Hikmah dari Pandemi Virus Corona yang Perlu diketahui

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Akhir 2019 lalu, dunia dikejutkan dengan merebaknya infeksi dari virus corona jenis terbaru di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat Tiongkok.

Ilmuwan dan medis lalu melakukan penelusuran asal edar virus ini. Ternyata, virus ini berasal dari virus corona pada kelelawar yang menular ke trenggiling dan tertularkan pada manusia. Ketiga organisme ini bertemu di Pasar Hewan Huanan, Kota Wuhan.

Hingga kini, banyak negara di dunia yang sedang bertarung mati-matian demi menekan penyebaran virus ini, termasuk Indonesia.

Data per Maret 2020 menyebutkan bahwa kasus Indonesia sudah mencapai 1000 kasus dengan jumlah kematian lebih dari 80 orang.

Allah tidak akan menetapkan suatu kejadian dengan sia-sia. Lantas, apa saja hikmah di balik wabah Coronavirus ini?

1. Allah SWT Mengingatkan Kita Akan KuasaNya

Jangankan memahami virus Corona, apa itu virus saja mungkin kita tak bisa menjawabnya.

Itulah salah satu bukti bahwa ilmu kita sangat sedikit, ibarat setetes tinta di laut, mengenai kuasa Allah.

Dalam menangani virus ini, ilmuwan dan medis bersatu padu mengumpulkan data sembari menyembuhkan penderitanya. Setiap hari tenaga medis berpacu dengan perkembangan virus ini di tubuh penderita dan masyarakat.

Tak jarang, berbagai hal yang mereka hadapi justru menjadi penyebab menurunnya kinerja sistem imun sehingga mereka dapat terinfeksi.

Pada tahap awal, ilmuwan mengidentifikasi jenis virus ini, kehidupannya, dan apa saja titik-titik lemah virus ini.

Mereka juga, hingga detik ini masih melakukan uji klinis sebagai rangkaian produksi vaksin.

Seluruh geliat keilmuan yang dilakukan dua profesi ini menghasilkan banyak sekali informasi yang dipakai dalam langkah preventif dan kuratif pandemi ini.

Tapi sedikit sekali yang masih kita dan mereka ketahui. Dua profesi ini menjelajah dunia Corona dari apa yang terlihat, sedangkan pengetahuan Allah meliputi segala hal yang pasti dari masa lalu hingga kini.

Misalkan, dalam hal awal penyebaran virus Corona. Hingga detik ini manusia masih belum dapat mengatakan secara pasti detail cara virus ini bisa berjalan dari tubuh kelelawar ke tubuh trenggiling hingga akhirnya ke tubuh manusia.

Fakta yang muncul masih berupa hipotesis (dugaan ilmiah) yang telah terbukti. Tapi kita belum tahu proses detil apa yang terjadi.

Atau dalam hal penemuan vaksin corona. Hingga detik ini, Allah masih belum mengizinkan produksi vaksin tersebut secara massal karena masih harus menjalani tahap uji klinis.

Bisa saja sesungguhnya vaksin tersebut menurut pengamatan Allah sudah siap tempur, tapi karena minimnya penglihatan dan pengetahuan kita sebagai manusia, uji klinis menjadi sangat penting demi memastikan vaksin tersebut benar-benar aman.

Sementara vaksin tersebut selesai diproduksi, Allah menitipkan ilham pengetahuan kepada ilmuwan dan tenaga medis bahwa manusia bisa menolong kerja imunnya dengan memakan sayur, buah, rempah, menjaga istirahat dan rasa stress, serta berolahraga dan berjemur beberapa saat di bawah matahari.

Kenyataan bahwa setiap sakit ada obatnya ini merupakan salah satu bentuk kekuasaan Allah dalam diri kita sendiri.

Sesuai dengan ayat di bawah ini,

سَنُرِيهِمۡ ءَايَٰتِنَا فِي ٱلۡأٓفَاقِ وَفِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّۗ أَوَ لَمۡ يَكۡفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ شَهِيدٌ ٥٣

“Akan Kami perlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, hingga jelaslah bagi mereka bahwa (apa yang dikandung) al-Qur’an itu adalah benar. Apakah tidak cukup bagimu bahwasanya Rabbmu menyaksikan segala sesuatu?” (Fushshilat: 53)

2. Muhasabah Diri Bahwa Kita adalah Makhluk yang Lemah

Setinggi apapun pengetahuan ilmuwan, sekuat apapun usaha medis, setiap hari masih ada saja kasus baru dan kasus kematian baru.

