Perencanaan Keuangan Keluarga dalam Islam

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Membangun Rumah Tangga Menurut Islam tidak hanya sekedar membangun hubungan antara suami dan istri yang dilingkupi rasa cinta saja. Pembangunan keluarga hakikatnya adalah untuk mencapai  Keluarga Sakinah Dalam Islam dan Keluarga Harmonis Menurut Islam. Hal ini dikarenakan Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah  adalah tujuan dari adanya pernikahan yang dibangun.

Untuk dapat mencapai tujan tersebut, tentu saja keluarga harus memiliki modal dan sumber daya yang kuat agar tercipta keluarga yang berdaya, kuat secara aspek finansial, bahkan dapat memberikan kontribusi lebih bagi masyarakat. Artinya, keluarga tidak hanya sekedar menghidupi ruang lingkup pribadinya saja namun berdaya bagi sesama.

Salah satu aspek yang harus dikelola dalam keluarga adalah keuangan. Keuangan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan rumah tangga. Tidak jarang, permasalahan Perselingkuhan dalam Islam dan Konflik dalam Keluarga terjadi karena tidak adanya pondasi keuangan yang kuat di dalamnya. Untuk itu, keluarga muslim harus dapat mengelola dan merencanakan keuangannya dengan baik.

Aspek-Aspek dalam Perencanaan Keuangan

Dalam perencanaan keuangan keluarga, ada hal-hal yang harus diperhatikan dan dipersiapkan terlebih dahulu sebelum nantinya dialokasikan atau menjadi pembelanjaan. Hal-hal ini harus dihitung secara detil dan dipertimbangkan kebutuhan dan pioritasnya. Banyak keluarga yang tidak menghiraukan 4 aspek ini sehingga tidak lancar dalam mengelola keuangan. Untuk itu, berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan ketika perencanaan keuangan keluarga :

  1. Memisahkan Rekening

Memisahkan rekening adalah aktivitas dimana dalam mengelola keuangan dikelompokan berdasarkan kebutuhan. Idealnya ada rekening yang berbeda untuk jangka waktu dan kebutuhan yang berbeda. Misalnya saja rekening khusus untuk kebutuhan harian dan rekekning khusus untuk tabungan atau dana darurat keluarga.

Hal ini perlu dilakukan agar tidak pusing dalam mengelola keuangan serta dapat jelas harus mengalokasikannya dari akun rekening yang mana. Di lain waktu aktivitas ini juga membuat kita tidak akan bingung saat harus mempergunakan uang, berasal dari dana yang mana.

  1. Cicilan Utang

Hutang adalah kewajiban yang harus dibayar dan didahulukan. Hutang tentu menjadi beban jika tidak segera dibayarkan oleh pemiliknya. Hutang Dalam Pandangan Islam dan Berhutang Dalam Islam bukan sesuatu yang dilarang atau haram tentu saja yang tidak bernilai riba. Pinjaman Tanpa Riba tidak dilarang oleh islam karena tentu tidak ada pihak yang dirugikan atau berlaku sewenang-wenang. Hukum Riba Dalam Islam adalah haram dan Bahaya Riba adalah dunia dan akhirat.

Hutang yang dipinjam melalui bank atau pihak perbankan lainnya harus segera dibayarkan apalagi jika hutang tersebut memiliki bunga. Semakin lama peminjamannya maka akan semakin menumpuk pula bunga yang harus kita bayar. Untuk itu sebenarnya islam melarang pinjaman berbunga yang bagi beberapa ulama dianggap sebagai riba.

Oleh karena itu dalam sebuah perencanaan keuangan keluarga, aspek hutang ini harus menjadi aspek yang diperhitungkan serta menjadi diskusi antara suami dan istri.

  1. Menabung

Dalam perencanaan keuangan selanjutnya yang perlu diperhitungkan adalah menabung. Sebaiknya keluarga memiliki rencana tabungan yang sudah diatur dan di plot. Misalnya untuk tabungan pendidikan anak, tabungan dana darurat, tabungan pensiun, atau tabungan-tabungan untuk keperluan lainnya.

Dalam jangka pendek tabungan memang tidak berdampak banyak pada keberlangsungan keluarga. Akan tetapi, di jangka panjang tentu saja sangat berpengaruh. Tabungan ibarat dana cadangan atau darurat keluarga yang pasti akan dibutuhkan sewaktu-waktu, jika terjadi sesuatu yang mendadak dibutuhkan dan tidak termasuk dalam rencana Anggaran Rumah Tangga.

