Muliakanlah Gurumu, Maka Ilmu itu Ada Padamu

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pernahkah Anda merasakan saat diajari oleh seorang guru, ilmu yang Anda dapat hanya bertahan satu hingga dua hari, selebihnya lupa? Mengapa hal demikian terjadi? Apakah Anda memang orang yang pelupa, tidak mengulangi pelajaran di rumah, atau apa mungkin ilmu yang Anda dapatkan tidak berkah?

Ilmu yang menempel sebentar saja di ingatan kita, bisa jadi karena ilmu yang kita dapatkan dari guru kita itu tidak berkah? Sebab ilmu tidak berkah itu adalah kurangnya adab dan perilaku kita terhadap seorang guru. Di hadapan guru terlihat patuh dan manis, namun di belakang guru mencaci dan menertawai sang guru. Sayangnya, praktik seperti ini sering kali terjadi di sekolah masa kini.

Seorang murid hendaknya menyadari, tanpa guru dia bukanlah siapa-siapa. Dia tidak tahu apa-apa. Seorang murid hendaknya menyadari untuk memuliakan gurunya, menghormati, dan menyayangi gurunya. Jika seorang murid berhasil melakukan hal ini dengan tulus, maka ilmu yang diberikan oleh guru itu akan masuk ke alam bawah sadar murid dan seorang murid akan mengingatnya untuk seumur hidupnya.

Mari kita teladani mereka yang memuliakan guru, sehingga ilmu baginya adalah hal yang mudah untuk diserap. Ilmu adalah hal yang menghiasi kehidupannya sehari-hari

Imam Syafi’i dalam Memuliakan Guru

Kita semua mengenal Imam Syafi’i. Dialah tokoh ulama yang memiliki ilmu pengetahuan luas dan rendah hati. Alkisah suatu hari, beliau mencium tangan seorang lelaki tua diiringi dengan pelukan hangat kepada lelaki tua tersebut. Kontan, hal ini membuat tanda tanya besar kepada para sahabat dan murid Imam Syafi’i.

Salah seorang sahabatpun bertanya, “Wahai Imam mengapa Engkau mencium tangan dan memeluk lelaki tua itu? Bukankah masih banyak ulama yang pantas diperlakukan seperti itu dari pada dia?”

“Ia adalah salah seorang guruku. Oleh sebab itu, aku memuliakannya. Pernah suatu hari aku bertanya padanya bagaimana mengetahui seekor anjing setelah dewasa? Dan Ia pun menjawab, untuk mengetahuinya cukup dengan melihat apakah anjing itu mengangkat kakinya sebelah ketika hendak kencing. Jika iya, maka anjing itu telah dewasa.”

Begitu luar biasanya Imam Syafi’I dalam memperlakukan gurunya. Meskipun ilmu yang didapat Beliau dari orangtua itu terkesan remeh, namun Imam Syafi’i tetap memperlakukannya dengan mulia, tidak ubahnya seperti gurunya yang lain.

Karena salah satu sikap Imam Syafi’I inilah maka Beliau sangat terkenal dengan kerendahan hati dan kemuliaan akhlaknya. Imam Syafi’I, ulama yang berpengetahuan luas dan disayangi oleh umat.

Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat nabi yang dijamin masuk surga. Ali adalah orang yang sederhana. Dunia di mata Ali adalah sebagai tempat persinggahan sementara, akhiratlah yang abadi. Istri Ali adalah Fatimah, putri Rasulullah SAW. Kehidupan rumah tangga mereka merupakan cermin kehidupan rumah tangga yang sederhana namun bahagia itu ada di dalamnya.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Saya adalah kota ilmu dan Ali sebagai pintunya.” Dari sabda Beliau dapat kita simpulkan bahwa Ali bin Abi Thalib memiliki ilmu yang sangat luas dan tinggi sehingga Beliau sendiri menjulukinya Babul Ilmi (pintu ilmu pengetahuan). Ali mendapatkan ilmu yang demikian tingginya, salah satu sebabnya adalah Ali memuliakan sang guru.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Aku adalah hamba dari siapapun yang mengajariku walaupun hanya satu huruf. Aku pasrah padanya. Entah aku mau dijual, dimerdekakan, atau tetap sebagai seorang hamba”

Demikianlah betapa Ali bin Abi Thalib begitu memuliakan gurunya. Sebab Beliau menyadari, tanpa seorang guru, Ia bukanlah siapa-siapa. Bahkan Ali mengibaratkan hubungan guru dengan murid adalah ibarat hamba sahaya dengan tuannya. Seorang hamba pada tuannya, hal ini berarti sang murid siap melakukan apa saja yang dititahkan oleh seorang guru.

Ali melakukan ini bukan tanpa alasan. Sebab Ali mengetahui melalui seorang gurulah  hidupnya bisa berubah. Tidak menjadi buta lagi akan ilmu, namun kehidupan dan pemikiran terbuka karena ilmu yang diajarkan sang guru.

Oleh karena itu, mari muliakan guru kita. Hormati guru-guru kita, meskipun Beliau mengajari kita hanya sementara. Jika kita dapat melakukan hal ini dengan tulus, rasakanlah ilmu yang diajarkan Beliau terhadap kita dengan mudahnya dapat kita serap. Tidak ada batas perantaranya lagi. Ibarat kain menyerap air dengan mudah.

fbWhatsappTwitterLinkedIn