Tujuan penciptaan manusia , tujuan hidup menurut islam, konsep manusia dalam islam dan hakikat penciptaan manusia sejatinya adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. Tidak ada yang boleh melanggar segala bentuk aturan dan tuntunan hidup seperti fungsi agama, fungsi Al-Quran bagi umat manusia.
Namun pada kenyataannya, tidak ada manusia yang benar-benar bersih dan dalam kondisi yang serba suci. Manusia manapun, setinggi apapun ia, tidak akan pernah ada yang lepas dari dosa-dosa. Yang membedakan adalah mana manusia yang mampu melepaskan dosa yang telah dilakukannya dan mana yang terus menerus berada dalam kedosaan sepanjang hidupnya dengan terus mengulang dosanya atau tidak mau meninggalkan dosanya. Dosa yang tak terampuni sekalipun dapat dilakukan atau berpotensi dilakukan oleh manusia seperti syirik dalam islam atau menduakan Allah
Walaupun begitu, Allah adalah Maha Pengampun dan Penerima Taubat. Sebesar dan seberat apapun dosa yang telah manusia lakukan, Allah tetap akan mngampuninya bagi mereka yang taubatan nasuha yaitu bertaubat dengan bersungguh-sungguh.
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa: 31).
Di ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah akan mengampuni, memuliakan dengan surga, dan menghapus kesalahan-kesalahan kita asalkan manusia mau menjauhi dosa-dosa besar. Dosa besar tentu sangat berat dan dilakukan pasti dengan kesadaran. Untuk itu, Allah akan mengampuni asalkan manusia tidak melangkah mendekati perbuatan yang bisa mendekatkan pada dosa-dosa besar.
Pengertian dan Langkah Untuk Taubatan Nasuha
Taubatan Nasuha artina adalah Taubat yang dilakukan secara bersungguh-sungguh, dengan kebulatan tekad, niat, dan menyempurnakannya dengan usaha memperbaiki diri. Tanpa melakukan usaha dan perbaikan diri, maka taubat yang dilakukan bukanlah taubatan nasuha. Ia hanya sekedar untuk meminta ampunan tapi usaha untuk menjauhi perbuatan dosanya tetap dilakukan.
Untuk melakukan taubatan nasuha maka terdapat langkah-langkah yang harus manusia lakukan sebagai usaha membuktikan diri kepada Allah bahwa kita memang benar-benar ingin bertaubat dan menjauhi segala perbuatan keji dan munkar kembali.
- Evaluasi Diri
Evaluasi diri artinya manusia melakukan proses perenungan dan penghayatan dirinya, apa yang salah dan selama ini bernilai dosa dihadapan Allah. Tanpa melakukan proses perenungan dan pengahyatan akan kesalahan diri, maka manusia nantinya tidak akan menemukan apa saja kekeliruan dia selama ini. Untuk itu dibutuhkan proses evaluasi diri yang baik dan mendalam.
Evaluasi diri bukan hanya mengevaluasi atas yang kita sadari salah saja, melainkan mencari-cari apa kesalahan-kesalahan dan dosa yang kita perbuat selama ini agar tidak terjerumus ke dalam jurang yang sama atau melakukannya kembali tanpa sadar.
Proses Evaluasi harus dilakukan secara perenungan diri, agar bisa mendetail menyadari kesalahan dan dosa apa yang telah kita perbuat selama ini. Saat seperti inilah dimana kita bisa menyadari kebenaran dan kesalahan diri, dan hidayah Allah kepada manusia akan mulai turun dan terungkap karena manusia dalam kondisi yang insyaf.
- Mengakui Kesalahan
Mengakui kesalahan adalah awal langkah untuk meminta ampunan kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan artinya adalah kita mengakui atas apa hasil evaluasi diri kita atau apa yang disampaikan orang lain kepada kita, atas perbuatan yang buruk. Tanpa mengakui kesalahan, manusia dalam memohon ampun tidak akan benar-benar melakukannya dengan serendah-rendahnya atau dengan posisi yang benar-benar berserah diri kepada Allah SWT. Untuk itu, pengakuan kesalahan adalah langkah awal untuk melakukan taubatan Nasuha.
