Apakah Anda pernah menyalahkan diri sendiri? Kondisi ini biasanya terjadi saat diri merasa bersalah atau bertanggung jawab atas terjadinya sesuatu. Dalam islam, sifat menyalahkan diri sendiri sebenarnya tidaklah dilarang. Namun juga tidak boleh berlebihan. Menyalahkan diri yang benar adalah dengan cara bermuhasabah tanpa perlu menyakiti fisik ataupun batin.
Nah, kali ini kita akan membahas tentang hukum menyalahkan diri dalam islam. Kira-kira boleh tidak sih merasa bersalah atas diri sendiri? Kalau penasaran, langsung saja simak ulasannya di bawah ini!
Seperti yang telah dijelaskan diatas, menyalahkan diri sendiri hukum islam adalah diperbolehkan. Namun konteksnya dalam hal yang positif. Misalnya saja merasa bersalah atas dosa-dosa. Atau bisa saja ketika ada kesalahan, Anda tidak menyalahkan orang lain, tapi berusaha mengoreksi diri sendiri. Perbuatan semacam demikian justru dianjurkan dalam islam.
Dijelaskan dalam hadist shahih dijelasakna tentang keutamaan intropeksi diri:
“Orang yang berakal adalah orang yang selalu mengoreksi dirinya, dan memperbanyak amalan untuk bekal mati dan orang yang lemah adalah seorang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi berkahayal pahala kepada Allah Ta’ala. (HR.Tirmidzi)
Serta dalam Al-Quran:
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Rabb mereka, Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rabb mereka (sesuatu apapun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al Mukminun 57-61)
“Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)” (QS. An Nazi’at: 40-41).
Terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan menyalahkan diri sendiri, diantaranya:
1. Muhasabah Diri
Menyalahkan diri sendiri bukan berarti mengumpati diri atau berkata buruk, ataupun memukul diri hingga babak belur. Menyalahkan diri dalam islam diartikan sebagai muhasabah atau intropeksi diri. Tindakan ini sangat penting untuk dilakukan setiap manusia dengan tujuan untuk memperbaiki sikap kedepannya. Selain itu, orang-orang yang gemar bermuhasabah hati di malam hari juga bisa memperoleh banyak kebaikan. Ini juga dapat menjadi cara menenangkan hati dalam islam. Bahkan dijanjikan surga oleh Allah Ta’ala.
Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Tirmidzi, hadits hasan)
Diriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab, beliau mengatakan: “Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” (HR. Tirmidzi)
Diriwayatkan dari Maimun bin Mihran, beliau berkata: “Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” (HR. Tirmidzi).
2. Tidak Menganiaya Diri
Dalam bermuhasabah tentunya dilarang bila sampai menyakiti diri sendiri. Jangan sampai hanya karena merasa terpuruk, lalu Anda menyalahkan diri berlebihan hingga memutuskan menganiaya badan Anda atau bahkan bunuh diri. Sungguh, perbuatan tersebut justru dilaknat oleh Allah Ta’ala. Hukum melukai diri sendiri dalam islam adalah dosa. Untuk mencari ketenangan dalam islam dan mendapatkan jiwa tenang dalam islam hendaklah memperbanyak amalan istighfar dan berusaha meningkatkan ibadah. Bukannya lewat perbuatan-perbuatan yang sesat.
Dijelaskan dalam beberapa hadist bahwa orang-orang yang menganiaya dirinya sendiri maka diharamkan surga. Dan kelak di akhirat akan memperoleh azab yang pedih.
Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam bersabda : “Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka untuk selama-lamanya.” (HR.Muslim)
Dari Jundub bin Abdullah berkata, Nabi shalallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Dahulu pada umat sebelum kalian, ada seorang lelaki yang terluka. Dia tidak sabar, kemudian dia mengambil pisau dan ia potong sendiri tangannya. Belum lagi darahnya kering, orang itu pun meninggal dunia. Kemudian Allah ta’ala berkata: hamba-Ku telah mendahului Aku dengan nyawanya, maka aku haramkan baginya surga.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
“Barangsiapa menjatuhkan dirinya dari sebuah gunung sehingga membunuh dirinya, maka di dalam neraka Jahannam dia (juga) menjatuhkan dirinya dari sebuah gunung. Dia akan tinggal di dalam neraka Jahannam selama-lamanya. Barangsiapa meminum racun sehingga membunuh dirinya, maka racunnya akan berada di tangannya. Dia akan meminumnya di dalam neraka Jahannam. Dia tinggal di dalam neraka Jahannam selama-selamanya. Barangsiapa membunuh dirinya dengan besi, maka besinya akan berada di tangannya. Di dalam neraka Jahannam ia akan menikam perutnya. Dia akan tinggal di dalam neraka Jahannam selama-lamanya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalil yang Melarang Anggap Diri Paling Suci
Mengapa sikap menyalahkan diri sendiri itu diperlukan? Sebab apabila Anda jarang bermuhasabah maka efeknya bisa saja muncul perasaan “sombong” dalam hati. Bahkan merasa diri yang paling baik dan lebih suci daripada orang lain. Naudzubillah Mindzalik.
