Salah satu rukun iman yang ada dalam ajaran Islam adalah iman kepada hari akhir. Di hari akhir, setiap manusia akan mendapatkan balasan atas segala perbuatannya di dunia. Bagi manusia yang mempunyai banyak amalan, maka ia pun akan masuk ke dalam surga. Dalam surga tersebut terdapat sebuah telaga yang sangat dirindukan dan diinginkan oleh setiap penghuni surga. Nama telaga itu adalah telaga Al Kautsar.
Allah SWT juga telah menjelaskan mengenai keistimewaan telaga Al Kautsar yang diberikan kepada Rasulullah saw ini dalam Al-Quran.
{إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ} [الكوثر: 1-3]،
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” [Quran Al-Kautsar: 1-3].
Telaga ini merupakan salah satu kenikmatan yang diberikan Allah kepada Rasulullah di dalam surga. Salah satu keistimewaan telaga Al Kautsar ini adalah bisa membuat siapa saja yang meneguk airnya tidak akan pernah merasakan haus untuk selamanya.
Diriwayatkan dari al-Bukhari dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَيْنَمَا أَنَا أَسِيرُ فِي الجَنَّةِ، إِذَا أَنَا بِنَهَرٍ، حَافَتَاهُ قِبَابُ الدُّرِّ المُجَوَّفِ، قُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الكَوْثَرُ، الَّذِي أَعْطَاكَ رَبُّكَ. فَإِذَا طِينُهُ -أَوْ طِيبُهُ- مِسْكٌ أَذْفَ
““Ketika kami berjalan di surga, tiba-tiba ada sungai yang pinggirnya berupa kubah dari mutiara berongga. Aku bertanya, ‘Apa ini, wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Inilah al-kautsar yang Allah Ta’ala berikan untukmu.’ Ternyata tanahnya atau bau wanginya terbuat dari minyak misk adzfar.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, 6210).
Baca juga:
- Fadhilah Sholawat
- Fadhilah Bismillah
- Amalan penghapus Dosa Zina
- Penyebab Doa Tidak Dikabulkan Allah SWT
- Manfaat Shalawat Nariyah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُعْطِيتُ الْكَوْثَرَ، فَإِذَا هُوَ نَهَرٌ يَجْرِي، وَلَمْ يُشَقَّ شَقًّا، فَإِذَا حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ، فَضَرَبْتُ بِيَدِي إِلَى تُرْبَتِهِ، فَإِذَا مِسْكَةٌ ذَفِرَةٌ، وَإِذَا حَصَاهُ اللُّؤْلُؤُ
“Aku diberikan al-Kautsar. Ternyata ia adalah sungai yang mengalir. Sungainya tidak dalam. Kedua tepinya adalah kubah-kubah dari mutiara. Aku menyentuhkan tanganku ke tanahnya, dan ternyata ia seharum minyak kesturi yang sangat harum baunya, dan ternyata batu-batu kerikilnya dari mutiara.” (HR. Ahmad 13603).
Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dengan sanad yang shahih dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الكَوْثَرُ نَهْرٌ فِي الجَنَّةِ، حَافَّتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ، وَمَجْرَاهُ عَلَى الدُّرِّ وَاليَاقُوتِ، تُرْبَتُهُ أَطْيَبُ مِنَ المِسْكِ، وَمَاؤُهُ أَحْلَى مِنَ العَسَلِ، وَأَبْيَضُ مِنَ الثَّلْجِ
“Al-Kautsar adalah sebuah sungai di dalam surga yang kedua tepinya dari emas. Airnya mengalir di atas mutiara. Tanahnya lebih wangi dari misk. Airnya lebih manis dari madu. Dan warnanya lebih putih dari salju.” (HR. at-Turmudzi 3361).
Dalam Musnad Imam Ahmad terdapat sebuah hadits shahih dari Anas radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُعْطِيتُ الْكَوْثَرَ، فَإِذَا هُوَ نَهَرٌ يَجْرِي كَذَا عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ، حَافَّتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ، لَيْسَ مَشقُوقًا، فَضَرَبْتُ بِيَدِي إِلَى تُرْبَتِهِ، فَإِذَا مِسْكَةٌ ذَفِرَةٌ، وَإِذَا حَصَاهُ اللُّؤْلُؤُ
“Diberikan padaku al-Kautsar. Ia adalah sebuah sungai yang mengalir seperti sungai di bumi. Kedua tepinya terdapat kemah-kemah yang tersusun dari mutiara. Tidak dalam sungainya. Aku menapakkan tanganku ke tanahnya, ternyata (seharum) misiknya yang sangat wangi. Dan ternyata kerikilnya adalah mutiara.” (HR. Ahmad 12564).