  1. Anggaran Belanja Rumah Tangga

Anggaran Belanja Rumah tangga adalah susunan kebutuhan beserta budget  yang dibutuhkan oleh keluarga. Susunan ini bisa dibentuk setiap tahun, setiap bulan, bahkan juga setiap harinya. Tentu diturunkan dari perencanaan keuangan selama setahun lebih baik dan bersifat lebih intergral.

Keluarga dengan penghasilan tinggi, rata-rata, atau rendah tentu harus tetap membuat Anggaran Belanja ini. Orientasinya agar dapat tetap hidup cukup, hemat, dan tidak berlebih-lebihan. Akan lebih baik jika pemasukan lebih besar dari pengeluaran yang dibutuhkan, keluarga bisa membantu memberdayakan keluarga lainnya yang membutuhkan.

Smart dalam Merencanakan Keuangan

Dalam buku “Ibu, Menteri Keuangan Keluarga” yang disusun oleh Nikmatullah Zuhri dan Rahmatullah Akbar, disampaikan bahwa dalam merumuskan tujuan dan perencanaan keuangan keluarga maka harus mencakup hal-hal yang dirangkum menjadi SMART. Berikut adalah pengertian dan penjelasan tentang SMART.

  1. Spesific (Tujuan Harus Jelas dan Spesifik)

Dalam pembuatan rencana keuangan maka harus ada tujuan yang spesifik. Misalnya tujuan dari pembuatan rencana kita untuk alokasi pendidikan anak di masa SMP, pembelian Gadget, pembelian aset keluarga, dsb. Hal ini untuk mempermudah agar keuangan direncanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Pembuatan rencana keuangan dengan tujuan yang tidak spesifik membuat akhirnya keuangan dilakukan tidak terarah. Contohnya untuk biaya lain-lain, atau tabungan untuk anak. Hal tersebut perlu diperjelas apa peruntukkan dari dana tersebut.

  1. Measurable (Tujuan Harus Terukur)

Pembuatan rencana keuangan juga harus melibatkan tujuan yang terukur. Disebutkan angka secara jelas dalam setiap anggaran yang kita rencanakan. Misalnya untuk laptop 700.000 dan untuk pembiayaan wisata keluarga 5.000.000. Tanpa ada tujuan yang terukur tentu tidak akan membuat rencana keuangan kita berjalan sesuai yang diharapkan.

  1. Attainable (Tujuan dapat Dicapai)

Tujuan dapat dicapai artinya adalah tujuan tersebut dapat diketahui jalan, strategi atau cara dalam mencapainya. Misalnya saja ingin merencanakan keuangan untuk pendidikan Suami menempuh Studi Doktoral, namun tidak ada informasi atau perbekalan mengenai proses mencapai tersebut. Contoh yang lain orang yang ingin merencakan keuangan untuk dapat rumah sendiri, namun tidak tau dimana rumah yang sesuai budgetnya. Hal tersebut menjadi mustahil untuk dicapai.

  1. Realistis (Tujuan Harus Realistis)

Attainable berarti tujuan dapat dicapai. Hal ini berarti bahwa apa yang kita tuju dapat kita capai bukan sekedar angan-angan atau impian saja. Misalnya tujuan keuangan direncanakan untuk berlibur ke Eropa. Akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih sulit dan kurang. Tentu rencana untuk mencapai tujuan tersebut harus dievaluasi kembali.

  1. Time Based (Tujuan Memiliki Batas Waktu)

Rencana keuangan juga harus terdapat batas waktunya. Hal ini untuk membatasi agar rencana keuangan jelas akan diatur sampai waktu kapan. Jika tidak ada kejelasan batas waktu maka akan lebih terukur dan mudah menyesuaikan. Batas waktu yang tidak diasumsikan dalam perencanaan keuangan membuat keuangan menjadi bias dan mengalir tanpa adanya kejelasan.

Selain dari hal-hal tersebut keluarga muslim juga perlu memperhitungkan soal Zakat dalam Islam. Zakat adalah hal wajib yang juga harus direncanakan dari keuangan keluarga. Hukum zakat pendapatan dalam Islam, zakat penghasilan, zakat maal adalah hal yang wajib bagi keluarga muslim yang mampu. Untuk itu jangan sampai ditinggalkan apalagi tidak direncanakan.

Selamat Merencanakan Keuangan keluarga dengan Efektif, Efisien, dan Penuh Keberkahan!

fbWhatsappTwitterLinkedIn