Al-quran Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran Mon, 20 Jun 2022 03:02:26 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png Al-quran Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran 32 32 10 Cara Mengajarkan Anak Membaca Al-Quran https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/cara-mengajarkan-anak-membaca-al-quran Mon, 20 Jun 2022 03:02:25 +0000 https://dalamislam.com/?p=11675 Sebagai umat Muslim, mengajarkan anak beribadah adalah salah satu yang diwajibkan. Tidak hanya dengan shalat 5 waktu dan salat sunah, tetapi juga membaca Al-Qur’an dan memaknai masing-masing ayatnya. Cara Mengajar Anak Mengaji agar Tidak Bosan Ada banyak hal yang bisa dilakukan sebagai metode untuk mengajarkan anak mengaji. Moms perlu membuat kegiatan mengaji semenarik mungkin, tetapi […]

The post 10 Cara Mengajarkan Anak Membaca Al-Quran appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sebagai umat Muslim, mengajarkan anak beribadah adalah salah satu yang diwajibkan. Tidak hanya dengan shalat 5 waktu dan salat sunah, tetapi juga membaca Al-Qur’an dan memaknai masing-masing ayatnya.

Cara Mengajar Anak Mengaji agar Tidak Bosan

Ada banyak hal yang bisa dilakukan sebagai metode untuk mengajarkan anak mengaji. Moms perlu membuat kegiatan mengaji semenarik mungkin, tetapi tetap dalam adab membaca Alquran sehingga Si Kecil juga lebih bersemangat. Mengajarai anak baca Alquran juga merupakan pendidikan anak dalam Islam. Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan agar Moms bisa mengajar anak mengaji dengan cara yang lebih menyenangkan.

1. Menggunakan Timer

Salah satu tips cara mengajar anak mengaji agar tidak bosan adalah dengan menggunakan timer. Agar lebih kompetitif, menggunakan timer bisa menjadi cara mengajarkan anak mengaji yang menarik untuk meningkatkan kelancaran membaca Al-Qur’an.

Cukup menyiapkan timer, lalu mulai hitung mundur bersamaan ketika Si Kecil mengaji. Hal ini akan membuat anak jadi lebih mahir dan pelajarannya juga lebih menyenangkan.

2. Menggunakan Media Lain

Meskipun prioritas Moms yaitu untuk mengajarkan anak mengaji, tetapi tidak melulu harus menggunakan buku Iqra atau Al-Qur’an. Kita juga bisa mengajarkan Si Kecil membaca dengan menggunakan media lain agar lebih menarik.

Misalnya, memutar surat-surat Al-Qur’an via video YouTube atau lewat podcast sembari membaca Al-Qur’an. Hal ini akan melatih Si Kecil tentang pelafalan sehingga pengucapannya juga lebih baik. Jadinya, cara mengajar anak mengaji agar tidak bosan ini bisa coba diterapkan.

3. Membaca Berantai

Cara mengajar anak mengaji agar tidak bosan ini akan lebih bagus dan menarik bila Moms dan Dads juga ikut serta. Cara mengajarkan anak mengaji ini dilakukan secara berantai atau sambung-menyambung.

Tidak hanya mengaji, cara ini bisa juga dilakukan sebagai metode untuk mengajak Si Kecil menghafalkan surat-surat, sehingga ia cepat mengingat surat atau ayat Al-Qur’an tersebut.

Kita bisa memulai dengan membacakan surat terlebih dahulu beberapa ayat, lalu disambung oleh anak, kemudian disambung lagi oleh Dads. Kegiatan mengaji pun akan jadi lebih menyenangkan.

4. Hargai Usaha Si Kecil

Hal ini juga merupakan cara mengajar anak mengaji agar tidak bosan yang tidak kalah penting. Menghargai setiap usaha anak usai ia mengaji Al-Qur’an akan membuatnya lebih termotivasi dan mau belajar lagi. Jengan bentak anak, ketahui hukim bentak anak dalam Islam.

Kita bisa memberikan penghargaan kecil-kecilan, baik itu sekadar ucapan semangat dan terima kasih, atau memberikan makanan favoritnya untuk berbuka puasa. Dengan ini usaha ini, mereka akan merasa dihargai dan semakin bersemangat untuk mengaji.

5. Mendengarkan Lantunan Al-Quran

Cara mengajarkan anak mengaji agar tidak bosan satu ini juga bisa dicoba, ya. Jika anak belum lancar membaca Al-Quran, bisa dibantu dengan menyetel murottal atau mendengarkan lantunan Al-Quran.

Ini dapat dengan mudah dibantu melalui beberapa media lain seperti video streaming, aplikasi, atau pun Al-Quran elektronik. Ketika anak terbiasa mendengar lantunan Al-Quran, ia ada kencenderungan dalam hal meniru dan mengulangi hal-hal yang diinginkannya. Lrathui juga hukum mendengar kajian secara online.

Tanpa disadari, lantunan ini akan terekam di daya pikir anak dan lambat laun dapat menghafalnya. Pilihan lain bisa dengan mengajak anak ke tadarus Al-Quran untuk mendengar dan menyimak secara langsung. Jika sering di ulang-ulang, memori anak akan merekamnya secara baik, lho.

6. Mengenalkan Huruf Hijaiyah

Jika Si Kecil baru mulai belajar, coba mulai dari yang mudah dulu dalam cara mengajarkan anak mengaji agar tidak bosan. Huruf hijaiyah ini bisa Moms kenalkan ke anak dengan cara yang kreatif agar Si Kecil tertarik untuk memelajarinya.

Misalnya dengan menempelkan huruf hijaiyah di dinding kamar anak dengan warna yang beragam. Buatlah di ukuran kertas yang agak besar agar Si Kecil dapat dengan mudah mengenalinya.

Dengan melihatnya setiap hari, nantinya Si Kecil akan terbiasa bertemu dengan huruf hijaiyah ketika membaca Al-Quran. Kita juga bisa mengumpulkan huruf-huruf hijaiyah ini dalam bentuk buku yang mudah dibawa kemana-mana. Praktis bukan?

7. Membuat Kuis Tebak Huruf

Jika hanya menempelkan huruf hijaiyah saja tidak mempan, bagaimana dengan cara mengajarkan anak mengaji agar tidak bosan satu ini? Moms bisa membuat kuis ‘seru-seruan’ dengan Si Kecil dengan tema seputar Al-Quran.

Cara mengajarkan anak mengaji dengan cara ini akan membuat mereka seperti bermain sambil belajar. Anak-anak tentu lebih semangat kalau mendengar kata ‘bermain’ bukan?

Tips ini akan membuat anak-anak tertarik untuk belajar dan memahami Al-Quran secara lebih dalam. Bisa dimulai dengan kuis mengacak huruf hijaiyah lalu minta anak untuk mengurutkannya.Agar lebih menarik, bisa dengan menebak pelafalan huruf hijayah tersebut. Bisa dikemas berbagai rupa dalam bentuk kartu ataupun buku kliping ya. Moms!

8. Memasukkan Anak ke TPA

Sepertinya cara mengajar anak mengaji agar tidak bosan satu ini sudah jarang kita temukan ya, Moms. Namun, tak ada salahnya dicoba, bukan? Yuk, ajak anak belajar membaca Al-Quran di TPA ataupun TPQ bersama anak-anak lain, karena hal ini merupakan salah cara mendidik anak dalam Islam.

Tak hanya membaca, nantinya Si Kecil juga diajarkan cara menulis bahasa Arab, menghafal surat-surat, serta memahami kaidah-kaidahnya. Bahkan, sekarang Moms bisa memanggil guru ngaji ataupun pelatihan khusus Al-Quran anak ke rumah masing-masing, lho!

9. Menceritakan Kisah-Kksah di Dalamnya

Untuk membuat Si Kecil senang belajar membaca Alquran, Anda juga bisa menceritakan kisah-kisah yang terdapat dalam kitab suci tersebut. Misalnya kisah tentang para nabi dan rasul utusan Allah SWT, dan juga banyak kisah menarik lainnya yang bisa diambil hikmahnya.

10. Selalu Sabar

Salah satu yang terpenting dalam proses mengenalkan anak pada bacaan Alquran adalah sikap selalu sabar dengan proses belajar Si Kecil. Anda mesti ingat, kemampuan belajar setiap anak masing-masing berbeda, sehingga hasil yang didapat juga tidak akan sama kecepatannya.

Namun, satu yang perlu Anda percayai, Moms dan Dads, anak Anda akan bisa melakukannya jika ia belajar dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan dukungan dari Anda setiap saat.

Itu dia Moms, tips beberapa cara mengajar anak mengaji agar tidak bosan yang menarik dan menyenangkan. Membaca Al-Qur’an pun jadi hal yang semangat untuk dilakukan Si Kecil.

The post 10 Cara Mengajarkan Anak Membaca Al-Quran appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Membaca Al-Quran di HP Tanpa Wudhu Beserta Hadits yang Membahasnya https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/hukum-membaca-al-quran-di-hp-tanpa-wudhu Mon, 09 May 2022 08:25:37 +0000 https://dalamislam.com/?p=10828 Keutamaan dalam membaca Al-Qur’an sangat banyak,hal tersebut banyak ditemukan dalam beberapa hadist riwayat salah satunya adalah sebagai berikut : عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ » “Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi […]

The post Hukum Membaca Al-Quran di HP Tanpa Wudhu Beserta Hadits yang Membahasnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Keutamaan dalam membaca Al-Qur’an sangat banyak,hal tersebut banyak ditemukan dalam beberapa hadist riwayat salah satunya adalah sebagai berikut :

عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ »

“Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang yang lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR. Muslim).

Rasulullah saat ditanya oleh salah seorang sahabat yang bernama Abu Umamah tentang keutamaan membaca Qur’an menyebutkan bahwa :

عَنْ أَبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىُّ رضى الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

“Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).

Dari beberapa petikan hadist riwayat diatas, dapat dipastikan bahwa terdapat banyak sekali manfaat atau syafaat kala membaca Al-Qur’an dan diniatkan untuk ibadah hanya kepada Allah Aza wa ja’ala. Dan sesuai hukum ketika ada yang ingin membaca mushaf Qur’an, diwajibkan untuk berwudhu.

Namun bagaimana hukumnya ketika membaca Al-Qur’an dalam gawai yang sering kita gunakan untuk berkomunikasi? Berikut penjelasannya.

Kesimpulan dari berbagai referensi hukumnya tanpa wudhu boleh membaca Al Quran di HP karena Al Quran di HP bukan termasuk kategori mushaf.

Huruf-huruf Al-Qur’an yang terdapat dalam perangkat berbeda dengan keberadaan huruf-huruf dalam naskah. Properti yang dibaca tidak ada. Sifat wujud Al-Qur’an dalam HP adalah bergelombang dan bergambar, ketika kita sentuh, mereka akan terlihat di layar dan menghilang ketika discroll ke atas.

Bahkan jika quran di telepon dianggap sama dengan mushaf, maka dimungkinkan untuk membacanya tanpa wudhu karena beberapa ulama membolehkan mushaf dengan quran tanpa wudhu.
Saat membaca Al-Qur’an dan menyentuh mushaf, para ulama berbeda pendapat. Ada yang membolehkan tanpa wudhu, dan ada yang mewajibkan untuk berwudhu dan menghilangkan hadats besar maupun kecil.