Baca juga:
- hukum sholat jumat bagi wanita
- hukum meninggalkan shalat jumat
- hukum menggambar makhluk hidup
- hukum perceraian dalam islam
- hukum mencium kaki ibu dalam islam
- hukum aqiqah dalam islam
Dalam sebuah riwayat al-Bukhari dari Abu Ubaidah yang bertanya kepada Aisyah, tentang firman Allah:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”
Beliau menjawab,
نَهَرٌ أُعْطِيَهُ نَبِيُّكُمْ صلى الله عليه وسلم، شَاطِئَاهُ عَلَيْهِ دُرٌّ مُجَوَّفٌ، آنِيَتُهُ كَعَدَدِ النُّجُومِ
“Sebuah sungai yang diberikan kepada nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kedua tepinya terdapat kemah dari mutiara yang berongga. Banyak wadah minumnya sebanyak bintang-bintang di langit.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir 4681).
Dalam riwayat al-Bukhari dari Nas radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
لَمَّا عُرِجَ بِالنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم إِلَى السَّمَاءِ، قَالَ: “أَتَيْتُ عَلَى نَهَرٍ، حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ مُجَوَّفًا، فَقُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الكَوْثَ
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dimi’rajkan ke langit. Beliau berkisah, ‘Aku mendatangi sebuha sungai. Kedua tepinya adalah kubah-kubah dari mutiara yang berongga’. Aku bertanya, ‘Jibril, apa ini?’ Ia menjawab, ‘Ini adalah al-Kautsar’.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir, 4680).
Baca juga:
- Dosa yang Tak Terampuni
- Sumpah Pocong Dalam Islam
- Penyebab Terhalangnya Jodoh dalam Islam
- Cara Menghindari Pelet Menurut Islam
- hukum akad nikah di bulan ramadhan
Dalam riwayat lain terdapat sedikit perbedaan lafadz, dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia membaca ayat:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“إِنَّ حَوْضِي أَبْعَدُ مِنْ أَيْلَةَ مِنْ عَدَنٍ لَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ الثَّلْجِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ بِاللَّبَنِ، وَلآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ النُّجُومِ وَإِنِّي لأَصُدُّ النَّاسَ عَنْهُ، كَمَا يَصُدُّ الرَّجُلُ إِبِلَ النَّاسِ عَنْ حَوْضِهِ”، قالوا: يا رسول الله أتعرُفنا يومئذٍ؟ قال: “نَعَمْ لَكُمْ سِيمَا لَيْسَتْ لأَحَدٍ مِنَ الأُمَمِ تَرِدُونَ عَلَيَّ غُرًّا، مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ
“Sesungguhnya telagaku lebih luas dibanding jarak antara Ailah (terletak di perbatasan antara Mesir dan Syam/Palestina) dengan kota Aden (Yaman). Telagaku lebih putih dibanding salju. Lebih manis dibanding madu yang dicampur dengan susu. Bejananya lebih banyak dibanding jumlahnya bintang. Dan aku akan menghalang-halangi orang lain, layaknya seseorang yang menghalang-halangi onta orang lain (agar tidak minum) dari telaganya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah kala itu engkau dapat mengenali kami?” Beliau menjawab, “Ya, kalian memiliki pertanda yang tidak dimiliki oleh siapapun dari umat-umat lain. Kalian datang kepadaku dalam keadaan dahi, kedua tangan dan kedua kaki kalian bercahaya dari bekas berwudhu.” (HR. Muslim dalam Kitab ath-Thaharah, 247).
