Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda: “Hari tasyrik adalah hari makan minum dan selalu mengingat Allah” (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i). Apa sebenarnya arti hari tasyrik? Apa prioritasnya? Hari Tasyrik adalah 3 hari setelah Idul Adha (10 Dzulhijjah), jadi hari ini setiap tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
Pada hari-hari ini, umat Islam yang melakukan ziarah melempar jumra di Mina. Sedangkan bagi yang tidak berangkat haji, mereka merayakan Idul Adha di tempat masing-masing. Selama tiga hari tersebut, Rasulullah SAW melarang umatnya berpuasa.
Allah SWT berfirman,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“Ingatlah Allah di hari-hari yang terbilang.” (QS. Al-Baqarah: 203).
Yang dimaksud dengan “hari-hari yang terbilang” adalah tiga hari setelah Idul Adha, yaitu hari tasyrik. Ini merupakan pendapat Ibnu Umar dan mayoritas ulama. Sementara Ibnu Abbas dan Atha berpendapat bahwa “hari-hari yang terbilang” jumlahnya empat hari; Idul Adha dan 3 hari setelahnya. (Lathaiful Ma’arif, Hal. 314).
Allah Ta’ala mengistimewakan hari tasyrik, dengan Allah jadikan hari ini sebagai waktu istimewa untuk berdzikir. Sehingga Allah perintahkan kaum muslimin untuk memperbanyak dzikir di hari ini.
Menurut riwayat Abu Huraira, Nabi mengutus Abdullah bin Hudza’efa untuk mengelilingi kota Mina (tempat para peziarah berada saat itu) dan bersabda:
“Jangan berpuasa hari ini karena hari itu adalah hari untuk makan, minum, dan mengingat Allah.”
Hikmah dari larangan puasa adalah hewan kurban masih boleh disembelih sebelum tanggal 13 Dzulhijjah, kemudian tetap berhubungan dan makan serta merayakan bersama. Hari Tasyrik merupakan hari yang perlu kita peringati terutama karena dalam hadits Abdullah Bin Qurth, Rasulullah SAW bersabda:
“Hari yang paling mulia di sisi Allah adalah hari kurban (Idul Adha) dan kemudian hari al-qarr.” – HR Abu Dawud 1765, Sahih Al-Albani).
Hari al-qarr artinya, sehari setelah hari kurban.
Sejarah Hari Tasyrik
Presiden Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Prof Ahmed Satori Ismail, mengutip Republika.co.id mengatakan bahwa hari tasyrik berasal dari kata syaraqa, yang berarti matahari terbit, yang memiliki arti yang sama dengan matahari atau matahari. Selama tiga hari tersebut, konon pada masa awal masyarakat Arab Islam, mereka mengiris daging hewan kurban dan menjemurnya di bawah terik matahari agar tahan lama, biasanya terbuat dari dendeng sapi.
Menurut Prof. Ahmed Satori Ismail, bagi seluruh umat Islam, hari tasyriq merupakan kesempatan untuk mengurus fakir miskin dan umat Islam lainnya untuk menyembelih Qurban hingga sore tanggal 13 Zulhijah.
Karena umat Islam mengekspresikan keprihatinan mereka. Oleh karena itu, hari tasyrik merupakan kesempatan untuk membagikan daging kurban kepada fakir miskin, sehingga selama tiga hari dari 11 Dzulhijah hingga 13 Dzulhijah, umat Islam melarang puasa apa pun, termasuk mengubah puasa wajib.
Saking mulianya hari Tasyrik, ada beberapa amalan yang dianjurkan oleh para ulama. Dan berikut beberapa amalan yang dianjurkan :
Pertama, anjuran memperbanyak berdzikir
Allah berfirman,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“Ingatlah Allah di hari-hari yang terbilang.” (QS. Al-Baqarah: 203). Yaitu di hari tasyrik.
Dari Nubaisyah al-Hudzali radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ
“Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah.” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i).
Menyemarakkan dzikir pada hari tasyrik, bisa dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya (Lathaiful Ma’arif, 504 – 505):
Melakukan Takbiran setiap selesai shalat wajib. Ini sebagaimana yang dilakukan para sahabat. Sebagaimana praktek Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau dulu bertakbir setelah shalat shubuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah dzuhur pada tanggal 13 Dzulhijjah. (Ibn Abi Syaibah dan al-Baihaqi dan sanadnya dishahihkan al-Albani).
Kedua, memperbanyak berdoa kepada Allah
Sebagian ulama menganjurkan untuk memperbanyak berdoa di hari ini.
Ikrimah (murid Ibn Abbas) mengatakan:
كان يستحب أن يقال في أيام التشريق : { رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ }
Doa berikut dianjurkan untuk dibaca pada hari tasyrik: RABBANAA AATINAA FID-DUN-YAA HASANAH WA FIL AA-KHIRATI HASANAH, WA QINAA ADZAABAN-NAAR. (Lathaiful Ma’arif, Hal. 505).
Doa ini kita kenal dengan doa sapu jagad. Dan memang demikian, doa ini dianggap sebagai doa yang isinya mengumpulkan semua bentuk kebaikan dan menolak semua bentuk keburukan. Karena itulah, doa ini menjadi pilihan yang sangat sering dilantunkan oleh manusia terbaik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Anas bin Malik mengatakan:
كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ»
Doa yang paling banyak dilantunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah RABBANAA AATINAA FID-DUN-YAA HASANAH dst.. (HR. Bukhari 6389 dan Muslim 2690).
Disamping itu, doa merupakan bentuk mengingat Allah yang sangat agung. Berisi pujian dan harapan manusia kepada Tuhannya. Sehingga, hari ini menjadi hari yang istimewa untuk memperbanyak doa.
Ziyad Al-Jasshas meriwayatkan dari Abu Kinanah al-Qurasyi, bahwa beliau mendengar Abu Musa al-Asy’ari berceramah dalam khutbahnya ketika Idul Adha:
بعد يوم النحر ثلاثة أيام التي ذكر الله الأيام المعدودات لا يرد فيهن الدعاء فارفعوا رغبتكم إلى الله عز و جل
Setelah hari raya qurban ada tiga hari, dimana Allah menyebutnya sebagai al-Ayyam al-Ma’dudat (hari-hari yang terbilang), doa pada hari-hari ini, tidak akan ditolak. Karena itu, perbesarlah harapan kalian. (Lathaiful Ma’arif, Hal. 506).