Apakah Doa Buruk Orang Tua Mustajab?

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Salah satu keutamaan orang tua dalam Islam adalah mustajabnya doa orang tua pada anaknya. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang dizhalimi.”
(HR. Abu Daud, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Karena itu, sebagai orang tua sebaiknya berhati-hati ketika mendoakan anaknya. Hal ini dikarenakan doa baik maupun doa buruk orang tua pada anaknya akan dengan mudah dikabulkan oleh Allah SWT. Kisah Juraij berikut membuktikan keutamaan doa seorang ibu yang memang mustajab. Tapi apakah doa buruk orang tua mustajab?

Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Baca juga :

“Tidak ada bayi yang dapat berbicara dalam buaian kecuali Isa bin Maryam dan Juraij.” Lalu ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah siapakah Juraij?” Beliau bersabda, “Juraij adalah seorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya (yang terletak di dataran tinggi/gunung). Terdapat seorang penggembala yang menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya dan seorang wanita dari suatu desa menemui penggembala itu (untuk berbuat mesum dengannya).

(Suatu ketika) datanglah ibu Juraij dan memanggilnya ketika ia sedang melaksanakan shalat, “Wahai Juraij,” Juraij lalu bertanya dalam hatinya, “Aapakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya. Juraij kembali bertanya di dalam hati, “Ibuku atau shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggil untuk kali ketiga. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, “Ibuku atau shalatku?” Rupanya dia tetap mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak menjawab panggilan, ibunya berkata, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij, sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur.” Lalu ibunya pun pergi meninggalkannya.

Wanita yang menemui penggembala tadi dibawa menginap raja dalam keadaan telah melahirkan seorang anak. Raja itu bertanya kepada wanita tersebut, “Hasil dari (hubungan dengan) siapa (anak ini)?” “Dari Juraij” jawab wanita itu. Raja lalu bertanya lagi, “Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu?” “Benar”, jawab wanita itu. Raja berkata, “Hancurkan rumah peribadatannya dan abwa dia kemari.” Orang-orang lalu menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak sampai rata dan mengikatkan tangannya di lehernya dengan tali lalu membawanya menghadap raja. Di tengah perjalanan Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. Ketika melihatnya Juraij tersenyum dan para pelacur tersebut melihat Juraij yang berada di antara manusia.

Raja lalu bertanya padanya, “Siapa ini menurutmu?” Juraij balik bertanya, “Siapa yang engkau maksud?” Raja berkata, “Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya adalah hasil hubungan denganmu.” Juraij bertanya, “Apakah engkau telah berkata begitu?” “Benar”, jawab wanita itu. Juraij lalu bertanya, “Di mana bayi itu?” Orang-orang lalu menjawab, “ (itu) di pangkuan (ibu)nya”. Juraij lalu menemuinya dan bertanya pada bayi itu, “Siapa ayahmu?” Bayi itu menjawab, “Ayahku penggembala sapi.”

Baca juga :

Kontan sang raja berkata, “Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan bahan dari emas?” Juraij menjawab, “Tidak perlu”. “Ataukah dari perak?” lanjut sang raja. “Jangan”, jawab Juraij. “Lalu dari apa kami akan bengun rumah ibadahmu?”, Tanya sang raja. Juraij menjawab, “Bangunlah seperti semula.” Raja lalu bertanya, “Mengapa engkau tersenyum?” Juraij menjawab, “(Saya tertawa) karena suatu perkara yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya do’a ibuku terhadap diriku.” Kemudian Juraij pun memberitahukan hal itu kepada mereka.”
(Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrod no.33. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrod no.25).

Dari kisah tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang orang tua, baik ibu maupun ayah, mendoakan hal-hal yang buruk terjadi pada anaknya. Karena mendoakan keburukan bagi anak merupakan salah satu bentuk kejahatan orang tua kepada anak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jangan kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian, atau anak-anak kalian, atau harta kalian. Jangan sampai kalian menepati suatu waktu yang pada waktu itu Allah Subhanahu wa ta’ala diminta sesuatu lantas Dia kabulkan doa kalian itu.”
(HR. Muslim)

Demikianlah ulasan singkat tentang apakah doa buruk orang tua mustajab. Semoga bermanfaat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn