Idul Adha adalah momentum hari raya bagi para umat Islam yang ditunggu-tunggu. Di hari raya Idul Adha biasanya masyarakat menyembelih hewan seperti kambing, kerbau dan sapi yang nantinya daging dari hewan tersebut akan dibagikan kepada masyarakat. Oleh karena itu masyarakat sering menyebutkan idul adha sebagai hari raya qurban karena di hari raya ini terdapat hewan yang diqurbankan sebagai peringatan peristiwa qurban yang sangat bersejarah.
Baca juga:
- Hukum Mengucapkan Selamat Hari Raya
- Hukum Ziarah Kubur Saat Hari Raya
- Cara Bersyukur Menurut Islam
- Menikah Tanpa Pacaran
- Hari yang Dilarang Puasa
Sejarah Idul Adha (Idul Qurban)
Pada masanya, dahulu Nabi Ibrahim as pernah mengalami mimpi yang di dalam mimpinya tersebut Allah memberikan sebuah perintah yang sangat sulit untuk dilakukan yakni mengorbankan Ismail dengan cara menyembelih putera semata wayang yang sangat disayanginya tersebut. Mimpinya itu tidak hanya datang sekali tapi berkali-kali dan berturut-turut sehingga membuat Nabi Ibrahim merasa sangat resah memikirkan arti dari mimpinya tersebut. Ismail adalah satu-satunya anak yang beliau miliki setelah bertahun-tahun ia tunggu kehadirannya. Ismail juga sangat penurut serta patuh kepada orangtua maupun perintah Allah. Selain itu, Ismail memiliki sifat yang ceria dan memiliki cara pikir yang cerdas. Sehingga hati Nabi Ibrahim sangat berat untuk mengambil keputusan dari mimpi-mimpi yang dialaminya tersebut.
Ismail saat itu diangkat menjadi Nabi oleh Allah SWT. saat usianya mulai menginjak 13 tahun, dengan begitu akhirnya mau tidak mau Nabi Ibrahim pasrah karena mimpinya tersebut juga selalu datang secara berturut-turut. (Baca juga: Hari Natal Menurut Islam; Larangan Puasa Hari Jumat)
Dengan berat hati akhirnya ditemuinya sang anak yang sudah diangkat menjadi Nabi lalu disampaikannya mimpi dan perintah dari Allah tersebut kepada Nabi Ismail anaknya dan Nabi Ibrahim mendapatkan jawaban yang di luar dugaan dari sang anak. Ia sangat terkejut dan tidak menyangka dengan keikhlasan yang dimiliki oleh anak kesayangannya itu untuk menerima perintah yang diberikan oleh Allah SWT. Lewat mimpi kepada ayahnya.
Akan tetapi, meskipun Ismail telah menerima dengan lapang dada dan bersedia di sembelih untuk dikurbankan, Nabi Ibrahim masih merasa sulit dan bimbang. Terlebih dengan adanya godaan setan yang terus memperbesar keraguan dan ketidak relaan yang ada dalam hatinya agar membatalkan perintah itu.
Namun, Nabi Ibrahim menguatkan hati dan kepatuhannya kepada Allah hingga akhirnya usaha yang dilakukan oleh setan itupun gagal. Begitu juga yang terjadi pada Nabi Ismail dan ibunya yang juga mendapatkan godaan besar dari setan untuk menolak dan membatalkan perintah yang telah Allah berikan namun gagal karena Nabi Ismail dan sang ibunda lebih memilih patuh dan pasrah pada perintah Allah untuk tetap melaksanakannya walaupun berat. (Baca juga: Cara Rasullullah Mendidik Anak Perempuan; Amalan Ibu Hamil Menurut Islam)
Pada hari H penyembelihan Nabi Ismail yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim dan puteranya pergi ke tanah lapang untuk menjalankan perintah dari Allah tersebut. Nabi Ibrahim sudah mempersiapkan pedang yang diasah dengan sangat tajam untuk meminimalisir rasa sakit yang mungkin dirasakan saat penyembelihan Nabi Ismail.
Nabi Ismail yang sudah benar-benar siap dan pasrah untuk disembelih oleh ayahnya atas perintah dari Allah SWT, meminta kepada ayahnya untuk menutup wajahnya agar Nabi Ibrahim tidak merasa iba ataupun ragu saat akan melaksanakan perintah dari Allah SWT. Nabi Ismail juga meminta Nabi Ibrahim untuk menajamkan pedangnya serta memberikan beberapa wasiat jika ia telah meninggal nantinya.
Baca juga:
- Tanda Jodoh Sudah Dekat
- Keistimewaan Amalan Istighfar
- Manfaat Baca Al-quran
- Merayakan Valentine Dalam Islam
- Merayakan Ulang Tahun dalam Islam
Namun, ketika nabi Ibrahim mulai menggoreskan pedangnya ke tubuh Nabi Ismail, pedang tersebut malah terpental dan terus terpental ketika Nabi Ibrahim mencobanya kembali untuk menyembelih Nabi Ismail. Sampai kemudian, akhirnya dengan kekuasaan maha besar yang Allah miliki, Nabi Ismail yang awalnya dijadikan kurban untuk disembelih digantikan dengan seekor domba.
Untuk kisah pergantian Nabi Ismail menjadi seekor Domba sebagai hewan kurban tersebut disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa yang membawa domba dan menukarnya dengan Nabi Ismail adalah Malaikat Jibril yang atas kejadian itu kemudian seluruh semesta beserta isinya mengucapkan takbir sebagai ungkapan kekaguman dan syukur untuk mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran serta kepatuhan yang dimiliki oleh Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah yang sangat berat tersebut. Sementara Allah memerintahkan agar pedang tersebut tidak menyembelihnya dan malah menggantinya dengan seekor domba. (Baca juga: Keutamaan Ibadah Haji; Cara Menghindari Syirik)
Dari situlah awal mulanya pemotongan hewan berupa kambing, kerbau atau sapi untuk dijadikan hewan kurban setiap tanggal 10 dzulhijjah untuk kemudian dibagi-bagi kepada masyarakat khususnya bagi mereka yang berhak dan membutuhkan. Hewan yang telah dikurbankan tersebut disebut-sebut kelak akan menjadi kendaraan yang dapat membantu perjalanan kita di akhirat nanti. Walaupun berkurban di sini tidak dimasukkan dalam kategori wajib namun sangat dianjurkan terlebih bagi kalian yang memiliki rejeki yang berkecukupan atau mampu melakukannya. Jadi setidaknya kalian mengupayakan untuk melakukan kurban minimal satu kali seumur hidup.
Seperti yang berbunyi dalam firman Allah pada dalam al-quran berikut ini:
” Tidak ada amalan anak cucu adam pd hari raya qurban yg lebih disukai Alloh melebihi dari mengucurkan darah (Berqurban), sesungguhnya pd hari kiamat kelak hewan – hewan tersebut akan datang lengkap dg kuku-kuknya, tanduk-tanduknya dan bulu – bulunya. Sesungguhnya darah-nya (Hewan Qurban) akan sampai kpd Alloh Sebagai Qurban, dimanapun hewan itu akan disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah maka ikhlaskanlah menyembelihnya ”. (Baca juga: Keutamaan dan Hikmah Qurban Idul Adha; Keutamaan Shalat Idul Fitri)
Sejarah Idul Adha (Lebaran Haji)
Selain disebut sebagai hari raya idul qurban, idul adha juga sering disebut sebagai lebaran haji karena banyak masyarakat yang sedang berhaji dan melempar “balang jumroh” di tanah suci saat perayaan hari idul adha ini.
Tradisi melempar “balang jumroh” ini dilakukan karena dahulu saat setan menggoda Nabi Ibrahim, istrinya serta anaknya, Nabi Ismail untuk menolak dan membatalkan perintah kurban tersebut mereka melemparkan batu kepada setan-setan yang menghasut dan menggoda tersebut.
