6 Tips Berdakwah Lewat Media Daring

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kecanggihan teknologi saat ini yang dapat menjangkau para penggunanya dapat dimanfaatkan sebagai sarana dakwah. Media sosial digunakan untuk berinteraksi dengan teman, sahabat, keluarga, saudara, bahkan dengan orang yang tidak dikenal, juga bisa digunakan sebagai sarana berdakwah.

Menyebarnya syi’ar islam di dunia maya memudahkan akses orang-orang dapat mendengarkan  atau melihat ceramah bagaikan ia hadir di dalam majelis.

Allah subhanah wata’ala berfirman:

ادْعُوا إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالحِكْمَةِ وَالمَوْعِظَةِ الحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالمُهْتَدِ

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan debatlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. Annahl: 125)

Kemudian, Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam juga bersabda:

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَة

“Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat.” (Shahih Bukhari no. 3202, Musnad Ahmad no. 6198; 6594; 6711, Sunan Darimi no. 541)

Perbedaan pendapat dalam dakwah di media sosial, perlu disikapi dengan kehati-hatian. Apalagi, bila perbedaan itu sampai membentuk permusuhan sesama muslim, bahkan abai terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama.

Hal yang membuat perbedaan menjadi senjata permusuhan bagi persaudaraan adalah sikap yang datang dari orang-orang yang tidak mengerti dalam permasalahan syari’at, apalagi tidak sedikit dari orang-orang jahil tersebut yang berdusta di atas nama Allah dan rasul-Nya sehingga menghancurkan ukhuwwah islamiyah.

Dari permasalahan yang dihadapi muslim sebagai seorang mukallaf (yang dibebani) wajibnya berdakwah, maka dalam pembahasan kali ini akan membahas mengenai 6 Tips Berdakwah Lewat Media Daring

  1. Jangan berdusta atas Allah SWT dan Rasul

Allah subhanah wata’ala berfirman:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمِيْنَ

“Dan siapakah yang lebih zholim daripada orang yang mengada-ngada suatu kebohongan tehadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya Allah tidak menguntungkan orang-orang yang zholim.” (QS. Al-An’am: 21)

Kemudian, Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّار

“Barang siapa yang berdusta atasku dengan sengaja, maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka.” (Shahih Bukhari no. 3202, Musnad Ahmad no. 6198; 6594; 6711, Sunan Darimi no. 541) Baca juga tentang Hukum Cerai Bagi Wanita Hamil

Berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya merupakan tindakan terburuk dari seorang da’i. Akibatnya tidak main-main seperti yang tertera dalil di atas. Na’udzubillah min dzalik.

  1. Memastikan materi dakwah didapat dari ulama terpercaya

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Bertanyalah pada orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahuinya.” (QS. Annahl:43)

Kemudian, Allah subhanahu wata’ala berfirman juga:

يَا أَيُهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُم فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيْبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasiq datang kepadamu membawa berita, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbeuatan tersebut.” (QS. Alhujurat: 6)

  1. Berdakwah dengan hal-hal yang disepakati bersama

Sebarkanlah nasihat yang sudah dikenal kesepakatannya. Menebar nasihat yang membentuk tazkiyatun nafs dengan bertema akhlak dan adab.

Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam:

قُلِ الحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا

“Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya.” (HR. Ahmad, Attabrani, Ibn Hibban, dan Alhakim. Berkata Alhakim: “sanadnya shahih”.)

  1. Berilmu dan siap menjawab bila seseorang bertanya

Manusia harus bertanggung jawab dengan apa yang ia buat. Bila kamu berbicara sesuatu dan ada seseorang yang bertanya tentang apa yang datang darimu maka harus siap menjawab dengan benar dan santun.

Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ إِمَامَ الدَّجَّالِ سِنِينَ خَدَّاعَةً يُكَذَّبُ فِيهَا الأَمِينُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الخَائِنُ وَيَتَكَلَّمُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ. قِيلَ: وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: الفُوَيْسِقُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ العَامَّةِ

“Sesungguhnya beberapa tahun sebelum datangnya dajjal akan muncul para penipu, sehingga orang jujur didustakan dan orang dusta dibenarkan dan orang yang dipercaya dikhianati, sedang pengkhianat dipercaya, serta para ruwaibidhah angkat bicara.”. Ada yang bertanya: “apa itu ruwaibidhah?”. Kemudian Rasulullah menjawab: “orang fasik yang berbicara masalah publik.” (Musnad Ahmad no. 12820)

  1. Tidak jadi aib apabila meminta maaf jika dakwah salah atau tidak tahu

Manusia bukanlah malaikat, apalagi Tuhan. Manusia tempatnya lupa, salah, dan lalai, namun sebaik-baiknya yang bersalah adalah yang memperbaiki kesalahannya. Baca juga tentang Hukum Tidak Shalat Jumat Karena Bekerja

Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَم خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الخَطَّائِينَ التَّوّابُونَ

“Semua anak Adam (manusia) memiliki kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang memiliki kesalahan adalah yang bertaubat (memperbaikinya).” (HR. Tirmidzi, Ibn Majah, dan Darimi. Dibenarkan oleh Ibn Hajar dalam kitab Bulughul Maram.)

  1. Hendaknya amalan yang akan disampaikan diamalkan dulu

Setiap da’i hendaknya mencontohkan terlebih dahulu hal-hal yang akan disampaikannya pada orang lain apakah sudah selaras dengan apa yang disampaikan atau belum. Apalagi, bila sudah berucap pun belum juga mengamalkan.

Hal ini akan berakibat fatal pada diri seorang da’i dan mad’u itu sendiri. Seorang da’i akan dicap sebagai munafik dan mendapat kebencian Allah, sedangkan mad’u merugi karena kehilangan nasihat.

Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam bersabda:

آيَةُ المُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Ciri-ciri orang munafiq ada tiga: apabila berkata ia bohong, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila dipercaya ia khianat.” (HR. Bukhari)

Kemudian, Allah subhanahu wata’ala juga berfirman:

يَا أَيُهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak kalia kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan.” (QS. Ash-Shaff: 2-3).

Semoga Bermanfaat.

Baca Juga: Cara Berdakwah yang Baik Menurut Islam

fbWhatsappTwitterLinkedIn