Perbedaan muncul karena perbedaan penafsiran ayat-ayat berikut :

“Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhmahfuz), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam. Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al Qur’an ini?” (QS. Al-Waqi’ah:77-81).

Sebagian ulama mengatakan, yang dimaksud “tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan” adalah para malaikat yang suci. Jadi, bukan bermaksud mewajibkan wudhu bagi yang akan menyentuh mushaf Al-Quran.

Sebagian ulama lainnya berpendapat, yang dimaksud “tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan” adalah keharusan berwudhu.

فمعلوم أن تلاوة القرآن عن ظهر قلب لا تشترط لها الطهارة من الحدث الأصغر ، بل من الأكبر ، ولكن الطهارة لقراءة القرآن ولو عن ظهر قلب أفضل ، لأنه كلام الله ومن كمال تعظيمه ألا يقرأ إلا على طهارة .

Bagaimanapun, telah menjadi sebuah kesepakatan bahwa membaca Al-Qur’an dengan tujuan menghafal atau hafalan tidak disyaratkan untuk suci dari hadast kecil atau bahkan hadast besar. Namun akan lebih baik lagi jika dalam keadaan suci, karena Allah menyukai hal-hal yang suci dan bersih.

Karena Al-Qur’an sendiri merupakan kumpulan wahyu yang diturunkan oleh Allah, dan untuk mengagungkan firman-Nya, hendaknya tidak dibaca melainkan dalam keadaan suci.

وأما قراءته من المصحف فتشترط الطهارة للمس المصحف مطلقاً ، لما جاء في الحديث المشهور : (لا يمس القرآن إلا طاهر) ولما جاء من الآثار عن الصحابة والتابعين ، وإلى هذا ذهب جمهور أهل العلم ، وهو أنه يحرم على المحدث مس المصحف ، سواء كان للتلاوة أو غيرها

Adapun membaca Al-Quran dengan membawa mushaf maka disyaratkan suci dari hadats karena memagang mushaf, berdasarkan hadis yang masyhur, ‘Tidak boleh menyentuh Al-Quran kecuali orang yang suci.’ Juga berdasarkan riwayat dari para sahabat dan tabi’in.

Dan akhirnya sebagian besar ulam berpendapat bahwa dilarang bagi yang mempunyai hadast untuk memegang mushaf baik untuk dibaca atau untuk tujuan lainnya.

وعلى هذا يظهر أن الجوال ونحوه من الأجهزة التي يسجل فيها القرآن ليس لها حكم المصحف ،لأن حروف القرآن وجودها في هذه الأجهزة تختلف عن وجودها في المصحف ، فلا توجد بصفتها المقروءة ، بل توجد على صفة ذبذبات تتكون منها الحروف بصورتها عند طلبها ، فتظهر الشاشة وتزول بالانتقال إلى غيرها ، وعليه فيجوز مس الجوال أو الشريط الذي سجل فيه القرآن ، وتجوز القراءة منه ، ولو من غير طهارة والله أعلم

Oleh karena HP atau peralatan lainnya yang berisikan konten Qur’an tidak dihukumi sebagai mushaf. Karena perbedaan dari teksnya sendiri yang jauh berbeda dengan teks dalam mushaf. Tidak seperti mushaf, huruf yang ada merupakan vibrasi yang menyusun teks Al-Qur’an saat dibuka. Akan muncul ketika diklik dan akan menghilang ketika kita men-klik aplikasi yang lain. Dan kesimpulannya adalah boleh tanpa wudhu saat membaca Al-Qur’an di HP.

Wallahu a’lam.

The post Hukum Membaca Al-Quran di HP Tanpa Wudhu Beserta Hadits yang Membahasnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Membaca Basmalah Pada Surat At-Taubah yang Perlu diketahui https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/hukum-membaca-basmalah-pada-surat-at-taubah Mon, 09 May 2022 08:19:26 +0000 https://dalamislam.com/?p=10826 Dalam setiap aktivitas kita disarankan untuk membaca basmalah, terutama dalam membaca Qur’an. Namun, seperti yang kita ketahui Surat At-Taubah tidak dimulai dengan basmallah, lalu apa hukumnya? Ada beberapa pendapat tentang ini. Hal yang patut diperhatikan pertama adalah kita harus melihat surat sebelumnya yaitu surat Al-Anfal. Dan berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa pendapat tentang kaitannya […]

The post Hukum Membaca Basmalah Pada Surat At-Taubah yang Perlu diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam setiap aktivitas kita disarankan untuk membaca basmalah, terutama dalam membaca Qur’an. Namun, seperti yang kita ketahui Surat At-Taubah tidak dimulai dengan basmallah, lalu apa hukumnya? Ada beberapa pendapat tentang ini.

Hal yang patut diperhatikan pertama adalah kita harus melihat surat sebelumnya yaitu surat Al-Anfal. Dan berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa pendapat tentang kaitannya dengan posisi surat. Menurut Ubay bin Ka’ab, surat At-Taubah tanpa basmallah karena letaknya yang dekat dengan Al-Anfal yang mempunyai kisah tentang orang-orang yang menepati janji dan kisah tentang perjanjian-perjanjian. Sedangkan yang kedua bercerita tentang orang-orang yang melanggar janji.

