Tak terasa hari raya Idul Adha akan segera tiba. Selain melaksanakan ibadah qurban, ada beberapa sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan di hari raya Idul Adha. Berikut adalah 10 sunnah di hari raya Idul Adha:
1. Takbiran
Salah satu sunnah yang sangat dianjurkan adalah melakukan takbiran. Takbiran ketika Idul Adha dilakukan kapan saja dan dimana saja mulai tanggal 1 Dzulhijjah sampai waktu asar pada tanggal 13 Dzulhijjah.
Allah berfirman, “…supaya mereka berdzikir (menyebut) nama Allah pada hari yang telah ditentukan…” (Qs. Al Hajj: 28)
Allah juga berfirman, “….Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang…” (Qs. Al Baqarah: 203)
Hadis dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada amal yang dilakukan di hari yang lebih agung dan lebih dicintai Allah melebihi amal yang dilakukan di tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Oleh karena itu, perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid pada hari itu.” (HR. Ahmad & Sanadnya dishahihkan Syaikh Ahmad Syakir)
Baca juga:
- Hukum Mengucapkan Selamat Hari Raya
- Hukum Ziarah Kubur Saat Hari Raya
- Cara Bersyukur Menurut Islam
- Menikah Tanpa Pacaran
- Hari yang Dilarang Pua
2. Mandi sebelum shalat Ied
Dari Al-Baihaqi melalui asy-Syafi’i tentang seseorang yang pernah bertanya kepada Ali ra tentang mandi, ia menjawab, “Mandilah setiap hari jika engkau mengehendakinya.” Kata orang itu, ”Bukan itu yang kumaksud, tapi mandi yang memang mandi (dianjurkan). Ali menjawab , ”Hari Jum’at, Hari Arafah, Hari Nahr dan hari Fithri
Ibnu Qudamah mengatakan bahwa karena hari Ied adalah hari berkumpulnya kaum muslimin untuk shalat, maka ia disunnahkan untuk mandi sebagaimana hari Jum’at.
3. Tidak makan sebelum shalat Ied
Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5: 352.Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata,
قال أحمد: والأضحى لا يأكل فيه حتى يرجع إذا كان له ذبح، لأن النبي صلى الله عليه وسلم أكل من ذبيحته، وإذا لم يكن له ذبح لم يبال أن يأكل. اهـ.
“Imam Ahmad berkata: “Saat Idul Adha dianjurkan tidak makan hingga kembali dan memakan hasil sembelihan qurban. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam makan dari hasil sembelihan qurbannya. Jika seseorang tidak memiliki qurban (tidak berqurban), maka tidak masalah jika ia makan terlebih dahulu sebelum shalat ‘ied.” (Al Mughni, 2: 228)
Artikel terkait:
- Hikmah Qurban Idul Adha
- Cara Menyembelih Hewan Qurban Sesuai Syari
- Keutamaan Berkurban
- Tata Cara Sholat Idul Adha
- Hukum Aqiqah Dalam Islam
Ibnu Hazm rahimahullah berkata,
وإن أكل يوم الأضحى قبل غدوه إلى المصلى فلا بأس، وإن لم يأكل حتى يأكل من أضحيته فحسن، ولا يحل صيامهما أصلا
“Jika seseorang makan pada hari Idul Adha sebelum berangkat shalat ‘ied di tanah lapang (musholla), maka tidak mengapa. Jika ia tidak makan sampai ia makan dari hasil sembelihan qurbannya, maka itu lebih baik. Tidak boleh berpuasa pada hari ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) sama sekali.” (Al Muhalla, 5: 89)
4. Memakai pakaian terbaik
Berkata Ibnul Qayyim dalam “Zadul Ma’ad” (1/441) : “Nabi memakai pakaiannya yang paling bagus untuk keluar (melaksanakan shalat) pada hari Idul Fithri dan Idul Adha. Beliau memiliki perhiasan yang biasa dipakai pada dua hari raya itu dan pada hari Jum’at. Sekali waktu beliau memakai dua burdah (kain bergaris yang diselimutkan pada badan) yang berwarna hijau, dan terkadang mengenakan burdah berwarna merah[2], namun bukan merah murni sebagaimana yang disangka sebagian manusia, karena jika demikian bukan lagi namanya burdah. Tapi yang beliau kenakan adalah kain yang ada garis-garis merah seperti kain bergaris dari Yaman”.
