3 Orang yang dapat Diminta Pendapatnya dalam Istisyarah

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Setiap orang pasti pernah mengalami dilema dalam mengambil keputusan. Entah itu perkara memilih pekerjaan, jodoh, hingga tempat mencari ilmu. Setiap orang ingin mendapatkan hal yang baik sesuai hatinya. Setiap orang tidak ingin keliru dalam mengambil keputusan. Apalagi jika itu seumur hidup. Untuk itu diperlukan istisyarah dalam menentukan setiap keputusan.

Istisyarah adalah memperbincangkan dan mengumpulkan pendapat untuk memudahkan kita dalam membuat keputusan terhadap suatu perkara. Lebih mudahnya, istisyarah adalah meminta pendapat kepada orang yang kita percaya. Dalam melakukan prosesnya, kita perlu bijak dalam memilih seseorang sebelum meminta pandangan. Siapa saja orang yang dapat memberi pandangan atau pendapat untuk kita?

1. Orang Tua

Orang tua bisa kita mintai pendapat terkait persoalan yang kita hadapi. Baik dalam menentukan pekerjaan atau pun jodoh kita. Mengingat orang tua tahu seperti apa kita sebenarnya, baik buruknya kita.

Orang tua bisa menjadi orang pertama dalam memberi pandangan. Orang tua adalah orang yang paling dekat dengan kita. Tentu saja mereka akan memberikan pandangan terbaiknya. Tidak ada orang tua yang ingin menyakiti apalagi menjerumuskan anaknya.

2. Guru

Selain orang tua, kita bisa minta pendapat pada guru kita. Guru kita tentunya orang yang berilmu dan berwawasan luas. Tentunya guru akan memberikan pendapat sesuai pandangannya yang menurutnya baik untuk kita. Guru akan memberikan pandangan netral, mengingat beliau adalah guru kita, bukan orang tua yang dekat dengan kita yang bisa memberi pandangan karena pemikiran lain.

3. Orang yang Bijaksana

Orang yang kita anggap bijaksana, baik itu teman, sahabat, atau kerabat dekat bisa menjadi tempat kita meminta pandangan. Orang yang bijaksana biasanya akan menanggapi suatu masalah dengan matang. Mereka akan berpikir secara objektif dari berbagai sudut pandang yang baik.

Jika kita sudah tahu, siapa saja orang yang bisa kita mintai pendapat, alangkah baiknya jika menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Memutuskan memilih pendidikan, tempat bekerja dan jodoh yang akan mendampingi kita diringi dengan istisyarah.

Sering kali kita mengabaikan istisyarah, karena kita terlalu tertutup pada orang tua bahkan orang lain. Padahal dengan mendahulukan istisyarah, meminta pendapat pada orang lain, kita dapat menemukan pilihan-pilihan penyelesaian dari orang-orang yang kita percaya, terutama orang tua kita.

Kita bisa menampung dan mempertimbangkan pendapat yang pro dan kontra. Dan dari pilihan-pilihan tersebut, barulah kita meminta petunjuk kepada Allah agar memberkahi pilihan kita dengan melakukan isthikharah.

Bahkan, jika hasil istisyarah dengan orang lain dirasa sudah tepat, isthikharah tidak diperlukan. Jadi utamakanlah melakukan istisyarah terlebih dahulu dari pada isthikharah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun lebih mengutamakan istisyarah dari pada isthikharah di beberapa situasi, karena beliau yakin dengan pilihan yang sudah ditetapkannya. Seperti sikap Rasul pada perang Parit.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menerima pendapat Salman al-Farisi untuk menggali parit tanpa melakukan isthikharah terlebih dahulu. Hal ini karena pendapat Salman al-Farisi memang tepat, dan beliau beserta sahabat tahu jika Salman al-Farisi adalah orang yang hebat dan berpengalaman dalam berperang.

Rasul tidak pernah meninggalkan musyawarah dengan para sahabat. Beliau selalu melakukan istisyarah dalam memutuskan sebuah perkara. Mengambil pendapat dan pandangan mereka serta mempertimbangkannya. Sebagai umat yang meneladani Rasul, kita senantiasa mengikuti jejak beliau. Bermusyawarah dengan orang lain terlebih dahulu untuk menentukan sebuah keputusan.

fbWhatsappTwitterLinkedIn