Hukum dan Keutamaan Sholat idul Adha
Sholat Idul Adha hukumnya Sunah Muakkad untuk seluruh umat Muslim baik bagi yang laki – laki maupun bagi perempuan, artinya sholat idul adha ini sangat perlu untuk dilakukan.
Selain itu ada beberapa pendapat tantang sholat idul adha ini.
Dalil hadits dari Ummu ‘Athiyah, beliau berkata:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘ied (Idul Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beanjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.”
alasan dari wajibnya shalat ‘ied dikemukakan oleh Shidiq Hasan Khon (murid Asy Syaukani). Bahwa:
Pertama, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus melakukannya setiap hari raya. Kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga turut memerintah kaum muslim agar keluar rumah dan menunaikan shalat ‘ied jika tidak ada halangan. Ketiga, Ada salah satu ayat dalam Al Qur’an yang secara jelas memerintahkan umat untuk melaksanakan shalat ‘ied surat al-Kautsar ayat 2 yang berbunyi:
Fashollii li robbika wanhar
artinya: “Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).”
Keempat, jika hari raya idul adha jatuh pada hari jum’at maka sholat jumatnya menjadi gugur bagi orang yang telah sholat ied.
Kemudian, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berpendapat Bahwa “Pendapat yang menyatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah wajib bagi setiap muslim lebih kuat daripada yang menyatakan bahwa hukumnya adalah fardhu kifayah atau wajib bagi sebagian orang saja. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah sunnah adalah pendapat yang lemah. Karena diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang memerintahkan untuk melaksanakan shalat ied. Lalu beliau sendiri dan para khulafaur rosyidin serta kaum muslimin terus menerus melakukan shalat ‘ied. kemudian seluruh umat juga menjalankan sholat ied setiap tahunnya.”
Terlepas dari hukum yang mewajibkan dan mensunahkan hukum sholat ied ini, Umat Muslim tetap melakukan Slohat Idul Adha secara berjamaah di masjid, majlis, mushola atau bahkan di tanah lapang yang dilakukan saat waktu dhuha yakni sekitar jam tujuh pagi. ini adalah sebagai bentuk rasa syukur terhadap kebesaran Allah pada saat terjadinya kisah penyembelihan Nabi Ismail. kamudian Mengenai penampatan pelaksanaan sholat idul adha ini disebutkan bahwa pelaksanaan shalat ‘ied lebih utama dilakukan di tanah lapang, kecuali jika ada halangan. Abu Sa’id Al Khudri mengatakan,
“Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha menuju tanah lapang.”
Baca juga:
Sholat idul adha bisa dilakukan secara sendiri-sendiri namun sebaiknya dilakukan secara berjamaah. Kemudian sebelum berangkat ke masjid disunahkan untuk mandi sunah idul adha, merias diri dan berpenampilan baik dengan memakai pakaian terbaik yang tidak berlebihan dan melafalkan takbir hari daya secara berulang sepanjang jalan menuju masjid.
Secara singkat pelaksanaan shalat Idul Adha diawali takbir dan diakhiri salam yang terdiri dari dua rakaat. Rakaat pertama diawali dengan membaca takbiratul ihram lalu ditambah mengucapkan takbir sebanyak tujuh kali disunahkan untuk selingi bacaan tasbih. Lalu rakaat keduanya dilakukan takbir diucapakan sebanyak lima kali takbir dan disunahkan untuk diselingi bacaan tasbih. (Baca juga: Amalan Dzikir di Bulan Ramadhan dan Keutamaannya; Tips Berhemat Saat Ramadhan)
Adapun rukun sholat idul adha adalah sebagai berikut:
- Berjamaah
- Takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat kedua
- Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.
- Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca tasbih.
- Membaca surat pendek.
- Imam menyaringkan bacaannya.
- Khutbah dua kali setelah shalat sebagaimana khutbah jum’at
- Pada khutbah Idul Adha memaparkan tentang hukum – hukum Qurban.
- Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya.
