Hari Natal Menurut Islam

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Menjelang hari raya keagamaan, akan muncul berbagai macam ucapan selamat yang bisa ditemui di berbagai bentuk plaform media sosial maupun media cetak dan juga media elektronik. Mulai dari ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri, Selamat Hari Raya Natal dan masih banyak ucapan Selamat Hari Raya pada agama lainnya.  Mengucapkan selamat Hari Raya pada agama lain sering dianggap sebagai bentuk toleransi terhadap umat beragama. Namun, sebenarnya dalam agama islam mengucapkan Selamat Hari Raya pada agama lain bukanlah sebagai bentuk toleransi.

Hukum Mengucapkan Selamat Natal dalam Islam sudah jelas tidak diperbolehkan. Karena, dengan ikut mengucapkan selamat Natal maka hal ini dianggap menyetujui apa yang sedang mereka rayakan tersebut. Maka dari itu, kita sebagai Umat Islam harus menyadari dan mengetahui bahwa mengucapkan selamat hari raya untuk agama lain tidak diperbolehkan. Daripada mengucapkan selamat hari raya untuk agama lain lebih baik kita mengucapkan Selamat Hari Raya untuk agama kita sendiri yang sudah jelas bahwa Hukum mengucapkan selamat hari raya sendiri diperbolehkan.

baca juga:

Mengetahui Kelahiran Nabi Isa Menurut Ajaran Islam

Hari Natal diyakini sebagai hari kelahiran Nabi Isa. Dalam Ajaran Islam sendiri, Al – Qur’an menyatakan kelahiran Nabi Isa dari rahim ibunya, Maryam pada surat yang sesuai dengan nama Ibundanya tersebut, Maryam, yakni surat ke 19 yang terdiri dari 98 Ayat. Sehingga kita tidak perlu mencari referensi dari ajaran agama yang lain karena isi di dalam Al – Qur’an ini sudah sempurna. (Baca : Nama Nabi Dan Rasul)

1. Nabi Isa Lahir Pada Musim Panas

Ibu dari Nabi Isa, Maryam adalah salah satu wanita yang sudah dijamin masuk ke surganya Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena beliau adalah wanita yang spesial, maka Allah juga banyak memberikan kemudahan padanya terutama pada saat melahirkan. Dalam Surat Maryam ayat 23 – 25 dijelaskan bahwa Allah memberikan pertolongan pada saat Maryam sedang hamil anaknya yaitu Nabi Isa.

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا

Artinya :

23. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.

فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا

Artinya :

24. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.

وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا

Artinya :

25. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.

Hal yang perlu diketahui adalah, saat Pohon Kurma sedang berbuah itu menunjukkan bahwa kalau pada saat itu sedang musim panas. Sehingga pohon kurma itu bisa berbuah dan dinikmati buahnya.

baca juga:

2. Tidak Ada Perintah Nabi Untuk Mengucapkan “Selamat”

Apabila kita melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang membingungkan atau dirasa meragukan ingatlah bahwa Al – Qur’an adalah sebaik – baiknya petunjuk dan Suri Tauladan yang baik adalah Rasulullah Muhammad Shallahu Alaihi Wassalam. Apabila kita sebagai umat islam ragu akan apa yang kita lakukan ini benar atau tidak kembalilah pada sumber syariat Islam yang paling utama yang dijadikan pedoman hidup adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Sehingga, kita tidak perlu mendengar pendapat orang – orang yang tidak berilmu untuk disimak dan dijadikan pedoman. Karena pendapat – pendapat yang tidak jelas sumbernya malah bisa membuat kita tersesat dalam ketidakbenaran.

3. Menghormati Dan Menghargai Bukan Berarti Mengikuti

Sering sekali pendapat bahwa kita harus menghormati dan perlu mengucapkan selamat sebagai bentuk toleransi. Ucapan selamat hari raya untuk agama lain ini memang terdengar sederhana dan lumrah. Hal ini sering muncul dikarenakan umat islam juga sering mendapatkan ucapan selamat dari agama lain mengenai perayaan hari raya besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha. (Baca : Hukum Berjabat Tangan)

Sehingga, sebagian umat islam merasa perlu membalas ucapan hari raya itu dengan memberikan ucapan selamat hari raya pada saat agama lain merayakannya. Padahal hal tersebut tidak ada di dalam dasar hukum islam. Sehingga hal ini bukanlah sesuatu yang perlu diikuti, karena Rasulullah Muhammad Shallahu Alaihi Wassalam juga tidak pernah mengajarkan untuk mengucapkan selamat hari raya pada agama lain. (Baca : Ramalan Menurut Islam)

Membicarakan tentang toleransi, Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga mengajarkan umat islam untuk bertoleransi. Namun, bentuk toleransi tersebut bukanlah dengan cara ikut mengucapkan selamat hari raya. Namun, dengan cara membiarkan umat beragama lain beribadah tanpa harus mengusiknya. Masalah toleransi ini bisa disimak di dalam Ala Qur’an surat Al- Mumtahanah ayat 8 sebagai berikut :

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Artinya : Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

