Indera keenam adalah alat indera yang berfungsi untuk menangkap informasi yang ada di sekitar yang tidak mampu ditangkap oleh panca indera. Indera keenam ini dalam bahasa Inggris disebut dengan sixth sense.
Dalam psikologi, indera keenam disebut juga dengan istilah extra sensory perception (ESP) yang berarti kemampuan alat indera untuk menerima informasi yang tidak dapat ditangkap dengan alat indera biasa.
Adapun dalam agama Islam, indera keenam ini diistilahkan dengan al-istisyfaf atau penerawangan yakni melihat berbagai macam hal yang tidak mampu dijangkau oleh alat indera lainnya. Istilah lain adalah kasyfu.
Bagaimana Islam memandang hal ini?
Sejatinya indera keenam adalah kenyataan yang memang ada. Islam pun memahami hal ini.
Para ahli pun berupaya menjelaskan fenomena ini secara logis dan ilmiah melalui serangkaian penelitian yang dilakukan.
Dari beberapa hasil studi yang telah dilakukan oleh para ahli, indera keenam berhubungan dengan beberapa hal seperti kemampuan otak, genetika, kepekaan pikiran, dan memori.
Karena faktor-faktor itulah, mereka yang memiliki indera keenam kerap disebut-sebut dapat melihat jin, memprediksi masa depan, melihat masa lalu, dan lain-lain.
Terkait dengan hal ini, Allah berfirman dalam surat An-Naml ayat 65 sebagai berikut.
“Katakanlah : “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS. An-Naml : 65)
Dalam surat Al-Jin ayat 26-27 Allah juga berfirman,
“Dia adalah Tuhan yang mengetahui yang ghaib, dan Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Al-Jin : 26-27)
Terkait dengan kemampuan melihat jin, Allah berfirman,
“Sesungguhnya dia (iblis) dan kabilahnya (semua jin) bisa melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf : 27)
Ayat di atas menunjukkan bahwa sifat asli jin adalah tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Namun, jin dapat memperlihatkan dirinya kepada manusia dalam wujud yang lain.
Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari mengatatakan,
“Jin terkadang menjelma dengan berbagai bentuk sehingga memungkinkan bagi manusia untuk melihatnya. Firman Allah Ta’ala, ‘Sesungguhnya iblis dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka,’ khusus pada kondisi aslinya sebagaimana dia diciptakan.” (Fathul Bari)
Karena itulah, orang yang memiliki indera keenam disebut-sebut mampu melihat jin. Padahal, jin-lah yang mengubah wujud dirinya sehingga dapat dilihat orang yang memiliki indera keenam.
Harus dipahami pula bahwa jin adalah salah satu perkara ghaib. Untuk itu, sebagai umat muslim harus mengembalikannya pada Al Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber syariat Islam.
Disimpulkan bahwa indera keenam merupakan kenyataan yang ada. Namun jangan sampai hal tersebut menjadi jalan rusaknya akidah.
Untuk itu, orang yang memiliki indera keenam sebaiknya selalu bertaqarrub kepada Allah dan memohon kepada Allah agar senantiasa menguatkan imannya.