Salah satu dosa besar yang jelas terdapat hukumannya di dunia dan akhirat bagi islam adalah zina. Perzinahan adalah suatu perilaku tercela dengan berhubungan biologis dengan pasangan yang tidak semestinya. Dalam hal ini zina adalah berhubungan biologis hingga bertemunya kelamin perempuan dan laki-laki selayaknya hubungan suami istri. Dalam islam pun sering didengar istilah zina dengan berbagai anggota tubuh, maka terdapat hukum zina tangan menurut islam.
“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin”. (QS An-Nur : 3)
Di dalam Al-Quran terdapat status orang-orang yang berzina adalah haram dinikahi oleh orang-orang mukmin kecuali dengan mereka yang berzina pula. Tentu saja hal ini dikarenakan perzinahan membawakan dampak mudharat yang banyak. Untuk itu Allah memerintah laki-laki memilih wanita yang baik untuk dinikahi menurut islam dan begitupun sebaliknya dengan perempuan.
Misalnya saja bagi wanita yang berzina atau suka berzina. Jika ia menikah dengan laki-laki yang shaleh, tentunya akan menjadi pertanyaan besar kelak anak yang lahir dari rahimnya berstatus ayah dari siapa karena tidak jelas sesuai arti nasab . Sedangkan bagi laki-laki yang suka berzina tentu juga dosa besar karena telah menghilangkan tanggung jawab perilaku biologisnya pada perempuan yang berzina dengannya.
Dalam hukum islam yang pernah diterapkan Rasulullah SAW, pezina harus diberlakukan Cambuk 100 kali bagi pezina yang belum menikah (ghairu Muhshon), dan diberlakukan rajam bagi pezina Muhshon (yang sudah menikah). Hal ini membuktikan bahwa zina amatlah keji hingga perlu hukuman fisik bahkan disaksikan oleh orang-orang banyak dalam proses penghukumannya (asalkan ada saksi dan bukti bersalah bahwa orang-orang tersebut memang berzina).
Menghapus Dosa dalam Islam – Menjauhi Dosa Besar
Tidak berarati orang yang telah berbuat dosa dan melakukan kesalahan besar sepanjang hidupnya akan terus berdosa dan tidak memiliki kesempatan untuk melakukan perubahan yang baik. Artinya, dosa-dosa manusia bisa saja terhapuskan dan diampuni oleh Allah bagi mereka yang senantiasa berubah dan memohon ampun serta bertaubat sungguh-sungguh.
Begitupun dengan dosa zina. Sebagian mengemukakan bahwa ada amalan penghapus dosa zina yang dapat dilakukan. Untuk itu, dengan amalan pertaubatan untuk mengurangi dosa tentunya ada. Dengan amalan tersebut tentunya mengurangi penyebab hati gelisah menurut islam.
Secara pasti apakah dosa kita diampuni atau tidak tentunya tidak bisa kita pastikan saat di dunia. Yang bisa dilakukan adalah dengan terus memperbaiki diri dan terus memohon ampunan Allah. Berikut adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan taubat dan ampunan Allah terhadap dosa-dosa manusia.
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa: 31).
Meskipun manusia memiliki kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa, Allah akan memuliakan dan memasukkannya ke dalam surga asalkan manusia menjauhi dosa besar dan tidak kembali kepada dosa besar tersebut. Artinya dosa-dosa kita akan diampuni asalkan kita tidak kembali kepada jalan tersebut, dan menghindar dari apapun yang bisa memancing kita melakukan dosa besar, sebelum terjadinya.
Mengumpulkan Pahala untuk Menjauhi dan Menghapus Dosa
Berikut adalah ayat-ayat dan penjelasan ayat mengenai perhitungan Allah melalui amalan yang kita lakukan. Sekecil apapun amalan akan Allah berikan balasan baik itu berupa amalan shaleh ataupun yang mendatangkan dosa. Termasuk pula hal ini dapat menjadi cara bertaubat dari zina.
- QS Al-Anbiya : 47 – Perhitungan Sebiji Sawi Amalan
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS Al-Anbiya : 47)
Amalan-amalan yang kita lakukaan saat di dunia seluruhnya akan diperhitungkan termasuk pada dosa-dosa yang telah dilakukan. Untuk itu, yang bisa dilakukan oleh manusia adalah mengumpulkan pahala yang banyak agar dosa-dosa yang ada tergantikan oleh pahala-pahala yang berat. Tentunya sambil tidak melakukan dosa-dosa kembali secara sengaja.
- QS Luqman : 16 – Balasan Amalan Sekecil Apapun
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS : Luqman : 16)
Dalam QS Luqman tersebtu, dapat kita ambil hikmah dan pelajaran bahwa perbuatan yang dilakukan seberat biji sawi pun akan benar-benar Allah membalasnya. Dalam hal ini baik dosa ataupun pahala kita seluruhnya akan Allah berikan balasan. Perbuatan dosa termasuk sekalipun tentunya tidak sama dengan ada jaminan terhapus andaikata perbuatan baik kita masih minim. Termasuk dosa ketika melakukan perzinahan.