Tanpa mengurangi rasa hormat pada dua profesi kemanusiaan tersebut, kita memang tak bisa memungkiri bahwa kita adalah makhluk yang lemah.

Detik ini mungkin satu orang sembuh, tapi di luar sana puluhan hingga ratusan orang terinfeksi atau menemui ajalnya.

Satu bersin yang mengandung virus Corona bisa menginfeksi orang-orang dalam radius satu meter dari penderita.

Bahkan kita tak dapat mengetahui secara instan siapa, kapan, dan dimana Ia terinfeksi.

Mungkin detik ini sesungguhnya kita telah terinfeksi. Namun atas izin Allah, sistem imun (yang bagi kita kerjaannya detik ini adalah gaib walau sudah ada pengetahuan mengenai itu) kita mampu mengatasi infeksi tersebut.

Virus ini membuat kita sadar betapa kuatnya kita saat memberi manfaat pada orang lain, tapi seringkali tak sadar apa yang terjadi pada diri sendiri. Kita adalah makhluk yang lemah, namun jangan menyerah menjadi hamba yang kuat dalam beribadah dan menunaikan kewajiban terhadap sesama.

3. Muhasabah Level Keimanan Kepada Allah

Pandemi corona ini memang menjadi tamparan keras bagi kita yang masih memiliki kedudukan hati terhadap dunia.

Bagaimanapun keberadaan musibah dan cobaan adalah pengingat bahwa kita akan segera mati, dimanapun, kapanpun. Tapi yang menjadi masalah adalah, mati dalam kondisi apa?

Keberadaan pandemi ini efektif menguji kesiapan menghadapi musibah dan mempersiapkan kematian.

Kadar keduanya ditentukan oleh seberapa besar iman kita kepada Allah dan seberapa positif kita memandang ketetapan Allah.

Apakah kita memandang bahwa Allah sedang berusaha memuliakan kita atau justru menghinakan kita? Pandangan terbaik adalah prasangka baik kepada Allah.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]

Saat menghadapi musibah, biasanya ada empat tipe respon yang dikeluarkan manusia menurut Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah .

  • Mengeluh
    Jika Anda sering mengeluh, mengumpat, bahkan melaknat sumber cobaan, mungkin hati Anda jauh dari keridhaan pada Allah akibat iman yang bermasalah. Mari evaluasi diri dan coba bersabar, ya.
  • Bersabar
    Jika ada SOP untuk menghadapi masalah, ini adalah SOP paling dasar yang wajib dimiliki seorang muslim. Bersabarlah seperti sabarnya orang sholeh, yaitu dengan menahan diri untuk mengumpat, berbuat maksiat, dan bersabar dalam melaksanakan perintah dan larangan dengan patuh, termasuk yang berasal dari medis dan ulama.
  • Meridhoi
    Bedanya dengan bersabar adalah adanya pernyataan keridhaan dan kelapangan dada saat menerima masalah. Sikap ‘ya sudah, tidak apa-apa’ yang dibarengi dengan penerimaan penuh cinta kepada Allah.
  • Bersyukur
    Tak biasanya seseorang bersyukur saat diuji. Alhamdulillah ‘alaa kulli haal (Segala puji bagi Allah dalam segala hal) merupakan prinsip mereka. Malah kadang mereka minta diuji agar tetap dekat dengan Allah. Sanggupkah Anda menjadi seperti ini?

Agar Anda bersemangat untuk meningkatkan kualitas Anda menghadapi masalah, simaklah hadits berikut ini.

Dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari Shuhaib berkata; Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR: Muslim)

Pandemi juga sukses menguji kecintaan kita kepada sesama manusia. Tentu Anda ingat hadits yang terkenal ini,

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45)

Jadi, sedari awal virus ini merebak, sudah berapa banyak manusia yang Anda bantu?

Sudah berapa banyak postingan media sosial yang valid yang sudah Anda sebarkan?

Berapa masker dan bahan sembako yang telah Anda bagikan? Atau jangan-jangan Anda malah menumpuknya.

Segera bagikan agar saudara-saudara Anda dapat merasakan indahnya beribadah di bulan Ramadhan, apalagi jika pandemi corona ini selesai lebih cepat.

4. Merangsang Alim dan Ulama Bersatu dalam Mujtahid

Tak dapat dipungkiri, pandemi Corona saat ini juga menoreh dampak pada kehidupan umat Islam.

Demi memberikan panduan terbaik bagi seluruh umat Islam Indonesia, Majelis Ulama Indonesia melahirkan berbagai fatwa yang diciptakan melalui berbagai sidang dan diskusi dengan kalangan alim atau ilmuwan.