Pendapat kedua sejatinya tidak sepenuhnya berbeda dengan pendapat pertama. Menurut Utsman, ada kemiripan cerita dari kedua surat tersebut. Yang pertama yakni surat Al-Anfal orang-orang yang terikat dengan janji, sedangkan surat kedua (At-Taubat) tentang orang-orang yang dilepaskan atas janji mereka.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِمَّا يَأْتِى عَلَيْهِ الزَّمَانُ وَهُوَ تَنْزِلُ عَلَيْهِ السُّوَرُ ذَوَاتُ الْعَدَدِ فَكَانَ إِذَا نَزَلَ عَلَيْهِ الشَّىْءُ دَعَا بَعْضَ مَنْ كَانَ يَكْتُبُ فَيَقُولُ ضَعُوا هَؤُلاَءِ الآيَاتِ فِى السُّورَةِ الَّتِى يُذْكَرُ فِيهَا كَذَا وَكَذَا وَإِذَا نَزَلَتْ عَلَيْهِ الآيَةُ فَيَقُولُ ضَعُوا هَذِهِ الآيَةَ فِى السُّورَةِ الَّتِى يُذْكَرُ فِيهَا كَذَا وَكَذَا

Selama masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan wahyu, turun surat-surat yang ayatnya banyak. Ketika turun kepada beliau sebagian ayat, maka beliau akan memanggil sahabat pencatat al-Quran, lalu beliau perintahkan, “Letakkan ayat-ayat ini di surat ini.” Ketika turun ayat lain lagi, beliau perintahkan, “Letakkan ayat ini di surat ini.”

Utsman melanjutkan,

وَكَانَتِ الأَنْفَالُ مِنْ أَوَائِلِ مَا أُنْزِلَتْ بِالْمَدِينَةِ وَكَانَتْ بَرَاءَةُ مِنْ آخِرِ الْقُرْآنِ وَكَانَتْ قِصَّتُهَا شَبِيهَةً بِقِصَّتِهَا فَظَنَنْتُ أَنَّهَا مِنْهَا فَقُبِضَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَلَمْ يُبَيِّنْ لَنَا أَنَّهَا مِنْهَا

Sementara surat al-Anfal termasuk surat yang pertama turun di Madinah. Sedangkan surat at-Taubah, turun di akhir masa. Padahal isi at-Taubah mirip dengan surat al-Anfal. Sehingga kami (para sahabat) menduga bahwa surat at-Taubah adalah bagian dari surat al-Anfal. Hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, beliau tidak menjelaskan kepada kami, bahwa at-Taubah itu bagian dari al-Anfal.

فَمِنْ أَجْلِ ذَلِكَ قَرَنْتُ بَيْنَهُمَا وَلَمْ أَكْتُبْ بَيْنَهُمَا سَطْرَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فَوَضَعْتُهَا فِى السَّبْعِ الطُّوَلِ

Karena alasan ini, saya urutkan al-Taubah setelah al-Anfal, dan tidak kami beri pemisah dengan tulisan bismillahirrahmanirrahim, dan aku posisikan di tujuh surat yang panjang. (HR. Ahmad 407, Turmudzi 3366, Abu Daud 786, dan dihasankan at-Turmudzi dan ad-Dzahabi)

Alasan sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu ini, seolah menjelaskan latar belakang, mengapa di awal surat at-Taubah tidak tertulis basmalah. Yang sejatinya, ini merupakan hasil pemahaman sahabat terhadap al-Quran yang mereka dapatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Namun ada juga yang berpendapat bahwa ayat tersebut turun untuk menunjukkan “lepasnya” perlindungan Allah dan Rasul-Nya dari orang kafir serta musyrik. Dengan tidak adanya perlindungan tersebut, maka selain orang beriman dilarang untuk melakukan tawaf ataun berputar di sekitar rumah Allah SWT.

Pendapat ketiga berdasarkan riwayat yang diambil dari beberapa sahabat, diantaranya Hudzaifah yang berkata bahwa “Bagaimana mungkin ia disebut surah At-Taubah? Ia lebih tepat disebut Surah azab.”

Dari Said bin Jubair, ia berkata, aku bertanya pada Ibnu Abbas tentang surah At-Taubah. Ibnu Abbas menjawab, “Itu surat yang menyingkap rahasia-rahasia. Tidak henti-hentinya ia turun, kecuali ada di antara rahasia kami yang diungkapnya. Sampai kami takut bahwa tiada (rahasia) yang tersisa dari seorang pun di antara kami,”

Berdasarkan keterangan yang diasmbil dari para sahabat tersebut, Surat At-Taubah adalah surat yang sangat ‘keras’. Surat ini selain ditujukan pada orang non-muslim juga ditujukan untuk sahabat-sahabat Rasulullah. Konon saking kerasnya ayat-ayat didalamnya, maka ia tidak diawali dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Ada lagi riwayat tentang Ibnu Abbas yang bertanya kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu,

لِـمَ لَمْ تَكْتُبْ فِي بَرَاءَة بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم ؟

Mengapa anda tidak menulis bismillahirrahmanirrahim di awal surat at-Taubah?

Jawab Ali bin Abi Thalib,

لِأَنَّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم أَمَانٌ ، وَبَرَاءَة نَزَلَت بِالسَّيْفِ ، لَيْسَ فِيهَا أَمَانٌ

Karena bismillahirrahmanirrahim isinya damai, sementara surat at-Taubah turun dengan membawa syariat perang, di sana tidak ada damai. (HR. Hakim dalam al-Mustadrak 3273)

Penjelasan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah penjelasan mengenai hikmah tidak adanya basamalah di surat at-Taubah. Beliau menilik makna dari basmalah dan makna dari surat at-Taubah. Basmalah, kalimat yang berisi rahmat Allah, memberikan kedamaian, keamanan.

