Harta menyilaukan mata manusia. Apalagi jika pemilik harta itu telah berpulang ke Rahmatullah. Tidak masalah apabila, seseorang yang meninggal dunia itu tidak memiliki anak. Namun bagaimana jika seseorang yang meninggal memiliki seorang anak yang masih balita?
Bagaimanapun menjadi seorang yatim di waktu bayi tidak diinginkan oleh setiap anak. Meskipun tidak memiliki figur seorang ayah, anak yatim begitu istimewa. Sehingga bagi siapapun yang memelihara anak yatim akan dijamin oleh Allah rezekinya. Merawat dan membesarkan anak yatim dengan baik dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Bagi anak yatim yang ditinggalkan oleh ayah yang mampu sehingga mempunyai harta, janganlah sekali-kali tergoda untuk memakan hartanya. Tahanlah diri dari silaunya harta anak yatim itu.
Harta anak yatim boleh dipergunakan oleh wali yang mengasuhnya, namun tidak untuk kebutuhan wali, semata-mata pergunakanlah harta tersebut untuk keperluan anak yatim tersebut. Hal ini, sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an surah An-Nisa ayat 5 dan 6:
“… dan janganlah kamu memakan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah) kamu tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barangsiapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan (dari memakan harta anak yatim itu) dan barang siapa miskin, maka bolehlah ia memakan harta itu menurut yang patut…”
Dengan demikian, janganlah memakan harta anak yatim jika kita mampu. Tahanlah diri agar tidak tergoda dengan hal tersebut. Namun, apabila kita miskin, boleh menggunakan harta anak yatim tersebut, namun hanya untuk hal yang sepatutnya seperti untuk makan sekedar mengisi perut. Karena dengan hal ini dapat menyambung hidup beserta anak yatim yang kita asuh. Itupun tidak setiap hari, namun pada saat yang terdesak saja.
Ada sebuah kisah dimana nabi Khaidir As merobohkan tembok untuk melindungi harta anak yatim yang ada di dalamnya. Demikianlah betapa melindungi dan menjaga harta anak yatim sehingga kelak mereka dewasa nanti, amatlah diperhatikan dalam Islam.
Sehingga, janganlah sekali-kali tergoda untuk menggunakannya, apalagi bagi kita yang mampu. Karena Allah sendiri melaknat orang yang memakan harta anak yatim seperti yang disebutkan Al-Qur’an surah Annisa ayat 10:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala”
Demikianlah betapa hebatnya peringatan itu Allah nyatakan dalam Al-Qur’an yang mulia. Oleh karena itu, kiranya jaga dan peliharalah anak yatim kita. Sayangi mereka dengan sepenuh hati, karena mereka adalah sumber ketenangan dan sumber keberkahan dari Allah SWT.
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin…” (Al-ma’un 1-3).
Dalam Al-Qur-an surah Al-ma’un ayat 1-3 di atas, sangat melarang sekali untuk menghardik anak yatim. Karena yang demikian itu berarti adalah pendusta agama dan mendapatkan dosa yang besar
Hendaklah kita berlemah-lembut kepada mereka. Menjadikan mereka layaknya anak kandung sendiri. Nabi Muhammad SAW adalah seorang yatim dan Beliau sangat memahami dan merasakan bagaimana semasa kecil Beliau selalu berpindah-pindah dari sanak saudara yang satu ke sanak saudara lainnya.
Beliau merasakan sendiri, bagaimana perihnya menjadi seorang yatim. Sehingga nabi berpesan kepada kita untuk memelihara anak yatim dengan sepenuh hati.
“Saya dengan orang yang memelihara anak yatim akan berada di surga begini” kemudian Beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah kemudian merenggangkannya sedikit. (HR. Bukhari, Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad dari Sahl Bin Sa’d)
Dalam hadist lainnya juga dikatakan dari Hadist Riwayat Thabrani, Rasulullah SAW bersabda:
“Bila engkau ingin agar hati menjadi lembut dan damai dan engkau mencapai keinginanmu, sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah dia makanan seperti yang engkau makan. Bila itu engkau lakukan, hatimu akan tenang serta lembut, dan keinginanmu akan tercapai.”
Demikianlah betapa menyayangi dan merawat anak yatim sangat dianjurkan dalam Islam. Dengannya, kita peroleh keberkahan, ketenangan, dan kedamaian.
Jadi, peliharalah anak yatim kita sebaik-baiknya, tidak mempergunakan hartanya semena-mena, dan janganlah sekali-kali menghardiknya. Karena anak yatim itu telah kehilangan sumber kasih sayang dari ayahnya, orangtua kandungnya.
Hendaklah kita menjadi pengganti yang baik untuknya, yang selalu menghiburnya di kala sedih, membimbingnya di kala khilaf, dan mendampinginya hingga ia dewasa kelak.
Mudah-mudahan Allah akan memberikan kelapangan rezeki dan kedamaian tak terhingga untuk kita sekeluarga, yang memuliakan dan menyayangi anak yatim.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…