Seperti dikutip dari buku Muhammad: Business Strategi dan Ethics, Etika dan Strategi Bisnis Nabi Muhammad SAW oleh M. Suyanto, Rasulullah SAW mengajarkan jual beli yang halal dan terhindar dari hal-hal yang syubhat (dipertanyakan kehalalan dan keharamannya) apalagi yang haram.
Pernah suatu waktu Rasulullah SAW ditanya,
أَىُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ قَالَ : عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ
“Pekerjaan apa yang terbaik, Ya Rasulallah?”
Nabi menjawab, “Pekerjaan yang paling baik ialah pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan semua perniagaan yang baik” (Ahmad Baihaqi)
Nabi Muhammad SAW di masa mudanya, merupakan pedagang yang terkenal. Jaringan bisnisnya tidak hanya sebatas regional Makkah saja, bahkan lintas negara.
Kesuksesannya berdagang patut dikaji dan diamalkan khususnya untuk umat muslim, agar profesi berdagang tidak hanya mendatangkan kemaslahatan di dunia tetapi juga keselamatan di akhirat.
Tuntunan Rasulullah ini dapat memberikan teladan bagi yang mungkin baru memulai berdagang. Maka dari itu, ada baiknya para pemula memperhatikan terlebih dahulu seperti apa Rasulullah berdagang pada saat itu. Mulai dari sikap yang ditunjukkan saat berdagang hingga cara Rasul mengatur perniagaannya.
Selengkapnya, di bawah ini merupakan prinsip berdagang ala Nabi Muhammad SAW:
Dalam hal apapun, Rasulullah SAW dikenal dengan kejujurannya, apalagi di dunia perdagangan. Beliau tidak pernah mengurangi takaran dagangannya, menipu atau berbuat curang, malah terkadang memberikan bonus agar pembeli senang dengan pelayanannya.
Kelebihan maupun kekurangan pada kondisi barang dagangannya pun selalu beliau katakan ke pembeli. Karena kejujurannya itu, sampai akhirnya Rasulullah diberikan julukan al amin artinya seseorang yang dapat dipercaya. Padahal pada saat itu beliau belum diutus Allah menjadi nabi.
Rasulullah pernah bersabda,
إِنَّ التُّجَّارَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فُجَّارًا إِلاَّ مَنِ اتَّقَى اللَّهَ وَبَرَّ وَصَدَقَ
“Sesungguhnya golongan pedagang akan dibangkitkan saat hari kiamat sebagai penjahat kecuali pedagang yang bertakwa kepada Allah, berbuat baik dan jujur” Hadits riwayat Tirmidzi.
Sudah barang tentu pedagang mengharapkan keuntungan dalam usahanya. Namun, masih banyak pedagang yang mengambil laba yang sangat tinggi tanpa memikirkan pembeli.
Selama berdagang, Nabi Muhammad SAW memberitahu harga pokok dengan jujur ketika ditanya pembeli. Sebab, cara berdagang Rasulullah tidak hanya semata untuk mencari keuntungan, tapi juga menerapkan perilaku yang baik dalam berdagang, sehingga tercipta persaingan usaha yang sportif.
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ ۖ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan akhirat, akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu kebahagiaan pun di akhirat” (QS. asy-Syuraa: 20)
Ketika Rasulullah mendapati barang yang dijual memiliki cacat, maka beliau akan menjelaskan kekurangan dari barang tersebut, bukan malah menutup-nutupinya karena akan merugikan pembeli.
Oleh karena itu, selain selalu menjaga kualitas barang dagangannya, Rasulullah juga selalu menyampaikan bagaimana kondisi barang yang dijual dengan apa adanya.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Ibn Majah, suatu ketika Uqbah bin Amir pernah mendengar Rasulullah berkata,
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ بَاعَ مِنْ أَخِيهِ بَيْعًا فِيهِ عَيْبٌ إِلَّا بَيَّنَهُ لَهُ
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak halal bagi seorang muslim untuk menjual barang yang ada cacatnya kepada saudaranya, kecuali jika dia mejelaskan (kekurangan itu)”. (HR. Ibn Majah)
Kreatif dan tidak mudah putus asa adalah sikap yang sangat diperlukan ketika menjalankan usaha apa saja, termasuk berdagang. Seorang pedagang tidak akan berhasil jika kurang kreatif dan sangat mudah putus asa.
Perlu diingat, dalam setiap usaha selalu membutuhkan proses. Apalagi dalam perjalanannya, akan banyak hambatan yang akan menghadang. Begitu juga dengan berdagang. Mungkin kita butuh waktu panjang untuk mendapat keuntungan yang baik dan cukup secara finansial.
Tetapi yang perlu diingat adalah terus berusaha dan tidak gampang putus asa. Apalagi Allah sudah menjanjikan nikmat dan rahmat bagi hambanya yang terus berusaha.
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“…Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah kaum yang kafir” (QS. Yusuf: 87)
Selain dari keterangan di atas, tentu masih banyak dari sifat Nabi Muhammad SAW yang dapat dijadikan tuntunan khususnya dalam hal perdagangan.
Maka yang harus kita lakukan adalah terus menggali bagaimana Rasulullah berniaga, sembari terus menerapkan tata cara berdagang yang sesuai dengan ketentuan Islam.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…