Setelah seorang wanita muslimah menikah maka rida suami berbeda di atas rida orang tua. Oleh karena itu seorang istri jika menjadi penghuni surga dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ فِي الْجَنَّةِ؟قُلْنَا بَلَى يَا رَسُوْلَ الله كُلُّ وَدُوْدٍ وَلُوْدٍ، إِذَا غَضِبَتْ أَوْ أُسِيْءَ إِلَيْهَا أَوْ غَضِبَ زَوْجُهَا، قَالَتْ: هَذِهِ يَدِيْ فِي يَدِكَ، لاَ أَكْتَحِلُ بِغَمْضٍ حَتَّى تَرْضَى
“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?” Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!” Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.” (HR. Ath Thabarani dalam Al Ausath dan Ash Shaghir. Lihat Ash Shahihah hadits no. 3380)
Sudah seharusnya menjaga sikap dan menaati perintah suaminya yang sejalan dengan agamanya. Rida suami merupakan rida Allah telah di sebutkan dalam beberapa hadits shahih dan sabda Rasulullah.
Seperti dalam HR. Tirmidzi dimana Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam bersabda:
“Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi no. 1161)
Dari Abu Hurairah juga meriwayatkan:
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik? ” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251).
Untuk mendapatkan rida suami minimal seorang istri melakukan lima hal dibawah ini sehari-hari:
1. Mensyukuri apa yang dilakukan suami untuk istrinya
Perintah syukur ini sangat ditekankan dalam Islam, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Diperlihatkan Neraka kepadaku dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita, mereka kufur.” Para Shahabat bertanya: “Apakah disebabkan kufurnya mereka kepada Allah?” Rasul menjawab: “(Tidak), mereka kufur kepada suaminya dan mereka kufur kepada kebaikan. Seandainya seorang suami dari kalian berbuat kebaikan kepada isterinya selama setahun, kemudian isterinya melihat sesuatu yang jelek pada diri suaminya, maka dia mengatakan, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu sekalipun.’” (HR. Bukhari, dari Ibnu Abbas ra.)
2. Menyenangkan suami saat melihat kita
Seorang isteri ideal selalu nampak ceria, lemah lembut, dan menyenangkan suami.
Seorang istri ideal selalu nampak ceria, lemah lembut dan menyenangkan suami. Jika suami pulang ke rumah setelah seharian bekerja maka ia mendapatkan sesuatu yang dapat menenangkan dan menghibur hatinya.
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَتَأْبَى عَلَيْهِ إِلاَّ كَانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan terhadapnya), maka penghuni langit murka kepadanya hingga suaminya ridha kepadanya.” (HR. Bukhari no. 5194 dan Muslim no.1436)
Jika suami mendapat istri yang bersolek dan ceria menyambut kedatangannya maka ia telah mendapatkan ketenangan yang hakiki dari istrinya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik isteri adalah yang menyenangkan jika engkau melihatnya, taat jika engkau menyuruhnya, serta menjaga dirinya dan hartamu di saat engkau pergi.”
3. Tidak menyakiti suami baik ucapan maupun perbuatan
Seorang istri tidak boleh memanggil suami dengan kejelekannya. Sang istri tidak boleh mencaci makinya karena yang demikian itu dapat menyakitkan hati suami
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah seorang isteri menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya dari para bidadari Surga akan berkata, ‘Janganlah engkau menyakitinya. Celakalah dirimu! Karena ia hanya sejenak berkumpul denganmu yang kemudian meninggalkan-mu untuk kembali kepada kami.” (HR. Tirmidzi no. 1174)
4. Sigap pada kebutuhan biologis suami
Apabila suami meminta berhubungan intim dan istri tidak sedang berhalangan maka layanilah dengan senang hati. Jangan mencari banyak alasan untuk seorang istri menolak permintaan suaminya ini.
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila seorang suami mengajak istrinya untuk memenuhi kebutuhannya maka hendaklah istri mendatanginya walupun istri sedang berada di dapur” (HR Tirmidzi). Dalam sebuah riwayat di HR. Bukhari.
Disebutkan bahwa ibadah sunnah sekali pun tidak akan asa pahalanya. Dikerjakan seorang istri juga tidak minta rida suaminya.
“Tidak halal bagi seorang istri untuk berpuasa (sunnah), sedangkan suaminya ada, kecuali dengan seizinnya. Dan tidak halal memberi izin (kepada orang lain untuk masuk) ke rumahnya kecuali dengan seizin suaminya.” (HR. Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026).
Seorang istri yang melayani suami dalam hal apapun dan dalam kondisi apapun baik dalam kondisi lelah tetap memberikan yang terbaik untuk suaminya. Hingga suaminya merasa amat membutuhkan serta menenangkan dirinya.
Akan mendapatkan rida Allah hingga ia meninggal. Sebab segala sesuatu urusan yang dilakukan memiliki pahala sebagai balasan ketaatan dan keikhlasan dalam melayani suaminya.
Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta’alaa,
وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar”. (Qs. At-Taubah: 72)