Manusia dalam kehidupnnya tidak pernah lepas dari hubungan dan interaksi dengan orang lain di dalam suatu lingkungan masyarakat dimana dalam hubungan atau interaksi tersebut pastinya ada saja kesalah pahaman maupun perelisihan yang terjadi bahkan kerap memancing amarah dan murka. Amarah yang dirasakan oleh manusia adalah wajar sebagai salah satu wujud emosi yang nampak ketika hati kita merasa diperlakukan tidak adil atau ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak kita maupun tidak sesuai dengan aturan serta nilai yang berlaku yang telah disepakati bersama.
Namun yang jadi masalah adalah pengendalian amarah tersebut yang terkadang sulit untuk dilakukan. Seringnya kita lepas kontrol dan marah dengan cara yang membabi buta dan justru merugikan banyak pihak termasuk kita sendiri yang akhirnya bahkan dapat menyebabkan rusaknya hubungan silaturahmi yang telah terjalin selama ini.
Baca juga:
Berkaitan dengan hal tersebut, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridloi, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meridloi.” (HR. Ahmad).
Selain itu Rasulullah juga selalu memberikan motivasi kepada umatnya agar tidak mudah terpancing emosi. Motivasi-motivasi tersebut antara lain sebagai berikut :
Kemudian Rasulullah SAW juga bersabda dalam sebuah hadis:
“Barang siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu untuk meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat sehingga Dia akan memberikan untuknya bidadari yang dia kehendaki.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi).
Islam adalah agama yang mengajarkan dan menuntun kita untuk senantiasa saling menjaga silaturahmi, menjaga perdamaian dan menyelesaikan masalah dengan cara bermuusyawarah sehingga masalahpun selesai dengan memberi kelegaan pada seluruh pihak. Hal tersebut tidak akan terjadi jika kita tidak memiliki pengendalian emosi yang baik. (Baca juga: Cara Meningkatkan Kesabaran dalam Islam; Cara Menghilangkan Dendam dalam Islam)
Oleh karena itu, artikel ini akan membahas tentang cara menahan amarah yang bisa kita tempuh untuk mengontrol emosi dan lebih menahan amarah menurut Islam.
- Membaca Kalimat ta’awudz
Luapan emosi yang terwujud dalam amarah adalah salah satu hasil dari perpaduan antara kondisi psikologis yang sedang kurang baik dan keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginan seperti saat sedang berdebat atau lainnya ditambah dengan godaan dari setan yang terus membisikkan hati kita dengan hal-hal negatif sehingga kita semakin marah dan semakin murka.
Membaca ta’awudz saat marah sangat membantu meredam bahkan menghilangkan emosi sehingga kita bisa lebih jernih dalam berpikir dan bersikap. (Baca juga: Manfaat Ruqyah Dalam Islam)
Berikut adalah bacaan dan arti dari ta’awudz:
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”
- Membaca Kalimat Istighfar
Kalimat itigfar memiliki arti “Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung” dan berbunyi “astagfrullah hal ‘adzim”:
اَسْتَغْفِرُ اَللّهَ الْعَظِیْمَ
Istigfar sangat efektif untuk meredakan emosi yang menguasai hati kita sehingga kita menjadi lebih rileks dan tenang. (Baca juga: Cara Menjaga Hati Menurut Islam; Keistimewaan Amalan Istighfar)
- Diam
Jika emosi menguasai diri kita maka yang harus kita lakukan adalah diam. Jangan membantah ataupun menjawab apapun yang dikatakan oleh lawan bicara kita karena dalam kondisi emosi biasanya kata-kata yang keluar tidaklah bagus dan akan memperkeruh suasana. Diamlah sejenak sampai emosi mereda barulah bicarakan baik-baik. (Baca juga: Keutamaan Menjaga Lisan dalam Islam)
Mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda dalam salah satu haditsnya yang artinya:
“Jika salah satu dari kalian marah, maka diamlah. “ (HR. Ahmad).
- Merubah Posisi Menjadi Lebih Rendah
Jika dengan diam tidak cukup meredam emosi, maka yang harus dilakukan adalah merubah posisi diri saat kita marah, misalnya marah saat berdiri maka duduklah, jika marah saat duduk maka berbaringlah.