Ulama mungkin tidak memiliki banyak pengetahuan terkait virus Corona dan infeksinya, namun ulama kaya dengan berbagai ilmu agama seperti ilmu tafsir, hadits, dan fiqh.

Kebalikan dengan ilmuwan, mungkin pengetahuan agamanya kurang namun sangat menguasai seluk beluk virus corona.

Sinergi antara alim dan ulama menciptakan fatwa yang bermanfaat bagi manusia.

Hal ini menjadi salah satu keindahan intelektualitas Islam yang nilai-nilainya harus kita terapkan dalam berbagai sendi kehidupan: musyawarah, fastabiqul khairat, dan mempedomani Al-Qur’an dan hadits menggunakan segenap hati, jiwa, dan akal.

Keindahan proses ini termaktub dalam QS Al-Baqarah, dimana baik ulama dan ilmuwan merupakan orang-orang yang Allah berkahi dengan kemampuan berpikir yang baik.

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلْفُلْكِ ٱلَّتِى تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٍ فَأَحْيَا بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ ٱلرِّيَٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلْمُسَخَّرِ بَيْنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS: al-Baqarah: 164).

5. Menguji Ego Diri dan Ketaatan pada Ulama

Tatkala fatwa MUI terkait pelaksanaan ibadah di kala pandemi coronavirus terjadi, berbagai reaksi muncul di kalangan masyarakat.

Ada yang menyatakan bahwa tak sepantasnya orang beriman takut kepada wabah corona.

Tetap saja datangi masjid dan adakan doa bersama untuk mencegah penyebaran virus tersebut.

Ada pula kalangan yang melaknat virus ini, dengan mengatakan bahwa Ia memutus dari Rahmat Allah.

Ada pula kalangan yang mulai hilang kepercayaannya pada majelis ulama karena dianggap pro pemerintah yang mungkin tidak mereka sukai.

Kita mesti sadari bahwa majelis ulama tidak mengeluarkan fatwa dengan sia-sia.

Semua fatwa yang ditetapkan MUI bertujuan demi kemaslahatan umat Islam bersama.

Insya Allah setiap fatwa yang keluar sudah mempertimbangkan aspek dalil, sains, dan realitanya walau pada saat ini sumber hukum bisa berasal dari maqashid syariah, bukan hadits.

Ulama sebagai pemimpin kita dan pewaris para nabi, seyogyanya adalah orang-orang bijak.

Memang masih banyak di lapangan ulama yang tidak bijak, berbicara mengenai coronavirus dengan fakta dan data yang salah.

Akan tetapi percayalah, majelis ulama Indonesia dalam ijtihadnya akan melibatkan sektor terkait agar keputusan yang diambil dapat menyelamatkan pelaksanaan syariat dan diri umat Islam Indonesia.

Ketika perintah diturunkan, apakah Anda langsung tunduk dan patuh secara ikhlas walau tak dapat shalat berjamaah dan mengikuti tabligh Akbar untuk sementara waktu?

Walau berat percayalah, Allah takkan sia-sia dan suatu saat nanti, insya Allah vaksin coronavirus ditemukan dan semua normal kembali.

Selain ego yang menantang mengikuti ulama, ego yang juga diuji adalah ego untuk tetap peduli sesama di kala wabah menyerang.

Perintah work from home sudah dicanangkan, namun ada banyak sekali profesi dan tingkatan masyarakat yang tak punya pilihan lain selain tetap bekerja.

Tenaga medis, kurir pengantar barang, tukang ojek, tukang parkir, hingga pengusaha makanan tak dapat menolak untuk bekerja dari rumah. Terkait fakta tersebut, seberapa besar Anda peduli pada mereka?

Tak usah buru-buru mengevaluasi kedermawanan Anda atau kepedulian yang dituliskan lewat media sosial.

Kepedulian Anda dapat diperiksa dengan seberapa tanggap Anda menghindarkan batuk, bersin, atau meludah di sembarang tempat?

Terkadang sahabat jalanan kita tidak menggunakan pelindung diri yang memadai.

Tak semua mereka paham cara menjaga higienitas diri dengan baik. Lindungi mereka dengan cara tersebut.

Jika Anda memang sedang sakit, jangan ikuti ego Anda untuk keluar rumah.

Mungkin Anda tidak terkena atau tidak menularkan Corona, tapi bisa jadi anda telah menurunkan kinerja sistem imun orang lain karena bersin atau batuk anda.

Langkah kecil ini bisa meningkatkan kebermanfaatan Anda bagi orang lain, dalam rangka mewujudkan hadits,

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

fbWhatsappTwitterLinkedIn