Sementara surat at-Taubah merupakan pengumuman bagi orang musyrikin, bahwa Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam memusuhi mereka dan menantang perang mereka. Meskipun tidak diawali dengan basmallah dan berisi tentang kecaman di dalamnya, namun di akhir surat ditutup dengan ayat kasih sayang serta kerinduan.

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu. Ia sangat menginginkan kamu bahagia. Amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang yang beriman. Bil mu’miniina raa`ufur rahiim”

“Jika mereka berpaling maka katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku; tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dialah Tuhan yang memiliki ‘Arasy yang agung’.”

Jadi kesimpulan yang didapat adalah memang tidak diwajibkan untuk membaca basmalah saat membaca surat At-Taubah.

Wallahu a’alam.

The post Hukum Membaca Basmalah Pada Surat At-Taubah yang Perlu diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Membaca Basmalah dalam Surat Al-Fatihah Beserta Penjelasannya https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/hukum-membaca-basmalah-dalam-surat-al-fatihah Mon, 09 May 2022 07:58:40 +0000 https://dalamislam.com/?p=10831 Ketika shalat kita selalu membaca surat Al-Fatihah. Al Fatihah sebagaimana yang telah kita ketahui, keutamaan surat tersebut menjadikan salah satu syarat sah shalat. Namun, bagaimana hukum membaca basmallah pada surat tersebut? Berikut penjelasannya. Surat yang juga disebut sebagai inti dari Al-Quran ini menjadi syarat sah shalat. Ada sejumlah pendapat yang berbeda tentang penggunaan basmalah pada […]

The post Hukum Membaca Basmalah dalam Surat Al-Fatihah Beserta Penjelasannya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ketika shalat kita selalu membaca surat Al-Fatihah. Al Fatihah sebagaimana yang telah kita ketahui, keutamaan surat tersebut menjadikan salah satu syarat sah shalat. Namun, bagaimana hukum membaca basmallah pada surat tersebut? Berikut penjelasannya.

Surat yang juga disebut sebagai inti dari Al-Quran ini menjadi syarat sah shalat. Ada sejumlah pendapat yang berbeda tentang penggunaan basmalah pada surat ini.

Pertama

Pada pendapat pertama adalah wajib membaca basmalah dalam sholat. Pendapat ini berasal dari madzhab Syafi’i, dan di kuatkan oleh sebagian ulama madzhab Hanabilah.

Berkata imam Al Mawardi:

يُجْهَرُ بِهَا مَعَ السُّورَةِ فِي صَلَاةِ الْجَهْرِ، وَيُسَرُّ بِهَا فِي صَلَاةِ الْإِسْرَارِ

“Di keraskan bacaan basmalah pada sholat-sholat jahriyyah dan di pelankan pada sholat-sholat sirriyyah” 

Berkata imam As-Syirozi:

ويجب ان يبتدئها بسم الله الرحمن الرحيم فإنها آية منها

“Dan wajib untuk memulai dengan bismillah, karena ia termasuk bagian al-Fatihah”

Kedua

Pendapat yang kedua adalah sunnah hukumnya dalam membaca basmalah sebelum membaca Al-Fatihah, dan ini adalah madzhab Hanabilah, merupakan pendapat yang di pilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Berkata imam Al-Hajjawi:

ثُمَّ يُبَسْمِلُ سِرًّا وَلَيْسَتْ مِنَ الْفَاتِحَةِ

“Kemudian membaca basmalah secara pelan dan basmalah tidak masuk bagian Al- Fatihah” 

Berkata Al Buhuti:

وَإِنْ تَرَكَ الِاسْتِفْتَاحَ وَلَوْ عَمْدًا حَتَّى تَعَوَّذَ، أَوْ التَّعَوُّذَ، حَتَّى بَسْمَلَ أَوْ الْبَسْمَلَةَ حَتَّى أَخَذَ فِي الْقِرَاءَة سَقَطَ

“Seandainya ia tidak membaca doa istiftah meskipun sengaja (tidak membaca), sampai ia membaca ta’awwudz, atau tidak membaca ta’awwudz sampai akhirnya membaca basmalah, atau tidak membaca basmalah sampai ia membaca surah Al Fatihah maka gugur syariatnya (tidak perlu mengulang dan sah sholatnya)”  

Berkata imam Ibnu Najjar Al-Futuhi:

ثُمَّ يَقْرَأُ الْبَسْمَلَةَ وَهِيَ آيَةٌ فَاصِلَةٌ بَيْنَ كُلِّ سُورَتَيْنِ سِوَى بَرَاءَةٍ

“Kemudian di sunnahkan membaca basmalah dan dia termasuk bagian ayat al quran untuk membedakan antara dua surat selain surat At Taubah”

Ketiga

Pendapat ulama yang ketiga adalah berhukum makruh membaca basmalah sebelum membaca Al Fatihah. Yang memiliki pendapat ini adalah madzhab Maliki.