Dari Abu Hurairah, Beliau berkata: “Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (HR. Bukhari)
Hadist diatas menjelaskan bahwa sifat manusia itu cenderung sulit untuk mengintropeksi kesalahannya sendiri. Mereka lebih suka mencari kambing hitam atau menyalahkan orang lain atas apa yang ditimpanya. Padahal jelas-jelas Allah Ta’ala melarang kita untuk menyatakan diri paling suci. Dijelaskan dalam hadist:
“Janganlah menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya Allah yang lebih tahu manakah yang baik di antara kalian.” (HR. Muslim no. 2142).
“Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An Najm: 32).
Bahaya Merasa Diri Sudah Baik
Manusia itu tidak layak merasa paling baik ataupun sempurna. Sebab manusia adalah tempatnya khilaf. Kaya ataupun miskin sama saja. Yang membedakan adalah akhlak serta agama. Adapaun sifat merasa diri paling baik adalah membahayakan dan bisa menjatuhkan Anda menuju jurang kebinasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist:
“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: tamak lagi kikir, mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (HR. Abdur Rozaq, hadist hasan)
Seandainya Anda dipuji karena kecantikan Anda atau kesehatan dan lainnya, jangalah bersikap ujub atau sombong. Ingat, di atas langit masih ada langit. Dan kesempurnaan hanyalah milik Allah Ta’ala. Sombong dalam islam adalah perbuatan yang buruk dan berdosa. Cara terbaik untuk menanggapi pujian dari orang lain adalah dengan berdoa. Sebagaimana doa yang dibaca oleh Abu Bakar:
Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.
Artinya: Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka. (Al Baihaqi)
Cara Intropeksi Diri Dalam Islam
Untuk mengintropeksi diri terdapat beberapa hal yang harus dilakukan. Diantaranya yakni:
- Meningkatkan Keimanan kepada Allah
Untuk bisa intropeksi diri maka juga harus diimbangi dengan meningkatkan keimanan. Seseorang yang imannya kuat maka insyaAllah bakal mudah bermuhasabah diri.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr :18)
- Menyadari Bahwa Ada Malaikat yang Senantiasa Mencatat Amalan Kita
Daripada Anda sibuk mengurusi kehidupan orang lain, lebih baik Anda bermuhasabah diri. Ingatlah bahwa ada malaikat yang senantiasa mencatat amal perbuatan kalian. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.Itulah yang dahulu hendak kamu hindari.” (QS. Al-Qaf:16-19)
- Mendengarkan Pendapat Orang Lain
Mengitropeksi diri sendiri tidak cukup bila hanya dilakukan sendirian. Bagaimana pun juga Anda juga perlu mendengarkan pendapat dari orang lain. Walaupun tak semuanya bisa diterima. Tapi nasehat yang benar bisa kita simpan dan praktekkan.
- Bergaul dengan Orang Shaleh
Tips berikutnya agar mudah bermuhasabah diri adalah bergaul dengan orang-orang shaleh. Apabila Anda berada di lingkungan yang islami, maka kebaikan-kebaikan juga akan datang. Anda akan mudah mengingat dosa, mengingat kematian dan itu semua bisa melindungimu dari hal buruk.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasul bersabda: “(Agama) seseorang itu sesuai dengan agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memperhatikan siapa yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, al-Hakim dan Ahmad)
- Bersikap Rendah hati
Intropeksi diri juga diimbangi sikap rendah hati. Jangan selalu menyalahkan orang lain saat Anda menemukan masalah. Tapi cobalah berendah hati. Sikap rendah hati ini dianjurkan oleh Allah dan RasulNya.
Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendahkan diri sehingga salah seorang dari kalian tidak saling membanggakan atau yang lain dan salah seorang dari kalian tidak mendzalimi yang lain.” (H.R muslim).
“Dan Rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (QS Asy Ssuara: 215)
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqan: 63)
- Merenungi Dosa-Dosa
Intropeksi diri akan dosa-dosa yang telah diperbuat juga penting untuk dilakukan. Pikirkan bahwa kehidupan ini hanyalah sementara. Sebenarnya apa yang ingin kalian cari? Koreksi diri sendiri sebelum Anda mengoreksi orang lain.
Jadi intinya, hukum menyalahkan diri sendiri dalam islam diperbolehkan namun tidak boleh sampai menganiaya diri. Anda cukup bermuhasabah, bila terdapat salah maka segeralah bertaubat. Dan janganlah merasa paling suci sebab pikiran itu bisa menjerumuskan dalam kebinasaan.