- Makan terlebih dahulu sebelum Shalat Idul Adha
Dari penjelasan singkat dan rukun sholat idul adha di atas sudah dapat memberi gambaran tentunya mengenai tata cara sholat idul adha. Adapun tata cara pelaksanaan sholat idul adha yang lebih lengkap dan detail adalah seagai berikut:
- Niat
Hal pertama adalah niat. Niat wajib untuk melakukan sholat idul adha cukup diucapkan dalam hati, karena Allah maha memahami bahasa apapun, jadi yang terpenting dalam adalah niat yang hanya semata karena Allah semata dengan keikhlasan hati untuk mengharapkan RidhoNya.
Namun tentunya akan lebih baik jika dilafalkan dengan bahasa Arab yang fasih dan jelas. Berikut adalah bacaan niat sholat idul adha dan takbirotul ihram beserta artinya.
Niat Sholat Sunah Idul Adha sebagai Imam
USHOLLI SUNNATAN LI’IDHIL ADHAA ROK’ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI IMAAMAN LILLAAHI TA’AALA
Artinya :
Saya niat sholat sunnah idul adha dua raka’at menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta’ala.
Bacaan niat sholat idul adha untuk Ma’mum:
USHOLLI SUNNATAN LI’IDHIL ADHAA ROK’ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI MA’MUUMAN LILLAAHI TA’AALA
Artinya :
Saya niat sholat sunnah idul adha dua raka’at menghadap kiblat sebagai ma’mum karena Allah Ta’ala.
Niat dilakukan dengan posisi berdiri dan dilafalkan dengan jelas saat sebelum takbir (Allahu Akbar) sambil mengangkat kedua tangan yang diarahkan ke dekat telinga kita, lalu saat takbir hampir selesai (diujung kalimat Akbar) lafalkan niat artinya dari dalam hati secara yakin dan jelas. Inil adalah salah satu hal yang menentukan sah atau tidaknya sholat yang kita lakukan. Jika niat di dalam hatinya terasa ragu sebaiknya diulang lagi sampai yakin.
Baca juga:
- Rakaat Pertama
Pelaksanaan Rakaat pertama sama seperti sholat lainnya hanya saja setelah melafalkan doa iftitah, diselingi dengan takbir sebanyak tujuh kali sebelum lanjut ke surat al-fatihah. Berikut adalah penjelasan lebih lengkap mengenai langkah-langkah dari rakaat pertama sholat idul adha.
- Melafalkan Doa Iftitah
Setelah melafalkan niat dan takbiratul ihram, jamaah diharuskan membaca doa iftitah dengan suara pelan seperti pada sholat wajib. Doa ini masih dilakukan dalam posisi berdiri Berikut adalah bacaan doa iftitah dan artinya
Baca juga: Ijtihad dalam Hukum Islam; Puasa Sunah Idul Adha dalam Islam
- Takbir 7 kali
Setelah membaca doa iftitah, selanjutnya adalah dengan melafalkan takbirotul ihram sebanyak tujuh kali yang di bacakan terlebih dahulu oleh imam kemudian diikuti oleh ma’mum. Bacaan takbir ini dilakukan dengan sambil mengangkat kedua tangan yang didekatkan ke bagian telinga.
Selama melafalkan takbir ini disunahkan untuk diselingi bacaan kalimat tasbih yang dilafalkan dengan suara pelan oleh jamaah. Berikut adalah bacaan tasbih dan artinya.
Bacaan kalimat tasbih:
Subhanallah walhamdulillah walailaha illallah wallahu akbar
Artinya: Mahasuci Allah dan segala puji bagi Allah dan tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha besar
Bacaan tasbih untuk menyelingi takbir pada sholat idul adha ini hukumnya tidak baku. Jamaah boleh dengan membaca bacaan tasbih lainnya selama arti yang terkandung dalam bacaan tasbih tersebut adalah berisi pujian kepada Allah Ta’ala.