5. Memakai minyak wangi
Sebagaimana hal ini dianjurkan ketika mendatangi shalat Jum’at, yaitu berdasarkan hadits Ibnu Abbas Nabi saw telah bersabda pada suatu hari Jum’at: “Sesungguhnya hari ini adalah hari Ied yang telah ditetapkan oleh Allah untuk orang-orang Islam, maka barang siapa yang mendatangi Jum’at hendaknya ia mandi, jika ia memiliki minyak wangi maka hendaknya ia mengolesinya, dan hendaknya kalian semua bersiwak.” (HR Ibnu Majah).
6. Makan setelah shalat Ied
Diriwayatkan dari Buraidah ra: “ Rasulullah tidak keluar pada hari Iedul fithri sebelum makan, dan tidak makan pada hari Iedul adha hingga beliau menyembelih qurban.”(HR Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Artikel terkait:
7. Shalat di lapangan
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra berkata: ”Bahwasanya Nabi Saw keluar pada hari Iedul Adha dan Iedul fithri menuju lapangan, dan yang pertama beliau lakukan adalah shalat (shalat Ied). Setelah selesai shalat dan memberi salam, baginda berdiri menghadap ke (arah) orang-orang yang masih duduk di tempat shalat mereka masing-masing. Jika baginda mempunyai hajat yang ingin disampaikan, baginda tuturkannya kepada orang-orang ataupun ada keperluan lain, maka baginda akan membuat perintah kepada kaum muslimin. Baginda pernah bersabda dalam salah satu khutbahnya pada Hari Raya: Bersedekahlah kamu! Bersedekahlah! Bersedekahlah! Kebanyakan yang memberi sedekah adalah kaum wanita. Kemudian baginda beranjak pergi. (Muttafaq alaih)
8. Berjalan kaki menuju tempat shalat
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra ia berkata: “Rasulullah Saw biasa keluar menuju shalat ‘Ied dengan berjalan kaki dan pulang dengan berjalan kaki.” (HR. Ibnu Majah).
9. Perbanyak dzikir
Dikatakan olah Al-Imam Ibnu Rojab R.A (seorang pakar tafsir dan hadits) dalam kitabnya “LATHOIFUL MA’ARIF” setelah meneliti berbagai ayat dan sabda Rasulullah sholallahu alaihi wasallam , dikatakan :
اَلْاِسْتِغْفَارُ خِتَامُ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ كُلِّهَا فَيَخْتِمُ بِهِ الصَّلَاةَ وَالْحَجَّ وَقِيَامَ اللَّيْلِ وَيَخْتِمُ بِهِ الْمَجَالِسَ.
“Istighfar (memperbanyak baca istighfar) adalah penutup segala amal sholeh, menutup pelaksanaan ibadah sholat dengan istighfar begitu juga ibadah haji dan Qiyamullail serta mengakhiri Majelis-majelis (mengakhiri ibadah puasa) dengan memperbanyak istighfar”.
Artikel terkait:
- Dasar Hukum Islam
- Ijtihad Dalam Hukum Islam
- Ramalan Menurut Islam
- Ghibah Dalam Islam
- Fungsi Hadist Dalam Islam
10. Shalat Idul Adha
Melaksanakan shalat Idul Adha sesuai tata cara shalat Idul Adha juga sangat dianjurkan. Dari Ummu ‘Athiyyah radhiallahu’anha :
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نخرج ذوات الخدور يوم العيد قيل فالحيض قال ليشهدن الخير ودعوة المسلمين قال فقالت امرأة يا رسول الله إن لم يكن لإحداهن ثوب كيف تصنع قال تلبسها صاحبتها طائفة من ثوبها
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan wanita yang dipingit (juga wanita yang haid) pada hari Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan kaum muslimin. Kemudian seorang wanita berkata: ‘Wahai Rasulullah jika diantara kami ada yang tidak memiliki pakaian, lalu bagaimana?’. Rasulullah bersabda: ‘Hendaknya temannya memakaikan sebagian pakaiannya‘” (HR. Abu Daud, no.1136. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud)
Itulah sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan saat hari raya Idul Adha. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.