Prasangka dalam islam secara garis besar bisa dibedakan menjadi dua bagian penting yakni prasangka baik (huznudzon) dan prasangka buruk (suudzon). Namun di masyarakat pada umumnya kebanyakan justru prasangka buruklah yang popular.
Mengapa demikian? Memang perilaku berprasangka buruknya yang dianggap lebih menyenangkan dibandingkan dengan perilaku berprasangka baik. Mereka selalu judge orang lain dengan hal – hal buruk terhadap tindakan yang belum pasti kebenarannya.
Pada artikel kali ini saya akan membahas lebih dalam mengenai prasangka dalam islam yang mungkin bisa anda jadikan sebagai referensi. Hukum marah dalam islam terbagi dalam beberapa kategori, tentunya sesuai dengan situasi dan juga kondisi, yuk simak penjelasannya bersama – sama sebagai berikut :
Dalam islam sudah dijelaskan di dalam Al Qur’an surat Al Hujarat ayat 12 mengenai perintah untuk tidak berprasangka buruh bahkan sampai mencari – cari kesalahan orang lain.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-car kesalahan orang lain.” (Al-Hujurat : 12)
Kemudian di dalam hadits pun juga sudah dijelaskan seperti halnya sabda Rasulullah Saw berikut ini mengenai prasangka buruk.
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadits no. 6064 dan Muslim hadits no. 2563)
Sebagai contoh kita bisa pelajari perkataan dari Sufyan bin Husain, penjelasannya sebagai berikut :
“Aku pernah menyebutkan kejelekan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyyah. Beliaupun memandangi wajahku seraya berkata, “Apakah kamu pernah ikut memerangi bangsa Romawi?” Aku menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya lagi, “Kalau memerangi bangsa Sind, Hind (India) atau Turki?” Aku juga menjawab, “Tidak”. Beliau berkata, “Apakah layak, bangsa Romawi, Sind, Hind dan Turki selamat dari kejelekanmu sementara saudaramu yang muslim tidak selamat dari kejelekanmu?” Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulangi lagi berbuat seperti itu.” (Kitab Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir (XIII/121)
Prasangka buruk sendiri bisa dibedakan menjadi 3 bagian, yakni :
Prasangka buruk terhadap diri sendiri biasanya ditandai dengan tidak adanya kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk melakukan suatu hal dan cenderung selalu takut gagal. Hal ini tidak baik untuk dilakukan sehinggi diri anda tidak bisa berkembang. Diperlukan cara agar hati tenang dalam islam agar terhindar dari berprasangka buruk terhadap diri sendiri.
Prasangka buruk terhadap orang lain ditandai dengan sikap selalu mencari – cari kesalahan orang lain. Apapun tindakan orang yang tidak kita sukai pasti akan selalu dihubungkan dengan hal – hal yang buruk padahal belum tau kebenaranya seperti apa. Biasanya setelah berprasangka buruk seperti itu hati pelaku akan merasa. Alangkah baiknya jika anda mengetahui cara menghilangkan dendam dalam islam.
Prasangka buruk kepada Allah biasanya timbul karena doa yang dipanjatkan tidak kunjung terkabul. Ada juga karena banyaknya musibah yang datang silih berganti. Hal seperti itulah yang memancing seseorang berprasangka buruk kepada Allah Swt. Untuk itu anda perlu mengetahui sifat orang yang bertakwa.
Berikut sabda Rasulullah Saw :
“jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (HR. Bukhari-Muslim).
Namun terdapat juga prasangka buruk yang diperbolehkan dalam islam, yuk simak penjelasannya di bawah ini :
“Maka yang menjadi kewajiban seorang Muslim, baik lelaki atau perempuan, wajib untuk menjauhi prasangka buruk. Kecuali ada sebab-sebab yang jelas (yang menunjukkan keburukan tersebut). Jika tidak ada, maka wajib meninggalkan prasangka buruk. Tidak boleh berprasangka buruk kepada istri, kepada suami, kepada anak, kepada saudara suami, kepada ayahnya atau kepada saudara Muslim yang lain. Dan wajib berprasangka baik kepada Allah, serta kepada sesama saudara dan saudari semuslim. Kecuali jika ada sebab-sebab yang jelas yang membuktikan tuduhannya. Jika tidak ada, maka hukum asalanya adalah bara’ah (tidak ada tuntutan) dan salamah (tidak memiliki kesalahan).” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 21/147-148)
Selain itu terdapat beberapa macam prasangka buruk dalam islam, yakni :
Prasangka buruk yang diharamkan ialah prasangka buruk yang ditujukan kepada Allah Swt dan bisa juga prasangka buruk yang ditujukan kepada sesama umat muslim, namun tidak disertai dengan bukti atau pun pertanda yang benar – benar nyata. Hal tersebut bisa berakhir dengan fitnah. Bisa anda lihat hukum fitnah dalam islam sudah sangat jelas diharamkan dan dosa besar.