Baca juga: Tata Cara Qurban Idul Adha; Tata Cara Shalat Idul Fitri
- Membaca Surat Al-Fatihah
Setelah selesai membaca takbiratul ihram dan diselingi bacaan kalimat tasbih, selanjutnya adalah surat al-Fatihah yang dibacakan terlebih dahulu oleh imam secara lantang dan jelas lalu diikuti oleh ma’mum yang kemudian bagian ayat akhir dari surat ini diaminkan oleh seluruh ma’mum dengan suara keras.
- Membaca surat dalam Al-Quran
Setelah bacaan al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat al-Quran. Bacaan surat yang biasanya dilafalkan pada rakaat pertama adalah surat al-A’la.
Baca juga: Hukum Belum Membayar Hutang Puasa Ramadhan; Hukum Zakat Pendapatan dalam Islam
- Ruku’
Setelah selesai dengan bacaan surat al-Qur’an, langkah selanjutnya adalah ruku’ posisi dan bacaan yang sama seperti pada saat sholat wajib biasanya.
- Sujud dan i’tidal
Setelah ruku’, selanjutnya adalah melakukan sujud sebanyak dua kali yang diselingi dengan i’tidal dengan bacaan yang sama seperti pada saat sholat wajib biasanya.
Baca juga: Islam Di Amerika; Niat Puasa Ganti Ramadhan
- Rakaat kedua
Pelaksanaan rakaat kedua dilakukan sama persis seperti rakaat pertama hanya saja takbirotul ihramnya dilakukan sebanyak lima kali dengan diselingi bacaan tasbih dan bacaan surat al-quran surat al-Ghasiyah.
Setelah membaca surat al-Ghasiyah yang dibacakan secara lantang oleh imam dan diikuti oleh ma’mum, kemudian melakukan ruku’ dan dua sujud seperti biasa yang setelah sujud terakhirnya membaca tasyahud yang kemudian diakhiri dengan salam.
Dengan diucapkannya salam berarti sholat idul adha telah berakhir. Kemudian membaca takbir secara bersama-sama dan khutbah oleh khatib jika memungkinkan.
Isi yang disampaikan dalam khutbah Idul Adha biasanya bertema tentang seputar idul adha, mulai dari pengertian, hikmah, makna dan sejarah yang telah di bahas pada bagian awal artikel ini.
Setelah sholat idul adha dan khutbahnya selesai maka jemaah sangat dianjurkan untuk mengumandangkan takbir idul adha yang dipimpin oleh salah satu orang untuk mengumandangkannya secara lengkap.
baca juga:
Berikut ini adalah bacaan Takbir Idul Adha dan artinya
Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar….. Laa – ilaaha – illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahil – hamd.
Artinya :
Allah maha besar (3X) , Tiada Tuhan selain Allah Allah maha besar, Allah maha besar dan segala puji bagi Allah
Takbir yang lebih lengkap / sempurna:
Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar….. Laa – ilaaha – illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahil – hamd. Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar….. Allaahu akbar kabiiraa walhamdulillaahi katsiiraa,… wasubhaanallaahi bukrataw – wa ashillaa. Laa – ilaaha illallallahu walaa na’budu illaa iyyaahu mukhlishiina lahuddiin walau karihal – kaafiruun, walau karihal munafiqun, walau karihal musyrikun. Laa – ilaaha – illallaahu wahdah, shadaqa wa’dah, wanashara ‘abdah, – wa – a’azza – jundah, wahazamal – ahzaaba wahdah. Laa – ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahil – hamd.
Artinya:
Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah dan Allah Mahabesar. Allah Mahabesar dan segala puji hanya bagi Allah. Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar Allah maha besar dengan segala kebesaran, Segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya, Dan maha suci Allah sepanjang pagi dan sore. Tiada Tuhan selain Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya dengan memurnikan agama Islam meskipun orang kafir, munafiq dan musyrik membencinya. Tiada Tuhan selain Allah dengan ke Esaan-Nya. Dia menepati janji, menolong hamba dan memuliakan bala tentara-Nya serta melarikan musuh dengan ke Esaan-Nya. Tiada Tuhan selain Allah, Allah maha besar. Allah maha besar dan segala puji bagi Allah.
Demikianlah mengenai niat dan tata cara idul adha. Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.