Berkata imam Al-Qoroofi:

الْبَسْمَلَةُ وَفِيْهَا أَرْبَعَةُ مَذَاهِبَ، الْوُجُوْبُ لِ ( ش ) وَالْكَرَاهَةُ لِمَالِكٍ وَالنَّدْبُ لِبَعْضِ أَصْحَابِنَا…

“Basmalah, dan dalam masalah ini ada 4 madzhab: wajib menurut madzhab Syafi’i dan makruh menurut Malik dan sunnah menurut sebagian ulama madzhab kami”

Berkata imam Al-Kholil:

وَلاَ بَسْمَلَةَ فِيْهِ وَجَازَتْ كَتَعَوُّذٍ بِنَفْلٍ وَكُرِهَا بِفَرْضٍ كَدُعَاءٍ قَبْلَ قِرَاءَةٍ وَبَعْدَ فَاتِحَةٍ وَأَثْنَاءَهَا وَأَثْنَاءَ سُوْرَةٍ

“… dan tidak juga basmalah padanya, dan di bolehkan membaca basmalah pada sholat sunnah sebagaimana ta’awwudz, dan di makruhkan membaca ta’awwudz dan basmalah pada sholat wajib sebagaimana di makruhkan juga doa sebelum membaca Al-Fatihah dan setelah Al Fatihah dan di tengah-tengahnya dan di pertengahan sholat…”

Berkata Ad-Dirdir:

(وَكُرِهَا) أي البسملة والتعوذ (بفرض)

“(dan keduanya di makruhkan) yaitu: bacaan basmalah dan ta’awwudz (pada sholat wajib)” 

Pendapat yang kuat -wallahu a’lam- adalah pendapat bahwasanya membaca Basmalah sebelum al-Fatihah hukumnya adalah sunnah. Hal ini karena sebagian dalil menunjukan Nabi membaca basmalah sebelum membaca Al-Fatihah, namun basmalah bukan termasuk al-Fatihah. Berdasarkan hadits Abu Huroiroh, beliau berkata :

فإنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} [الفاتحة: 2]، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1]، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي – فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [الفاتحة: 5] قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} [الفاتحة: 7] قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ “

“Sesungguhnya Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah azza wa jalla berfirmah (hadits qudsi), aku membagi sholat hambaku menjadi dua bagian dan untuk hambaku apa yang ia minta, apabila seorang hamba mengatakan (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) maka Allah azza wa jalla berfiman: “Hambaku telah memujiku”, dan apabila seorang hamba membaca (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) maka Allah azza wa jalla berfirman: “Hambaku telah menyanjungku”, dan apabila seorang hamba membaca (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ) maka Allah azza wa jalla berfirman: “Hambaku telah memujaku”, dan apabila seorang hamba membaca  (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) maka Allah azza wa jalla berfirman, “Ini antara antaraku dan hambaku, dan untuk hambaKu apa yang dia minta”, dan apabila seorang hamba membaca (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ) maka Allah azza wa jalla berfirman, “Ini antaraku dan hambaKu dan untuk hambaKu apa yang ia minta”.

Dan berikut ini adalah dalil yang menguatkan tentang hukum pembacaan basmallah.

Segi pendalilan: Allah azza wa jalla memulai pembagian dari alhamdulillah dan jikalau basmalah termasuk Al fatihah, maka Allah azza wa jalla akan memulai pembagian dari basmalah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :

فَلَا رَيْبَ أَنَّهُ كَانَ فِي الصَّحَابَةِ مَنْ يَجْهَرُ بِهَا وَفِيهِمْ مَنْ كَانَ لَا يَجْهَرُ بِهَا بَلْ يَقْرَؤُهَا سِرًّا أَوْ لَا يَقْرَؤُهَا

“Dan tidak di ragukan lagi bahwasanya sebagian sahabat mengeraskan bacaan basmalah dan sebagian mereka ada yang tidak mengeraskannya, akan tetapi membaca dengan pelan atau tidak membaca sama sekali” 

The post Hukum Membaca Basmalah dalam Surat Al-Fatihah Beserta Penjelasannya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ayat Al-Quran Tentang Harta Kekayaan Beserta Pembahasannya https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/ayat-al-quran-tentang-harta-kekayaan Mon, 28 Mar 2022 08:59:34 +0000 https://dalamislam.com/?p=10712 Ajaran Islam menempatkan harta benda dalam jajaran lima kemaslahatan dasar. Sebab, harta merupakan salah satu kepentingan yang mendasar dalam kehidupan manusia. Namun, Islam juga menempatkan harta benda sebagai ujian bagi manusia. Ini seperti ditegaskan surah Al-Taghaabun ayat 15, yang artinya, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) ….” Di satu sisi, hak kepemilikan seseorang atas […]

The post Ayat Al-Quran Tentang Harta Kekayaan Beserta Pembahasannya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ajaran Islam menempatkan harta benda dalam jajaran lima kemaslahatan dasar. Sebab, harta merupakan salah satu kepentingan yang mendasar dalam kehidupan manusia.

Namun, Islam juga menempatkan harta benda sebagai ujian bagi manusia. Ini seperti ditegaskan surah Al-Taghaabun ayat 15, yang artinya, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) ….”

Di satu sisi, hak kepemilikan seseorang atas harta benda tetap dihormati dan dilindungi. Akan tetapi, di sisi lain harta benda itu pada hakikatnya merupakan titipan dari Allah SWT. Sebab, Dialah Yang Mahamemiliki. Maka dari itu, seorang insan harus memanfaatkan harta bendanya sebagaimana diperintahkan Allah SWT.

Ketika Nabi Muhammad saw tengah menderita sakit dan menjelang ajalnya, beliau hanya memiliki uang tujuh dinar. Khawatir kalau sampai meninggal dunia uang tersebut masih berada di tangannya, Nabi SAW pun menyuruh menyedekahkan seluruh uang itu kepada fakir miskin.

”Bagaimana nantinya jawab Muhammad kepada Tuhannya, sekiranya ia menghadap Allah sedangkan uang itu masih ada di tangannya,” kata beliau.
Demikianlah, Rasulullah saw pergi meninggalkan dunia fana ini menghadap Allah SWT tanpa meninggalkan uang sepeser pun.

Nabi SAW tidak meninggalkan sesuatu harta benda kepada siapa pun, termasuk kepada keluarganya. Sekalipun demikian, Nabi secara cemerlang telah meninggalkan suri teladan dan contoh kehidupan yang indah.