Melihat dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, beliau mengatakan:
“Diharamkan suuzhan kepada sesama Muslim. Adapun kafir, maka tidak haram berprasangka buruk kepada mereka, karena mereka memang ahli keburukan. Adapun orang yang dikenal sering melakukan kefasikan dan maksiat, maka tidak mengapa kita berprasangka buruk kepadanya. Karena mereka memang gandrung dalam hal itu. Walaupun demikian, tidak selayaknya seorang Muslim itu mencari-cari dan menyelidiki keburukan orang lain. Karena sikap demikian kadang termasuk tajassus“.
Melihat penjelasan dari Abu Hatim Al Busti, beliau mengatakan:
“Orang yang memiliki permusuhan dan pertarungan dengan seseorang dalam masalah agama atau masalah dunia, yang hal tersebut mengancam keselamatan jiwanya, karena makar dari musuhnya. Maka ketika itu dianjurkan berprasangka buruk terhadap tipu daya dan makar musuh. Karena jika tidak, ia akan dikejutkan dengan tipu daya musuhnya sehingga bisa binasa.”
Prasangka buruk yang dianjurkan dalam islam ialah prasangka buruk yang dilakukan untuk memperjuangkan, membantu, membela umat islam dari kedzaliman yang sangat dibutuhkan dalam rangka mendapatkan kemaslahatan syariat.
Selanjutnya saya akan membahas mengenai prasangka baik. Prasangka baik sendiri bisa dibedakan menjadi 3 bagian, yakni :
Allah Swt sangat menyayangi dan mengasihi umatnya yang beriman dan bertaqwa. Untuk itu sebagai hambanya yang taat, sebaiknya kita tetap sabar jika sedang diberikan cobaan. Karena cobaan yang diberikan tersebut merupakan ujian demi kebaikan kita juga. Allah Swt tidak akan memberi beban kepada umatnya diluar batas kemampuan.
Hal ini sudah dijelaskan di dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 286, berikut penjelasan mengenai firman Allah Swt mengenai hal tersebut : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS Al-Baqarah ayat 286)
Di dalam hadits juga dijelaskan : “saya mendengar Rasulullah SAW bersabda dari Allah Azzawajalla, “Saya berada pada persangkaan hamba-Ku, maka berprasangkalah dengan-Ku sekehendaknya.”( HR Ahmad)
Sudah sangat jelas di dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 12 bahwasannya Allah Swt telah melarang kepada umatnya orang – orang yang beriman agar tidak berprasangka buruk antara satu dengan yang lain.
Kemudian jangan mencari cari kesalahan orang lain yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Adanya larangan agar tidak menggunjingkan hal apapun tentang orang lain. Sungguh, semua tindakan tersebut termasuk dalam perbuatan dosa dan Allah Swt tidak menyukainya.
Bahkan Allah Swt sampai memberikan ibarat bahwa orang yang melakukan perbuatan seperti halnya menggunjing sama saja telah memakan daging saudaranya sendiri yang sudah meninggal. Kesimpulannya sudah sangat jelas, prasangka buruk termasuk dosa besar dalam islam.
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta.” (HR Bukhari)
Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Seorang muslim (yang sejati) adalah orang yang mana orang muslim lainnya selamat dari (bahaya) lisan dan tangannya.” (HR Tirmidzi)
Makna hadits di atas berisi pesan tersirat agar kita bisa menjaga setiap lisan yang akan diucapkan dengan baik. Ucapan yang kita lontarkan kepada orang lain khususnya sesama umat muslim harus menggunakan gaya bahasa lemah lembut dan tidak boleh mengandung hal – hal yang berhubungan dengan fitnah.
Keuntungan yang akan kita dapatkan apabila memiliki prasangka baik pada diri sendiri ialah pemikiran menjadi lebih jernih sehingga memunculkan semangat untuk memperjuangkan cita – cita dan menambah rasa percaya diri terhadap kemampuan sendiri serta meminimalisir sifat minder dengan orang lain.
“dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir”. (QS Yusuf ayat 87)
Dapat diambil kesimpulan bahwa artikel mengenai prasangka dalam islam di atas yang diulas secara detail dan dikemas dengan menarik, diharapkan bisa membantu memudahkan dalam mempelajari serta memahaminya lebih dalam lagi.
Sehingga nantinya mungkin bisa dijadikan sebagai bahan referensi yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dan menambah wawasan bagi anda. Sampai disini dulu ya artikel kali yang membahas mengenai prasangka dalam islam. Semoga bisa bermanfaat bagi anda dan terima kasih sudah meluangkan sedikit waktu untuk membaca artikel saya ini.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…