Pernahkah Anda mendengar istilah egaliter? Atau tentang prinsip egaliter dalam Islam?
Atau inikah kali pertama Anda mendengarnya?
Sering kali muncul perbincangan di tengah masyarakat mengenai persamaan derajat. Bahwasanya setiap manusia memiliki derajat yang sama di hadapan Sang Pencipta tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, keturunan, jabatan, kekayaan dan lain sebagainya. Nah, itulah yang disebut dengan istilah egaliter. Nah, bagaimanakah prinsip egaliter dalam Islam? Berikut akan kita bahas lebih lanjut.
Apa Itu Egaliter?
Apabila dilihat dari segi etimologi atau bahasa, egaliter diambil dari bahasa Perancis yakni Egal, egalite atau egalitaire, yang artinya sama, tidak ada perbedaan.
Istilah ini muncul pada saat peristiwa Revolusi Prancis yang menjadi penyebab timbulnya Declaration des droits de l’homme et du Citoyen (Pernyataan Hak Hak Manusia dan Warga Negara) pada tahun 1789, yang memiliki semboyan: Liberte, Egalite, Fraternite (Kemerdekaan, Persamaan, Persaudaraan). Hingga pada akhirnya pernyataan mengenai Hak Asasi Manusia atau HAM dicantumkan dalam konstitusi Prancis.
Baca juga :
- Tarbiyah Islamiyah
- Mendidik anak perempuan
- Pengertian ukhuwah islamiyah insaniyah dan wathaniyah
- Hukum lewat di depan orang shalat
- Hukum sunat bagi anak perempuan dalam Islam
Allah SWT Hanya Menilai Seseorang dari Ibadahnya
Dalam Al Qur’an, Allah swt. berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat [49] : 13)
Dalam Islam seseorang yang paling mulia di hadapan Allah SWT yakni mereka yang paling bertakwa. Jadi, Allah tidak menilai seseorang melainkan dari amal ibadahnya. Bukan dari kekayaan, kekuasaan, suku, ras atau kecerdasannya.
Allah menyebut hamba-Nya yang mukmin sebagai khoirul bariyah (makhluk terbaik) dan orang yang kafir sebagai Syarrul bariyyah (makhluk terjelek).
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ . إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS. Al Bayyinah : 6 – 7)
Baca juga :
- Pamer dalam islam
- Amalan sunnah di malam jumat
- Keutamaan shalat tarawih brrjamaah
- Kedudukan hadis dalam hukum Islam
- Sejarah jilbab dalam islam
Islam Tidak Mengajarkan untuk Memandang Seseorang dari Statusnya
Namun, Islam mengajarkan kepada umat-Nya untuk saling tolong menolong dalam kebaikan tanpa memandang status, jabatan dan/atau sebagainya. Pahamilah hukum tolong menolong dalam Islam, salah satunya yang tertuang dalam ayat berikut ini.
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orangorang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah [2] : 177)
Itulah penjelasan mengenai bagaimana prinsip egaliter dalam Islam. Semoga bisa bermanfaat untuk Anda. Terima kasih.