Hidup adalah sebuah perjalanan. Ketika melewati perjalanan tersebut kita membutuhkan sebuah bekal. Apalagi kita akan menghadapi kehidupan yang kekal, kita tak tahu berapa lama perjalanan ini berlangsung.
Yang lebih penting adalah menyiapkan mental yang baik. Karena hal buruk apa pun akan bisa diatasi dengan tenang. Berkaitan dengan menyiapkan mental untuk mencapai kesuksesan, baik itu di dunia maupun di akhirat, ada beberapa langkah yang dapat membantu untuk mencapai hal tersebut.
Tetapi ketetapan hanya ada pada Kuasa Allah, kita sebagai makhluk hanya bisa berusaha sebaik mungkin dan bertawakkal. Berikut cara mencapai kesuksesan di dunia dan akhirat:
1. Memperkokoh Iman
Apa yang menjadi sebuah alasan kita untuk melakukan ibadah-ibadah seperti, sholat, puasa, zakat, dll? Tentunya adalah Iman. Iman yang mendasari itu semua. Iman yang menjadi motivasi terbesar untuk melakukan ibadah-ibadah yang sudah diperintahkan.
Iman tidak hanya berupa keyakinan saja, tetapi Iman adalah penyatuan dari tiga aspek, yaitu keyakinan, perkataan, dan perbuatan. Ketiga hal itu merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
2. Bekali dengan Ilmu
Iman yang kokoh tidak akan banyak berarti jika tidak dibekali dengan ilmu. Iman merupakan dasar pijakan untuk melangkah dan menjalani kehidupan. Sedangkan ilmu merupakan cahaya yang akan terus menerangi untuk menapaki jalan kehidupan dan mencapai tujuan akhir.
Dengan ilmu semuanya akan menjadi lebih mudah, seperti pesan Ali bin Abi Thalib: “Barang siapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan akhirat maka hendaklah dengan ilmu. Dan barang siapa ingin menghendaki kedua-duanya maka hendaklah dengan ilmu.”
3. Wujudkan dengan Amal
Iman yang kokoh dan ilmu yang memadai itu tidak akan berarti apa apa tanpa action, tanpa tindakan yang nyata dalam sehari hari. Amal merupakan bukti Iman dan buah ilmu.
Betapa pun kokohnya iman seseorang ditambah penguasaan terhadap ilmunya, tetap tidak akan bernilai jika tidak ada wujud nyata dalam kehidupan.
Iman dan ilmu selalu dikaitkan dengan amal. Karena betapa eratnya hubungan anatara iman dan amal saleh. Beberapa Al-Qur’an menegaskan, seperti pada Q.S. Al-‘Asr ayat 1-3:
وَالْعَصْرِۙ – ١
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ – ٢
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ – ٣
“Demi masa, sungguh manusia berada dalam dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan beramal saleh dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.”
4. Hiasi dengan Ikhlas
Seluruh aktivitas hidup yang diorientasikan untuk beribadah kepada Allah SWT, semua itu hanya akan bermakna dan bernilai jika disertai ketulusan hati dan keikhlasan dalam melakukannya.
Sebab keimanan yang menghujam kuat di lubuk hati, dibekali dengan ilmu yang tinggi, dan ditambah dengan amal yang hebat, bisa saja semua itu hilang jika tidak disertai dengan niat yang ikhlas.
Ikhlas bisa diartikan melakukan amal ibadah tanpa pamrih, tidak berharap apa-apa selain rida Allah. Konsentrasi ibadahnya itu hanya ditujukan kepada Allah. Parameternya adalah ketulusan hati sebelum, selama, dan sesudah kita beramal.
5. Sempurnakan dengan Istiqamah
Istiqamah merupakan sikap konsisten selalu menaati Allah, baik dalam keyakinan, perkataan dan perbuatan yang kemudian tetap dilakukan dalam kondisi seperti itu, secara terus menerus.
Istiqamah juga bisa berarti teguh memegang prinsip dan berkesinambungan melakukan suatu amal. Istiqamah merupakan ciri mulia dan bernilainya amal saleh yang telah dilakukan.
Rasulullah menegaskan, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang terus menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa, kualitas amal yang paling dicintai oleh Allah adalah kesinambungannya dan keterjagaannya. Amal yang terbaik adalah amal yang walaupun sedikit tetapi dikerjakan secara rutin dan istiqamah. Dari pada dalam jumlah yang banyak, namun hanya dilakukan sekali saja.