Hukum Mengingkari Hadits Bagi Seorang Muslim

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Para ulama hadits sudah meneliti tentang riwayat jika mengingkari hadits. Para ulama juga mengumumkan keshahihan hadits tersebut serta maknanya. Apabila mereka bersikeras untuk mengingkarinya atau mengalihkan nash-nash tersebut dari maknanya yang shahih hanya karena mengikuti hawa nafsu serta menempatkannya diatas pendapat yang batil. Maka mereka adalah orang-orang fasik yang wajib diasingkan.

Allah SWT berfirman:

“Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya(Al Baqarah ayat 39).”

Dari hadits diatas kita bisa belajar tilawah sebagai sebuah peniagaan ilahi. Perniagaan yang tidak pernah rugi.

Perniagaan yang akan membuat manusia mendapatkan keuntungan tak terbatas. Perniagaan adalah bisnis dan setiap bisnis akan mendapatkan kerugian, tetapi tilawah al-qur’an adalah bisnis yang hakiki dan tidak akan pernah merugi. Karena dengan belajar tilawah kita jual amal kebaikan kepada allah. Dan dibeli Allah setiap hurufnya dengan 10 kebaikan.

Kebaikan dunia akhirat, kebaikan akhirat kita. Kebaikan dunia bisa berupa karir baik kita sendiri. Seperti rezeki kita,ilmu kita, kebaikan akhlak kita dan seterusnya. Sedangkan syafaat merupakan tingkatan surga tertinggi bahkan mahkota dan jubah cahaya di surga. Tilawah insan profetis harus balance antara tilawah lafdziah yaitu membaca dan mengurangi bacaan harian.

Berikut ini adalah hadits dari surat Al Baqarah ayat 38 :

” Sesungguhnya orang-orang kafir dan mendustakan ayat-ayat Allah, mereka penghuni neraka dan kekal di dalamnya.”

Dari ayat ini ada dua hal yang sangat penting yaitu:

  • Ingkar dan kedustaan awal dari kesengsaraan.
  • Neraka adalah puncak kesengsaraan.

Mari kita jelaskan dan pahami pesan ilahi ini:

1. Ingkar

Pertama adalah ingkar dan kedustaan awal dari kesengsaraan. Kata alladziina kafaru orang-orang yang kafir (ingkar) dalam ayat ini dapat dijelaskan dengan pendekatan bahasa. Kata orang kafir yang menjadi perbincangan dalam dunia politik. Karena merupakan sebuah ungkapan yang kasar atau merendahkan orang lain. Sehingga membangun sebuah istilah bagi orang selain islam dengan non islam dan lain sebagainya.

Dalam al Qur’an surat al-imran ayat 76, Allah berfirman:

“Sebenarnya barang siapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh, Allah Mencintai orang-orang yang bertakwa”. 

Dari ayat tersebut kita bisa mengetahui, jika kita selalu menepati janji kita dan bertakwa pada Allah, Allah akan Mencintai kita sebagai hamba-Nya yang bertakwa. Hakikatnya kafir adalah bukan sebuah ungkapan subjektif. Namun lebih kepada ungkapan objektif. Karena bukan menyebut personal dan sebuah institusi, tetapi lebih pada ungkapan sifat.

Artinya orang kafir adalah orang yang menutup dirinya dari sesuatu. Orang yang bukan islam disebut dengan orang kafir, karena tidak menerima islam menjadi agamanya. Namun orang kafir dibagi menjadi 2 yaitu kafir hakiki dan kafir maknawi. Kafir hakiki adalah mereka yang selain beragam islam. Sedangkan jika kafir maknawi adalah semua yang mereka ingkar akan kebenarannya walau hanya 1 dari banyak kebenaran makasih termasuk orang kafir.

Orang yang tidak bersyukur dapat diartikan bahwa mereka orang kufur nikmatnya. Sehingga orang yang tidak bersyukur bisa disebut kufur nikmat, karena ingkar akan segala nikmat yang Allah SWT berikan kepadanya. Dalam ayat ini kata kufur dikaitkan dengan ayat-ayat Allah SWT, yang secara khusus adalah Al Qur’an. Mereka yang ingkar akan Al Qur’an, isinya dan amalnya maka akan mengalami kesengsaraan.

Karena al-qur’an adalah jalan kebaikan bagi semua umat. Al-qur’an berisi arah pencapaian kebahagiaan dunia akhirat. Seperti orang yang berjalan salah jalan maka ia akan tersesat dan salah jalan. Dan tidak akan sampai kemana tujuan yang akan ia tuju. Sedangkan faktanya hari ini, mayoritas umat Islam benar-benar kurang perhatian dengan Al Qur’an. Tidak mengalami, merenungi, memahami, menurunkan dalam amal, aturan yang akan membuat kemajuan pribadi maupun institusi.

Tentang pentingnya menepati janji ini juga ada dalam surat an Nahl ayat 91 dan 92, yang berbunyi,

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya mengujimu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari Kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu”.

2. Neraka adalah Puncak Kesengsaraan

Efeknya jika tidak percaya bahkan ragu dengan al-qur’an maka konsekuensi hidup al-qur’an akan membawa kesengsaraan abadi dunia dan akhirat. Jika ada yang bertanya, orang yang sama sekali tidak faham Al Qur’an, dia hidup bahagia, kaya sejahtera, itu hanyalah tampak luarnya saja di dunia. Kita tidak perlu membahas bagaimana di akhirat, karena sudah jelas siksa neraka sebagai puncak kesengsaraan.

Neraka adalah simbol ilahiah sebagai puncak kesengsaraan akhirat, sesungguhnya semua yang jauh dari Al Qur’an akan mengalami kesengsaraan Ruhani, walau dunia mereka miliki.Betapa banyak mereka bunuh diri walau bergelimang harta, mereka harus hidup dengan gaya Ibis di tengah pulau, di gunung demi mencari kebahagiaan.

Hukum seseorang yang beragam islam mengingkari hadits adalah haram. Jika ada seseorang yang mengingkari hadits maka akan mendapatkan dosa besar dari Allah SWT. Karena Hadits merupakan salah satu sumber hukum.

fbWhatsappTwitterLinkedIn