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan sanad yang shahih dari Tsauban radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
حَوْضِي مِنْ عَدَنَ إِلَى عَمَّانَ البَلْقَاءِ، مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنَ العَسَلِ، وَأَكْوَابُهُ عَدَدُ نُجُومِ السَّمَاءِ، مَنْ شَرِبَ مِنْهُ شَرْبَةً لَمْ يَظْمَأْ بَعْدَهَا أَبَدًا، أَوَّلُ النَّاسِ وُرُودًا عَلَيْهِ فُقَرَاءُ المُهَاجِرِينَ، الشُّعْثُ (المتفرِّقُو الشعر) رُءُوسًا، الدُّنْسُ (الوسخ) ثِيَابًا، الَّذِينَ لاَ يَنْكِحُونَ المُتَنَعِّمَاتِ، وَلاَ تُفْتَحُ لَهُمُ أَبْوَابُ السُّدَدِ
“Luasnya telagaku adalah seluas antara Aden sampai Oman al-Balqa’. Airnya lebih putih dari air susu. Lebih manis dari madu. Dan cangkir-cangkirnya sebanyak bilangan bintang di langit. Barangsiapa yang minum satu tegukan air darinya niscaya setelah itu tidak akan merasa haus selamanya. Orang pertama yang mengunjunginya adalah orang orang fakir dari sahabat muhajirin. Yang rambut kepalanya acak-acakan. Pakaiannya kumal dan mereka mereka yang tidak menikahi wanita-wanita yang hidup dalam kemewahan. Dan orang yang tidak dibukakan pintu (apabila bertamu atau mengetuk pintu rumah orang).” (HR. at-Turmudzi 2444 dan Ahmad 22421. Syu’aib al-Arnauth mengatakan, “Hadits ini shahih tanpa lafadz ‘Orang pertama yang mengunjunginya adalah orang orang fakir dari sahabat muhajirin.. sampai akhir hadits. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Turmudzi 2/584-585).
Baca juga:
- Penyebab Hati Gelisah Menurut Islam
- Hukum Wanita Haid Ziarah Kubur
- Cara Taubat Nasuha
- Hukum Ziarah Kubur Saat Hari Raya
- Fadhilah di Bulan Muharram
- Siksa Neraka Bagi Wanita
Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dengan sanad yang shahih, Abu Dzar al-Ghifari radhiallahu ‘anhu berkata,
يا رسول الله ما آنِيَةُ الحَوْضِ؟ قال: “وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ نُجُومِ السَّمَاءِ وَكَوَاكِبِهَا فِي لَيْلَةٍ مُظْلِمَةٍ مُصْحِيَةٍ مِنْ آنِيَةِ الجَنَّةِ، مَنْ شَرِبَ مِنْهَا شَرْبَةً لَمْ يَظْمَأْ، آخِرَ مَا عَلَيْهِ عَرْضُهُ مِثْلُ طُولِهِ مَا بَيْنَ عُمَانَ إِلَى أَيْلَةَ مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنَ العَسَلِ”
“Aku pernah bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah ada gelas-gelas di dalam telaga surga?’ Beliau menjawab, ‘Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh gelas-gelasnya sebanyak bilangan bintang-bintang di langit pada malam yang gelap gulita. Itulah gelas-gelas di surga. Barangsiapa yang minum air telaga tersebut, ia tidak akan merasa haus selamanya. Lebarnya sama dengan panjangnya, yaitu seukuran antara Oman dan Ailah. Airnya lebih putih dari pada susu dan rasanya lebih manis dari pada manisnya madu.” (HR. at-Turmudzi dalam Kitab Sifat al-Qiyam ar-Raqa-iq wa al-Wara’, Sifat Awani al-Haudh 2445. Ahmad 21365. Syu’aib al-Arnauth mengomentari sanadnya shahih berdasarkan syarat Muslim. Dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan at-Turmudzi, 2/585).
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ، وَزَوَايَاهُ سَوَاءٌ، وَمَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ الْوَرِقِ، وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ، وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ، فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلاَ يَظْمَأُ بَعْدَهُ أَبَدًا
“Telagaku (sejauh) perjalanan sebulan. Ujung-ujungnya sama. Airnya lebih putih daripada perak. Aromanya lebih wangi daripada kesturi. Dan mengkuk-mangkuknya seperti (jumlah) bintang-bintang langit. Barang-siapa yang minum darinya maka tidak akan kehausan selamanya.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq 6208 dan Muslim dalam Kitab al-Fadha-il 2292. Dan ini lafadz Muslim).