Untuk itu Allah menyampaikan bahwa tidak ada satupun perhitungan perilaku yang akan kuput dari pandangan Allah. Perbuatan baik akan dilipatgandakan tentunya akan mengalahkan kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan.
Jika manusia merasa dirinya telah banyak berbuat dosa, maka satu-satunya jalan adalah melakukan kebaikan dan pahala sebaik-baiknya tanpa harus menghitung dan mengingat-nginatnya. Allah yang telah mencatat dan memperhitungkan. Yang bisa kita lakukan adalah melakukan kebaikan dan pahala sebanyak mungkin karena tidak pernah tau sebanyak dan sejauh apa dosa-dosa yang telah kita lakukan.
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar” (QS An-Nisa : 40)
Melakukan Taubatan Nasuha untuk Meminta Ampunan
Taubatan Nasuha artinya adalah taubat yang dilakukan secara bersungguh sungguh dan meminta mapunan dengan serendah-rendahnya kepada Allah SWT. Taubatan Nasuha artinya manusia bertekad untuk tidak melakukan kesalahan dan benar-benar serius untuk memperbaiki amalan yang buruk sebelumnya. Berikut adalah ayat-ayat mengenai taubat dalam Islam.
- Taubat dalam Kondisi Beriman
“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS : Al-A’raf : 153)
Orang beriman adalah ia yang meyakini rukun iman dan mengamalkan rukun islam sebagai pondasi kehidupannya. Orang beriman pun akan merasakan manfaat beriman kepada Allah SWT dalam sepanjang hidupnya. Allah menganpuni dan menerima orang-orang yang telah berbuat kejahatan dengan menghapuskannya asalkan dalam proses pertaubatannya adalah orang-orang yang datang meminta ampun dalam keadaan beriman. Mereka bukan hanya pura-pura beriman atau sekedar gugur kewajiban meminta ampunan sambil tidak bersungguh-sungguh melakukan taubat. Untuk itu butuh taubatan nasuha yaitu taubat yang dilakukan dengan cara bersungguh-sungguh.
- Taubat Karena Kejahiliahan (Khilaf dan Ketidaktahuan)
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS : An-Nisa : 17)
Taubatan nasuha adalah taubat yang bersungguh-sungguh dan melakukan kesalahan bukan karena disengaja melainkan karena khilaf atau ketidak tahuan. Hal itu akan diterima oleh Allah taubatnya asalkan tidak akan dilakukan kembali. Orang yang bertaubat tidak akan mengulangi lagi kesalahannya bahkan ia akan menjauhi segala perbuatannya yang keliru dan membawakan dampak yang buruk.
- Taubat yang tidak dilakukan sebelum Ajal
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS : An-Nisa : 18 )
Taubat yang tidak diterima adalah taubat dalam kondisi dimana manusia sudah menemui ajalnya. Proses tersebut tidak akan diterima oleh Allah karena saat itu manusia sudah habis waktunya dan sudah tidak bisa berbuat apapun lagi.
Agar tidak Terjerembab dalam Dosa Perzinahan
Sebelum akhirnya manusia terjebak dalam dosa perzinahan, maka hal ini harus diwaspadai dan tidak melakukan atau mendekati perbuatannya. Berikut adalah agar kita tidak terjebak pada peilaku perzinahan .
Allah menyatakan di QS Al-Isra 17 bahwa manusia dilarang utnuk mendekati zinah. Artinya mendekati saja tidak boleh apalagi melakukakannya. Menjauhi perbuatan zinah dapat dilakukan dengan tidak mendekatinya sama sekali seperti berduaan dengan lawan jenis, melakukan proses pacaran yang berlebihan sehingga sudah tidak ada batasan dengan lawan jenis, atau membuka aurat di hadapan orang yang bukan muhrimnya.
Untuk itu, Allah selain memberikan perintah untuk menjauhi perzinahan, salah satunya lagi adalah menjaga keduanya (wanita dan laki-laki) dengan perintah untuk menutup aurat. Dan menjaga pergaulan, agar bergaul dalam lingkungan yang sehat dan jauh dari nilai-nilai kebebasan.
Tujuan penciptaan manusia, hakikat penciptaan manusia, sejatinya adalah untuk mengabdi kepada Allah. Agar tidak terjerembab maka melakukan pengondisian dengan lingkungan yang baik dan senantiasa mengingatkan kepada Allah adalah solusi yang baik. Begitupun bisa kita menjauhi perzinahan dengan mendidiknya kepada anak-anak dan generasi penerus. Apalagi di tengah zaman yang sangat bebas dan hedonis, sebagaimana ciri-ciri akhir zaman yang pernah Rasulullah sampaikan. Tentu butuh pendidikan islam yang benar untuk anak-anak. Tentu hakikat pendidikan islam dan tujuan pendidikan adalah membentuk moralitas yang menjauhi dari perzinahan dan pergaulan bebas tanpa batas sebagaimana fungsi agama mengaturnya.