Hal ini dianjurkan langsung oleh Rasulullah SAW dalam hadis yang artinya:
“Jika salah satu dari kalian marah dan dia dalam keadaan berdiri maka duduklah, karena dengan melakukan hal itu marahnya akan hilang. Dan jika belum hilang, maka hendaknya dia mengambil posisi tidur. “ (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Mengenai hadis ini, Imam Ahmad menceritakan tentang Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu yang melindungi dirinya ketika marah dengan mengubah posisi menjadi lebih rendah. (Baca juga: Hak Muslim Terhadap Muslim Lainnya)
“Suatu hari Abu Dzar sedang mengisi ember. Tiba-tiba datang beberapa orang yang ingin mengerjai Abu Dzar. Salah seorang tersebut menantang kepada yang lainnya ‘Siapa diantara kalian yang berani mendatangi Abu Dzar dan mengambil beberapa helai rambutnya?’. Llau salah seorang di antara mereka menyanggupi “Saya” Jawabnya.
Kemudian orang tesebut maju mendekati Abu Dzar yang ketika itu berada di dekat embernya, ketika jarak mereka sudah dekat, ia langsung menjitak kepala Abu Dzar untuk mendapatkan rambutnya. Abu Dzar yang ketika itu sedang dalam keadaan berdiripun langsung duduk kemudian merebahkan diri atau tiduran.
Melihat kelakuan Abu Dzar tersebut, orang-orang yang mengerjainya saling pandang dan kebingungan. Lalu mereka bertanya ‘Wahai Abu Dzar, mengapa kamu duduk, kemudian tidur?’ dengan nada dan wajah yang kebingungan.
Mendengar pertanyaan tersebut Abu Dzarpun menyampaikan dan menjelaskan hadis di atas.
Lebih lanjut mengenai anjuran untuk duduk dan tidur saat marah adalah karena saat duduk atau tidur akan mengurangi pergerakan-pergerakan yang mungkin kita lakukan atas dasar hawa nafsu atau emosi yang menguasai seperti memukul, menendang atau lainnya yang tentunya akan sangat kita sesali nantinya.
- Mengambil Air Wudhu’
Salah satu fungsi air adalah untuk mematikan api, termasuk api setan yang berkobar dalam hati kita dan berwujud dalam rasa amarah. Basuhlah wajah dan tubuh dengan air wudhu sehingga pikiran lebih tenang dan emosipun kian mereda.
Perkara ini dijelaskan dalam sebuah hadis dari Urwah As-Sa’di radhiyallahu ‘anhu yang artinya:
Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu. (HR. Ahmad dan Abu Daud)
- Segera Mandi
Jika wudhu masih belum cukup meredakan amarah, maka mandi bisa dijadikan salah satu cara untu meredakannya. Karena dengan menyiramkan air ke tubuh kita akan membuat tubuh menjadi lebih rileks dan segar sehingga emosipun mereda bahkan menghilang. (Baca juga: Cara Mandi Dalam Islam)
Sebuah hadis menjelaskan perkara ini bahwa:
“Marah itu dari setan, setan dari api, dan air bisa memadamkan api. Apabila kalian marah, mandilah.” (HR. Abu Muslim)
- Rajin Membaca Al Qur’an
Selain mendekatkan diri kepada Allah, membaca al-Qur’an juga dapat membuat pikiran menjadi lebih tenang dan melembutkan hati kita. Jadi dengan rajin membaca al-Qur’an emosi akan lebih terkontrol. (Baca juga: Sumber Syariat Islam)
- Rajin Shalat Sunnah
Langkah selanjutnya jika dengan langkah di atas amarah kita masih sulit dikendalikan adalah dengan melaksanakan shalat sunah. Tidak hanya saat amarah sedang memuncak tapi rutin dilakukan setiap hari karena dari shalat sunah tersebut dapat melatih dan lebih mengontrol emosi sehingga tidak mudah tersulut amarah dan jika terlanjur tersulut maka akan mudah untuk mengendalikannya. (Baca juga: Macam – Macam Shalat Sunnah)
- Rajin melakukan puasa sunnah
Puasa tidak hanya menahan haus dan lapar saja akan tetapi juga menahan hawa nafsu dan melatih emosi kita agar lebih terkontrol. (Baca juga: Macam – Macam Puasa Sunnah; Hikmah Puasa Sunnah Dalam Islam)
10. Introspeksi Diri atau Tafakur
Langkah terakhir yang paling sulit dilakukan adalah dengan Bertafakur atau introspeksi diri, yakni merenungkan segala perilaku dan ucapan kita yang sekiranya kurang baik dan menyinggung perasaan orang lain. (Baca juga: Kewajiban Muslim Terhadap Muslim Lainnya , Cara Mengatasi Depresi Menurut Islam)
Demikianlah pembahasan mengenai cara menahan amaran menurut Islam ini. Semoga dengan membaca artikel ini dapat menambah khazanah keilmuan dan keimanan kita semua. Amin.