan selalu kita lakukan dalam beraktivitas sosial dan lainnya, maka Islam menjelaskan bagaimana baiknya adab memanggil panggilan yang baik. Panggilan yang diperbolehkan ataupun sebaliknya dijelaskan sedetail mungkin.

1. Sunnah Memanggil dengan Nama Baik

Nama merupakan sebutan atau panggilan yang diberikan seseorang untuk memanggil. Kalau nama anak baik, tentu panggilannya akan baik. Jadi, orangtua wajib memberikan nama yang baik pada anak.

Jangan karena orangtua ngefans pada aktor luar negeri, nama anak pun dibuat kebarat-baratan. Untuk memberikan nama yang baik pada anak, silahkan dibaca kembali pembahasan pada Bab 1.

Saking pentingnya memberi panggilan yang baik, hal ini pun menjadi disunnahkan. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya kalian di panggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama-nama bapak kalian. Maka perindahlah nama-nama kalian.” (Riwayat Abu Dawud)

2. Tidak Memanggil dengan Panggilan dan Julukan yang Buruk

Banyak orang yang dengan entengnya memberikan julukan buruk kepada seseorang. Misal, karena anak itu memiliki tompel, ia pun dipanggil dengan sebutan ‘si tompel’. Dan berbagai julukan lainnya, seperti: si gino (gigi nongol), si brekele, si tukang kentut, si tukang utang, si lola (loading lama), si gendut, si kutilang (kurus tinggi langsing), dan berbagai julukan buruk lainnya.

Imam An-Nabawi menyebutkan bahwa para ulama sepakat bahwa dilarang untuk memberikan julukan yang buruk kepada seseorang.

“Dan janganlah kalian panggil memanggil dengan gelar-gelar buruk.” (QS. Al-Hujurat[49]: 11)

Anak sudah diberi nama yang baik oleh orangtuanya, tetapi orang lain malah dengan seenaknya memanggil dengan panggilan buruk. Bisa jadi si anak tidak ambil pusing dengan panggilan tersebut. Namun orang yang berani memanggil dengan panggilan buruk, itu artinya ia telah berani melanggar larangan Allah SWT.

“Tapi teman-teman memanggilnya dengan sebutan si itu…”

Tidak perlulah kita turut serta dalam hal yang dilarang oleh Allah SWT. Ketika orang memanggilnya dengan panggilan buruk, sedang kamu memanggilnya dengan panggilan baik, maka Allah SWT akan melimpahkan kasih sayang padamu, tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat. Percayalah, Allah Maha Kuasa.

3. Tidak Memanggil Orangtua atau Guru Hanya dengan Nama

Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bertanya kepada seorang anak laki-kali, “Siapa ini?”

Dia menjawab, “Ayah saya.”

Rasulullah pun bersabda, “Janganlah engkau berjalan di depannya. Jangan pula melakukan perbuatan yang bisa membuat ia mencelamu. Dan jangan pula duduk sebelum ia duduk terlebih dahulu. Serta jangan pula memanggilnya dengan namanya (saja).”

4. Memberikan Panggilan yang Baik pada Anak

Panggilan baik yang diberikan orangtua pada anak membuktikan betapa besar kasih sayang orangtua. Hal itu juga memberikan dampak positif lainnya yakni membentuk kepercayadirian anak sekaligus menambah semangat hidupnya.

Jangan sesekali memanggil anak dengan panggilan jelek, meskipun ketika Anda tengah berada dalam kondisi emosi yang tidak baik. Menurut psikolog, ketika anak mendapat panggilan buruk, hal itu akan terekam jelas pada memorinya.

Tatkala Anda memanggil anak dengan sebutan bodoh sebab mendapat nilai ulangan yang kurang memuaskan, saat itu juga mental anak langsung jatuh  dan ia akan menganggap kalau dirinya benar-benar bodoh. Alhasil, anak malah tidak bisa mendapat nilai bagus ke depannya.

Memanggil anak dengan panggilan baik apalagi ditambah dengan pujian, mampu membuat anak bersemangat untuk menjadi lebih baik. Misal, “Winny makin keren karena sudah hapal satu juz Al-Qur’an.”     

fbWhatsappTwitterLinkedIn