Berusaha mencari harta yang halal dengan mengerahkan segala potensi yang kita miliki merupakan perintah Allah SWT kepada setiap hamba-Nya, karena prinsipnya manusia akan mendapatkan melainkan apa yang dia usahakan (an-Nazm: 39).

Ketika usahanya maksimal maka ia pun akan mendapatkan hasil yang maksimal, demikian pula sebaliknya. Ketika seseorang telah mendapatkan hasil dari usahanya yang maksimal, tentu ia akan mendapatkan hasil dari kerja kerasnya berupa harta yang halal, selanjutnya ia gunakan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berkaitan dengan penggunaan harta kekayaan serta manfaat harta tersebut, Rasulullah SAW memberikan tuntunan sangat jelas agar seseorang dapat menggunakan hartanya, sesuai harapan setiap orang yang beriman bahwa hartanya dapat memberikan kebaikan sesungguhnya, dalam sabdanya Rasulullah SAW menyatakan:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :يقولُ العبدُ : مالي مالي ، وإِنَّ من مالِهِ ثلاثًا : ما أكل فأفْنَى ، أو لبِسَ فأبْلَى ، أو أعْطَى فأقْنَى ، وما سِوَى ذلِكَ ، فهو ذاهِبٌ وتارِكُهُ للناسِ

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Berkata seorang hamba: Hartaku! Hartaku!
Sesungguhnya kebaikan dari hartanya itu ada tiga perkara: apa yang dimakannya lalu ia habis, atau apa yang dipakainya ia akan lusuh, atau apa yang diberi (disedekahkan karena Allah SWT), itulah yang akan memberinya kebaikan. Adapun (harta) yang selainnya maka akan pergi dan ditinggalkan untuk manusia (HR. Muslim).

Klasifikasi harta dalam hadits di atas, hendaknya menjadi tuntunan bagi semua orang yang beriman agar memberikan prioritas pada penggunaan harta yang akan memberikan kebaikan yang sesungguhnya bagi pemiliknya.

Tafsir Surat Al-Humazah Ayat 2

الَّذِيْ جَمَعَ مَالًا وَّعَدَّدَهٗۙ

Artinya: yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.

Tafsir Ringkas Kemenag

Celakalah orang yang sifatnya demikian, yang selalu menyibukkan diri dan berorientasi pada mengumpulkan harta benda dan menghitung-hitungnya. Dia merasa nyaman untuk menumpuk dan menghitung harta untuk menjamin kehidupannya di masa datang, dan enggan me-nunai­kan hak Allah dalam hartanya itu.

Tafsir Kemenag

Ayat ini menerangkan bahwa orang yang menimbun harta juga diancam neraka karena memperkaya diri sendiri serta selalu menghitung-hitung harta kekayaannya. Hal itu ia lakukan karena sangat cinta dan senangnya kepada harta seakan-akan tidak ada kebahagiaan dan kemuliaan dalam hidup kecuali dengan harta.

Bila ia menoleh kepada hartanya yang banyak itu, ia merasakan bahwa kedudukannya sudah tinggi dari orang-orang sekelilingnya. Dia tidak merasa khawatir akan ditimpa musibah karena mencerca dan merobek-robek kehormatan orang lain.

Karena kecongkakannya, ia lupa dan tidak sadar bahwa maut selalu mengintainya, tidak memikirkan apa yang akan terjadi sesudah mati, dan tidak pula merenungkan apa-apa yang akan terjadi atas dirinya.

Menurut Direktur Aswaja Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Ma’ruf Khozin, jika manusia selalu memandang luasnya langit maka tidak ada hasrat yang mampu menghentikan nafsunya kecuali mati. 

Dia menukilkan riwayat berikut:

ﻋَﻦْ ﻋَﻄَﺎءٍ، ﻗَﺎﻝَ: ﺳَﻤِﻌْﺖُ اﺑْﻦَ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ ﺭَﺿِﻲَ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ، ﻳَﻘُﻮﻝُ: ﺳَﻤِﻌْﺖُ اﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﻘُﻮﻝُ: «ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﻻِﺑْﻦِ ﺁﺩَﻡَ ﻭَاﺩِﻳَﺎﻥِ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻝٍ ﻻﺑﺘﻐﻰ ﺛَﺎﻟِﺜًﺎ، ﻭَﻻَ ﻳَﻤْﻸَُ ﺟَﻮْﻑَ اﺑْﻦِ ﺁﺩَﻡَ ﺇِﻻَّ اﻟﺘُّﺮَاﺏُ، ﻭَﻳَﺘُﻮﺏُ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﺗَﺎﺏَ»

Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika manusia memiliki dua jurang berisi uang maka ia akan mencari jurang berisi uang yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut manusia kecuali tanah. Dan Allah menerima tobat orang yang bertobat.” (HR Bukhari) 

“Ukuran kaya bukan seberapa banyak rumahnya, seberapa tinggi gedungnya, seberapa panjang mobil terparkir di garasinya,” kata Kiai Ma’ruf. Dia mengutip hadis berikut: 

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ، ﻋَﻦِ اﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ: «ﻟَﻴْﺲَ اﻟﻐﻨﻰ ﻋَﻦْ ﻛَﺜْﺮَﺓِ اﻟﻌَﺮَﺽِ، ﻭَﻟَﻜِﻦَّ اﻟﻐِﻨَﻰ ﻏِﻨَﻰ اﻟﻨَّﻔْﺲِ»

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Hakikat kaya bukan dari banyaknya harta. Namun kekayaan hati.” (HR Bukhari).

