Bulan dan bintang kedua-duanya merupakan makhluk Allah SWT. Jika dikaitkan dengan aspek yang ada kaitannya dengan kehidupan manusia, maka bintang itu dalam Islam dijadikan sebagai penunjuk jalan. Terutama pada masa sebelum berkembangnya teknologi, pada zaman dulu, orang-orang senantiasa memanfaatkan bintang sebagai penunjuk jalan.
Adapun dengan bulan, bulan dalam agama Islam itu dijadikan manusia sebagai alat untuk membantu penunjuk hari. Jika ada perubahan bentuk dari bulan maka itu pertanda perubahan bulan dalam sistem penanggalan. Jadi, kedua makhluk Allah ini, yakni bulan dan bintang ini sebenarnya saling berkaitan.
Adapun di dalam Al-Qur’an mengenai bulan dan bintang yaitu,
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.” Dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari atasnya, tetapi kebajikan adalah (kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (Al-Baqarah: 189)
“Dan Dia menciptakan tanda-tanda penunjuk jalan.Dan dengan bintang-bintang mereka mendapatkan petunjuk.” (An-Nahl: 16)
Akan tetapi, selain digunakan sebagai suatu sarana untuk dijadikan sebagai penunjuk dalam kehidupan dan bintang? Inilah alasan mengapa bulan dan bintang dijadikan simbol yang identik dengan agama Islam. Di antaranya ada beberapa alasan, yakni sebagai berikut:
1. Sebagai Bentuk Kebanggaan pada Masa Emas Islam
Kita tahu bahwa Islam telah banyak sekali mencapai masa keemasan, seperti halnya pada masa Kekaisaran Turki Utsmani. Dan Kekaisaran ini mencapai masa keemasan Islam yakni dengan dibuktikannya, wilayah kekuasaan dari agama Islam sangat luas pada masa pemerintahan Kekaisaran Turki Utsmani.
2. Sebagai Pembeda dan Pemersatu
Agama Islam bukanlah agama yang tertutup terhadap perkembangan dunia. Bahkan agama Islam itu sendiri sangat terbuka pada perkembangan dunia. Bulan sabit menjadi pembeda diantara semua agama.
Dan bulan sabit ini bukan hanya sebagai pembeda tetapi juga menjadi pemersatu negara negara yang rakyatnya beragama islam, atau menjadi ciri dari ukhuwah Islamiyah.
3. Bukan Syariat namun Banyak Kemaslahatan
Menjadikan bulan dan bintang memang bukan bagian dari syariat Islam dan tidak ada dalil untuk menggunakan simbol tersebut. Bulan dan bintang menjadi simbol yang melambangkan perjuangan islam selama ini yang menjadi masif dan menjadi simbol resmi saat era Turki Utsmani.
Simbol ini pertama kali digunakan dalam institut politik. Politik itu merupakan bagian dari muamalah sehingga tidak ada larangan untuk menggunakan simbol bulan bintang tersebut. Selama tidak ada dalil yang melarang. Justru dengan adanya simbol tersebut banyak mendatangkan kemaslahatan di antaranya menjadi pembeda dan identitas agama Islam.
4. Dimaknai dengan Filosofi yang Mendalam
Setelah digunakan sebagai sesuatu yang menjadi identitas agama Islam, simbol bulan dan bintang memiliki silosofi yang mendalam. Ada banyak yang menafsirkan filosofi tentang simbol bulan bintang. Namun yang tahu sebenarnya bagaimana filosofi dari simbol bulan bintang adalah pencetusnya.
Pencetusnya adalah Sultan Muhammad II Al-Fatih. Simbol bulan itu menggambarkan 3 benua yang sudah menjadi wilayah Islam. Ujung satu ada di Asia bagian timur, ujung lainnya di Afrika dan di tengah nya Eropa. Sementara simbol bintang menjadi posisi ibu kotanya, yakni Istanbul.
Filosofi lainnya juga ada yang menjelaskan bahwa bulan itu sebagai penunjuk bulan baru, maka hal ini memiliki makna, orang muslim harus selalu memperbarui setiap harinya menjadi hari yang lebih baik lagi dari hari sebelumnya. Sedangkan bintang dengan sudutnya yang lima, menggambarkan rukun Islam yang jumlahnya ada lima.
5. Nama Surat dalam Al-Qur’an
Nama bulan dan bintang dalam bahasa Arab yakni Al-Qamar dan An-Najm yang dijadikan sebagai salah satu dari nama-nama surah dalam Al-Qur’an. Yang artinya, bahwa bulan dan bintang memiliki banyak hikmah yang dijadikan sebagai pelajaran dalam kehidupan manusia.