Hukum Cium Anak Ketika Tidur Dalam Islam

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Anak adalah harta paling berharga bagi orangtua, dan anak merupakan anugrah serta titipan dari Allah SWT. untuk senantiasa dijaga, dirawat, dan dibesarkan dengan limpahan kasih sayang. Namun, tak jarang kita menjumpai anak-anak yang diperlakukan secara kasar oleh orangtuanya dan bahkan sampai ditelantarkan.

Sebagai muslim yang baik yang telah menjadi orangtua, kita tidak boleh menelantarkan anak-anak yang diberikan oleh Allah SWT. Ketika pasangan yang telah menikah dikaruniai anak, maka itu berarti Allah SWT. telah mempercayai mereka untuk menjadi orangtua dan diharapkan dapat menjadi orangtua yang baik bagi anak-anaknya dengan merawat anak-anaknya, menjaga dan melindungi anak-anaknya, dan mendidik anak-anaknya dengan cara mendidik anak yang baik menurut Islam. Memberikan anak kasih sayang adalah kewajiban bagi setiap orang tua, dan memperlakukan anak dengan baik sudah selayaknya dilakukan oleh setiap orang tua. Karena dengan perlakuan-perlakuan yang baik, anak akan merasa bahwa dirinya disayang dan diperhatikan. Memperlakukan anak dengan baik bukan berarti tidak boleh memarahinya sama sekali, hal tersebut boleh dilakukan namun jangan sampai melampaui batas.

Tanpa disadari terkadang hal-hal baik dalam yang terlihat biasa saja yang orangtua lakukan kepada anak dapat membuat anak merasa sangat disayangi oleh orangtuanya. Misalnya, orangtua selalu menggunakan tutur kata yang baik dan lembut kepada anaknya, orangtua selalu mengingatkan anaknya untuk makan dan lain-lain, dan orangtua mencium anaknya ketika tidur. Hal-hal kecil seperti itu dapat membuat anak merasa bahwa dirinya disayangi oleh orangtuanya. Namun, bagaimana hukumnya dalam Islam ketika orangtua cium anak ketika tidur?

Orangtua Cium Anak Ketika Tidur Menurut Islam

Setiap orangtua punya cara masing-masing dalam mengungkapkan rasa kasih sayangnya kepada anak. Ada yang mengungkapkannya dengan cara seperti mengingatkan anak agar tidak lupa sholat, makan dan lain-lain, mengantar anak pergi kesekolah atau kemanapun, atau bahkan mencium anak ketika tidur. Lalu apakah hukum cium anak ketika tidur menurut Islam?

Islam sebagai agama yang baik dan sempurna selalu mengajarkan umatnya untuk berbuat kasih sayang kepada siapa pun, termasuk kepada anaknya. Dan mencium anak ketika anak tertidur merupakan sebuah ungkapan kasih sayang orangtua kepada anaknya, dan hal tersebut diperbolehkan dalam Islam.

Rasulullah SAW. sendiri pun mengungkapkan rasa kasih sayang beliau dengan mencium anak-anaknya. Dikisahkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata :

Rasulullah SAW mencium Al-Hasan bin Ali, dan disisi Rasulullah SAW. ada Al-Aqro’ bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Lalu Al-Aqro’ berkata : “Aku punya sepuluh orang anak, namun tidak seorang pun dari mereka yang pernah aku cium.” Lalu Rasulullah SAW. melihat kepada AL-Aqro’ dan berkata : “Barangsiapa yang tidak merahmati (menyayangi) maka ia tidak akan dirahmati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan dari Aisyah ra. juga dikisahkan :

Datang seorang arabbadui kepada Rasulullah SAW. lalu berkata, “Apakah kalian mencium anak laki-laki? Kami tidak mencium mereka.” Lalu Rasulullah SAW. bersabda, “Aku tidak boleh berbuat apa-apa kalau Allah mencabut semua rahmat dan sayang dari hatimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari beberapa hadits diatas, dapat disimpulkan bahwa mencium anak dan berlaku lembut kepada anak sebagai wujud rasa kasih sayang orangtua kepada anaknya merupakan perbuatan yang diridhai oleh Allah SWT. Itu berarti orangtua diperbolehkan mencium anak-anak mereka ketika tidur sebagai wujud dari rasa kasih sayang mereka. Dan orangtua juga tidak boleh membeda-bedakan dalam hal mencium anak ketika tidur, karena hukum membeda-bedakan anak dalam Islam sudah jelas dilarang. Namun, dalam memberikan ciuman kepada anak ketika tidur kita juga harus melihat usia sang anak, jika usianya sudah lebih dari enam tahun maka sebaiknya hal tersebut tidak lagi dilakukan, karena anak sudah mulai beranjak dewasa dan dikhawatirkan sang anak akan merasa tidak nyaman.

Sebagai orangtua yang baik kita diwajibkan untuk mendidik anak dengan menggunakan cara mendidik anak dalam Islam, dan memberikan mereka limpahan kasih sayang, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. beliau senantiasa menyayangi setiap anak-anak, baik yang masih kecil maupun yang telah tumbuh dewasa.

Dan dikisahkan dalam Islam, suatu hari Rasulullah SAW. sedang melakukan sujud ketika beliau mengimami para sahabatnya, lalu datanglah Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan layaknya sikap anak kecil, Al-Hasan pun menaiki pundak Rasulullah SAW yang sedang berada dalam keadaan bersujud, dan Rasulullah pun memanjangkan(melamakan) sujudnya. Hal tersebut membuat para sahabat terheran-heran dan mereka berkata : “Wahai Rasulullah, engkau telah memperpanjang sujudmu, kami mengira telah terjadi sesuatu atau telah diturunkan wahyu kepdamu.” Lalu Rasulullah SAW. pun menjawab, “Bukan. Akan tetapi cucuku ini menjadikan aku seperti tunggangannya, maka aku tidak suka menyegerakan dia hingga ia menunaikan kemauannya.” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)

Dan dikisahkan pula dalam Islam, suatu hari Rasulullah SAW. sedang berkhutbah, lalu datang Al-Hasan dan Al-Husain yang masih kecil, mereka datang dengan memakai baju yang kepanjangan sehiingga membuat keduanya tersandung ketika berjalan hingga jatuh bangun. Maka Rasulullah SAW. segera turun dari mimbar dan kembali keatas mimbar dengan menggendong keduanya, lalu beliau berkata : “Maha benar Allah..” Hanyalah harta kalian dan anak-anak kalian adalah fitnah,” Aku melihat kedua anak kecil ini berjalan dan terjatuh, maka aku tidak sabar hingga aku pun memutuskan khutbahku dan aku menggendong keduanya” (HR. At-Tirmidzi)

Dari beberapa hadits diatas dapat kita ketahui bahwa Rasulullah SAW.  begitu menyayangi anak-anak sehingga ia tidak ingin menyegerakan Al-Hasan yang sedang menjafikannyha tunggangan untuk segera turun, dan memutus khutbahnya demi menolong Al-Hasan dan Al-Husain yang berjalan tersandung hingga jatuh bangun. Dari kisah-kisah tersebut, kita dapat menjadikan kisah teladan Nabi Muhammad SAW. untuk diterapkan dalam kehidupan kita, karena dengan mengikuti teladannya sudah dipastikan kita tidak melanggar aturan yang ada pada sumber syariat Islam dan dasar hukum Islam.

Sekian, semoga bermanfaat (:

fbWhatsappTwitterLinkedIn