6 Nasihat untuk Menuntut Ilmu Oleh Syekh Salim bin Sa’id Nabhan

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda menuntut ilmu itu merupakan perkara wajib, baik orang muslim bagi laki-laki maupun perempuan. Ilmu dapat menjadi penghias pemilik ilmu.

Orang yang berilmu tentunya memiliki perbedaan yang jelas dengan orang yang tidak berilmu. Kita dapat membedakan keduanya melalui cara berkomunikasi, cara berperilaku, cara mengambil keputusan, cara merespon sesuatu, dan lain sebagainya.

Seseorang yang akan menuntut ilmu harus mengerti bagaimana cara menuntut ilmu. Ilmu yang diperoleh dengan cara asal-asalan maka yang didapat hanyalah ilmu yang tidak utuh yang cenderung mengarah pada kerusakan.

Sedangkan ilmu yang diperoleh dengan cara yang komprehensif dan holistik maka yang didapat adalah ilmu yang dapat diamalkan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat.

Dikutip dari Kitab Alala Tanalul ‘Ilma, Syekh Salim bin Sa’id Nabhan memberikan nasihat-nasihat bagi seseorang yang akan menuntut ilmu. Berikut ini nasihat-nasihat yang disampaikan oleh Syekh Salim bin Sa’id Nabhan:

1. Cerdas

Seorang penuntut ilmu diharuskan memiliki otak yang cerdas. Istilah cerdas disini dimaksudkan sebagai kemampuan kapasitas otak dalam menampung, memahami, mencerna, menganalisis, dan mempraktikkan dalam kehidupan nyata setiap ilmu yang telah diperoleh.

Perlu diketahui, tidak ada manusia yang dilahirkan dalam kondisi otak yang tidak cerdas. Semua manusia diciptakan dalam sebaik-baik ciptaan, bahkan mereka yang dilahirkan dalam tanda kutip ‘berkebutuhan khusus’ tentu memiliki potensi yang luar biasa.

Karena hal ini telah ditegaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al Quran Surat At Tin ayat 4, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Dengan bekal kecerdasan itu, seorang penuntut ilmu akan mendapat kemudahan dalam mempelajari hal-hal baru.

2. Berkemauan Keras

Ketika kita sudah menyadari bahwa setiap manusia memiliki kapasitas otak yang cukup untuk mempelajari hal baru, maka selanjutnya seorang penuntut ilmu harus memiliki kemauan keras menuntut ilmu. Kemauan keras ini diartikan sebagai motivasi diri. Motivasi ini dapat dimunculkan baik dari dalam diri maupun dari luar diri.

Untuk memunculkan motivasi yang kuat dari dalam diri, seseorang perlu merenung mengapa perlu menuntut ilmu. Setelah seseorang memiliki alasan-alasan yang kuat mengapa harus menuntut ilmu, maka motivasi dari dalam diri akan terbentuk.

Semakin penting alasannya akan semakin besar motivasi yang ditimbulkan. Selanjutnya, motivasi dari luar diri dapat diperoleh dari hal-hal atau keadaan yang jika ada akan membuat seorang penuntut ilmu bahagia dalam menuntut ilmu.

3. Memiliki Sifat Sabar

Nasihat yang ketiga yaitu seorang penuntut ilmu harus menyadari bahwa ilmu adalah hal yang abstrak. Ilmu tidak bisa didapat secara instan, sebab otak perlu melakukan konstruksi informasi baru dan proses asimilasi pada informasi yang sudah ada. Untuk itu, seorang penuntut ilmu perlu memiliki sifat sabar.

Kesabaran tidak dapat diberikan atau diperoleh dari orang lain. Kesabaran itu dibentuk oleh seseorang itu sendiri melalui berbagai macam hambatan dan tantangan yang dihadapi tanpa mengeluh.

Semakin sering seorang penuntut ilmu melalui berbagai hambatan dengan baik akan semakin besar sifat sabarnya.

4. Memiliki Bekal

Seorang penuntut ilmu juga perlu memiliki bekal yang cukup selama proses menuntut ilmu. Bekal tersebut dapat berupa uang, kendaraan, fasilitas belajar, atau dukungan secara mental.

Kekurangan bekal dapat menyebabkan tertundanya seseorang dalam menuntut ilmu. Kita mungkin berpikir bahwa bekal menuntut ilmu itu cenderung lebih mengarah pada materi, sehingga kita berasumsi orang kaya akan memiliki bekal yang lebih dari cukup daripada orang yang kurang mampu.

Jika kita telaah, asumsi tersebut tidak sepenuhnya benar. Kita justru mendapati fakta yang terjadi di masyarakat bahwa orang yang sukses itu lebih banyak berasal dari keluarga yang kekurangan secara materi.

Fakta ini terjadi mungkin disebabkan oleh ketersediaan bekal mental yang lebih banyak daripada bekal materi, seperti kemauan keras, sabar, gigih, konsisten, disiplin, semangat belajar tinggi dan bekal mental lainnya.

5. Petunjuk Guru

Petunjuk guru merupakan hal yang paling penting bagi seorang yang sedang menuntut ilmu. Petunjuk guru didefinisikan sebagai tersedianya guru bagi setiap penuntut ilmu. Seseorang yang belajar tanpa guru tidak akan memperoleh ilmu yang dimaksud secara benar.

Guru sebagai sumber belajar memiliki peran yang krusial dalam proses transformasi ilmu. Keberadaan guru mampu memberikan pemahaman yang utuh dan tepat yang  disesuaikan dengan kapasitas penuntut ilmu.

Guru mampu mengukur sejauh mana materi yang perlu dipahami dan materi mana yang perlu ditunda untuk diajarkan. Dengan demikian seorang penuntut ilmu dapat memahami ilmunya dengan baik.

6. Masa Belajar yang Lama

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa otak perlu melakukan proses konstruksi dan asimilasi informasi. Seorang penuntut ilmu membutuhkan masa belajar yang relatif lama untuk mampu menjadi ahli pada suatu bidang ilmu.

Pepatah mengatakan, “Berlatihlah hal yang sama dan mencobalah selama ribuan kali maka engkau akan menjadi ahli”.

Demikian nasihat-nasihat dalam menuntut ilmu yang disampaikan oleh Syekh Salim bin Sa’id Nabhan. Semoga kita mampu berusaha semaksimal mungkin menjadi penuntut ilmu sepanjang hayat dengan menjalankan nasihat-nasihat tersebut.

fbWhatsappTwitterLinkedIn