Dari surat ini kita bisa menyimpulkan bahwa Allah memang tidak melarang umat islam untuk bertoleransi. Hanya saja, aktivitas toleransinya sendiri yang perlu kita saring sehingga tidak menyesatkan. Seperti layaknya ikut merayakan valentine dalam Islam yang sudah jelas bahwa hal tersebut bukanlah contoh yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad Shallahu Alaihi Wassalam.

baca juga:

4. Perayaan Natal Meyakini Konsep Trinitas

Kita sebagai umat islam tentu sangat meyakini keesaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam perayaan Natal yang dirayakan oleh Umat Nasrani meyakini bahwa Nabi Isa ini adalah anak Tuhan. Sehingga, kalau Umat Islam memberikan ucapan selamat natal pada Umat Nasrani maka, umat islam ini juga meyakini konsep trinitas yang merupakan keyakinan Umat Nasrani. Sementara di dalam Al – Qur’an sudah sangat jelas menyatakan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Tuhan Yang Esa. Seperti yang dijelaskan dalam Surat Al – Ikhlas ayat 1 – 4 berikut :

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

1. Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa. 

اللَّهُ الصَّمَدُ

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.

Keesaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak perlu dibantah lagi. Hanya saja sebagian dari umat islam pun tidak menyadari hanya dengan ucapan selamat yang kelihatan sederhana bisa membuat umat islam itu sendiri terjebak dalam suatu situasi yang sebenarnya tidak diinginkan. (Baca : Syirik Dalam Islam).

Pandangan Dari Ulama Mengenai Ucapan Selamat Hari Natal

Quraish Shihab yang merupakan salah seorang ulama yang terkenal di Indonesia memiliki pandangan bahwa tidak apa – apa mengucapkan Selamat Natal selama itu tidak memengaruhi akidah di dalam diri seseorang. Bahkan menurutt beliau hal ini disyariatkan dan bisa dilakukan.

Jadi, menurut pandangan beliau hal ini semacam hal seperti basa – basi saja dan bukan untuk dipercayai dan diyakini. Selama hal itu tidak memengaruhi akidah dan kepercayaan seseorang, maka hal itu sah – sah saja. Hal ini tentunya berbanding terbalik dengan Fatwa MUI yang jelas – jelas mengharamkan untuk mengucapkan Selamat Natal untuk Orang Nasrani. Padahal dari 4 Mazhab yang ada, yaitu Mazhab Syafi’i, Mazhab Maliki, Mazhab Hanafi dan Mazhab Hambali pun jelas – jelas mengharamkan hal tersebut karena konsekuensi kufur yang ada. (Baca : Dosa yang Tak Terampuni)

Dalam Surat Maryam ayat 33, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

Artinya : Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.

Dalil di atas yang dijadikan dalih bahwa mengucapkan Selamat Natal diperbolehkan. Padahal dalam hal ini, tidak ada satu pun ulama tafsir yang berpendapat demikian. Hal ini juga terjadi karena kerancuan dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Selamat dalam Bahasa Indonesia memang berarti ucapan selamat. Namun, dalam Bahasa Arab “Salamat” buan berarti seperti itu. Apabila ada orang yang sakit, ada yang mengucapkan “Salamat” itu bukan berarti mengucapkan selamat karena sakit. Namun, hal ini berarti semoga selamat atau semoga cepat sembuh. Ayat tersebut yang berarti doa bisa disalah pahami karena melihat ada ucapan selamat pada kelahiran Nabi Isa.

Padahal Maksud Ayat Tersebut Adalah :

  • Keselamatan Bagiku Tatkala Nabi Isa lahir.

Beliau tidak menangis karena tidak diganggu oleh setan. Tidak seperti anak – anak lain kalau lahir dicuil oleh setan sehingga menangis.

  • Keselamatan Bagiku Tatkala Nabi Isa Meninggal Dunia

Nabi Isa tidak disalib sebagaimana prasangka orang – orang Yahudi dan prasangkan orang – orang Nasrani pada zaman itu. Mereka tidak pernah menyalib Nabi Isa, namun ada orang yang diserupakan oleh Allah sehingga mirip Nabi Isa, kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala angkat Nabi Isa sehingga beliau selamat. Selamat karena tidak disakiti dari orang – orang kafir.

  • Keselamatan Bagiku Tatkala Nabi Isa Dibangkitkan

Hal ini berarti Nabi Isa dibangkitkan dalam penuh kemuliaan. Tidak seperti orang musyrik yang dibangkitkan dengan penuh kehinaan.

baca juga:

Apabila Dalil tersebut memang diartikan sebagai dalil ucapan selamat atas kelahiran Nabi Isa. maka akan ada juga ucapan selamat saat Nabi Isa meninggal dunia dan ada juga ucapan selamat saat Nabi Isa dibangkitkan. Kelaziman dari kata (Assalam) pada ayat tersebut yang diartikan selamat, maka kita juga disyariatkan untuk mengucapkan selamat pada 3 kondisi tersebut. Maka dari itu, kata (Assalam) yang dimaksud adalah ucapan Tahliyah yang berarti doa, bukan ucapan Tahniah. Wallahu A’lam. (Baca : Ciri-Ciri Ayat Makiyah Dan Madaniyah)

fbWhatsappTwitterLinkedIn