- Memperbaiki Kesalahan
Memperbaiki kesalahan adalah hal yang wajib dilakukan manusia ketika sudah menyadari kesalahan atau kekeliruan dalam dirinya. Hal inilah yang membuktikan apakah ia bertaubat dengan sungguh-sungguh atau tidak. Orang yang taubatan nasuha akan melakukan perbaikan, menjauhi kedosaan, dan bersungguh-sungguh untuk terus menjaga perbuatan baiknya. Ia akan berusaha dengan cara meningkat akhlak agar tidak masuk kepada kesesatan jalan hidup.
Orang yang hanya mengakui kesalahan dan tidak memperbaiki keadaan sejatinya dalam posisi yang tidak bersungguh-sungguh bertaubat. Allah menilai bukan hanya dari niat dan ungkapan permohonan taubat kita, namun Allah melihat amalan dan konsistensi perbuatan kita. Maka, kunci dari taubatan nasuha adalah amalan yang diperbaiki dan dilakukan secara konsisten.
- Memohon Ampunan Allah
Meskipun sudah melakukan evaluasi dan perbaikan, manusia tidak bisa sombong mengatakan bahwa taubat nya telah diterima. Untuk itu, manusia tetap harus meminta ampunan Allah setiap saat dan di waktu-waktu berdoa atau shalat kita.
Manusia tidak pernah bisa memastikan kapan ia berdosa dan berpahala, karena perhitungan tersebut hnayalah Allah yang bisa menilainya. Untuk itu, dibutuhkan permohonan ampunan kepada Allah setiap waktu, karena kita tidak bisa terus menerus menyadari kesalahan apa yang telah kita perbuat. Allah Maha Pengampun, maka kapanpun kita meminta ampunan, Allah selalu membukanya dengan luas.
Cara Bertaubat dengan Taubatan Nasuha
Bertaubat dengan taubatan nasuha tentunya tidak asal-asalan dan Allah akan mengampuni jika manusia mengikuti kondisi-kondisi yang Allah syaratkan. Berikut adalah hal-hal yang harus umat islam perhatikan dalam proses taubatan nasuha dan cara taubat nasuha :
- Bertaubat dengan Kondisi Beriman
“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS : Al-A’raf : 153)
Orang yang beriman adalah orang yang senantiasa menjadikan rukun iman dan rukun islam sebagai pondasi hidupnya. Ia pun juga dapat mengetahui dan merasakan manfaat beriman kepada Allah SWT tanpa meragukannya kembali. Untuk itu orang beriman akan senantiasa menjaga dirinya dengan bertaubat dan tidak mau mengulang kesalahan yang terjadi.
Allah menganpuni dan menerima orang-orang yang telah berbuat kejahiliahan dengan menghapuskannya dengan syarat dalam proses pertaubatannya adalah orang-orang yang datang meminta ampun dalam keadaan beriman. Mereka bukan hanya pura-pura beriman melainkan dalam kondisi yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Sedangkan orang-orang yang tidak beriman, tentu belum tentu diterima pertaubatannya karena belum jelas keimanannya disampaikan pada siapa. Itulah fungsi iman kepada Allah SWT yang sering kali manusia lalaikan.
- Bertaubat atas Ketidaktahuan
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS : An-Nisa : 17)
Orang yang bertaubatan nasuha tidak akan mengulangi lagi kesalahannya bahkan ia akan menjauhi segala perbuatannya yang keliru dan membawakan dampak yang buruk. Taubatan nasuha adalah taubat yang bersungguh-sungguh dan melakukan kesalahan bukan karena disengaja melainkan karena khilaf atau ketidak tahuan. Hal itu dikarenakan orang beriman tidak akan melaksanakan hal-hal yang dilarang Allah secara sengaja. Ia akan diterima oleh Allah taubatnya asalkan tidak akan dilakukan kembali.
- Bertaubat Sebelum Ajal
Orang yang bertaubat sebelum ajal datang tidak akan bisa diterima oleh Allah karena sudah habis masa berlaku hidupnya sedangkan ia baru menyadari semuanya ketika ajal mejemput maka tidak akan ada waktu lagi pembuktian diri akan kesungguhan taubatnya. Hal ini karena kita tidak tahu kapan kita akan menemui kematian. Sedangkan kematian yang dalam kondisi buruk adalah salah satu penyebab hati gelisah menurut islam.
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS : An-Nisa : 18 )