Lantas, kata Kiai Ma’ruf, apa yang dimaksud kaya hati? Yaitu ikhlas menerima pemberian dari Allah SWT setelah berusaha: 

ﻭاﺭﺽ ﺑِﻤَﺎ ﻗَﺴَﻢَ اﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻚَ ﺗَﻜُﻦْ ﺃَﻏْﻨَﻰ اﻟﻨَّﺎﺱِ

“Ridha Allah dengan pemberian Allah, maka kamu adalah hamba yang paling kaya.” (HR Tirmidzi)

Kiai Maruf mengatakan, supaya selalu bersyukur lakukan hal berikut:

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ، ﻗَﺎﻝَ: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: «اﻧْﻈُﺮُﻭا ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻦْ ﺃَﺳْﻔَﻞَ ﻣِﻨْﻜُﻢْ، ﻭَﻻَ ﺗَﻨْﻈُﺮُﻭا ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻦْ ﻫُﻮَ ﻓَﻮْﻗَﻜُﻢْ، ﻓَﻬُﻮَ ﺃﺟﺪﺭ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺗَﺰْﺩَﺭُﻭا ﻧِﻌْﻤَﺔَ اﻟﻠﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ»

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Lihatlah orang yang ada di bawah kalian. Dan janganlah melihat kepada orang yang di atas kalian. Hal itu lebih pantas untuk tidak meremehkan nikmat dari Allah kepada kalian.” (HR Muslim).

The post Ayat Al-Quran Tentang Harta Kekayaan Beserta Pembahasannya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Makna Surat Ali Imran ayat 139-141 https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/makna-surat-ali-imran-ayat-139-141 Thu, 25 Feb 2021 16:22:10 +0000 https://dalamislam.com/?p=9688 Islam adalah agama universal, dimana kebaikan yang dibawanya akan selalu sesuai di segala tempat dan segala zaman. Salah satu ajaran islam yang harus selalu diamalkan oleh penganutnya adalah untuk selalu percaya diri dan tidak mudah untuk menyerah yang berujung keputusasaan. Dalam al-Qur’an sendiri sering menyeru kepada pembacanya untuk terus berlomba-lomba dalam kebaikan dan selalu mendorong […]

The post Makna Surat Ali Imran ayat 139-141 appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Islam adalah agama universal, dimana kebaikan yang dibawanya akan selalu sesuai di segala tempat dan segala zaman. Salah satu ajaran islam yang harus selalu diamalkan oleh penganutnya adalah untuk selalu percaya diri dan tidak mudah untuk menyerah yang berujung keputusasaan.

Dalam al-Qur’an sendiri sering menyeru kepada pembacanya untuk terus berlomba-lomba dalam kebaikan dan selalu mendorong untuk percaya diri agar menggapai ridha Allah SWT.

Seperti yang tercantum dalam QS. Ali Imran ayat 139-141:

وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”

Ayat di atas mengajarkan untuk tidak mudah menyerah meskipun kegagalan datang silih berganti. Jika kegagalan itu sampai menghilangkan apa yang kita sayangi, maka tidak perlu larut dalam kesedihan karena setiap yang pergi pasti akan ada penggantinya.

Dan jangan lupa, tujuan dalam berjuang di jalan Allah itu tidak mencari kemewahan dunia atau tersohornya nama, tetapi tujuan utamanya adalah ridha dari Allah SWT.

إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ ٱلْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُۥ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَآءَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ

Artinya: “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”

Hikmah dari ayat di atas adalah umat Islam tidak boleh menyerah dalam berdakwah atau berjihad meskipun mendapat cobaan yang mengalangi dalam berdakwah. Jika kaum kafir kalah dalam perang badar masih terus berperang dalam perang uhud, seharusnya kaum muslim tidak putus asa dalam kekalahan di perang uhud.

Hikmah selanjutnya adalah bahwa mereka yang terbunuh saat menjalankan perintah Allah, maka dia dihukumi sebagai orang yang mati syahid, seperti halnya mereka yang terbunuh saat perang badar dan perang uhud.

وَلِيُمَحِّصَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَيَمْحَقَ ٱلْكَٰفِرِينَ

Artinya: “Dan kekalahan ini yang terjadi pada Perang Uhud merupakan ujian dan penyucian diri bagi kaum mukminin,dan pembersihan bagi mereka dari orang-orang munafik dan sebagai kebinasaan bagi orang-orang kafir”

Kemenangan dan kekalahan yang datang silih berganti datang bertujuan untuk membersihkan kotoran hati pada diri seorang mukmin yang masih rentan imannya, ketika hati mereka sudah bersih, mereka akan berjuang dengan hati yang ikhlas dan murni mengharap ridhaNya.

Kemenangan dan kekalahan bagi golongan munafik adalah pembersihan, maksudnya adalah kemenangan dan kekalahan akan menunjukkan wajah asli mereka, sehingga mereka seolah menampakkan diri dengan kemunafikannya. Sehingga kaum muslimin yang benar-benar lurus akan menghindari golongan munafik ini.

Sedangkan untuk kaum kafir, kemenangan dan kekalahan merupakan kerugian yang tidak ada penebusnya. Karena bagi mereka kemenangan terhadap orang muslim tidak berarti apa-apa, sedangkan kekalahannya merupakan kebinasaan yang nyata.

Itulah tiga ayat yang dapat menggerakkan hati kita sebagai kaum muslimin untuk selalu berjuang di jalan Allah. Jika dulu bagian dari perjuangan adalah mengangkat pedang, untuk sekarang perjuangan berganti dengan menebar perdamaian, sikap toleran dan menularkan kebaikan.

The post Makna Surat Ali Imran ayat 139-141 appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Musabaqoh Tilawatil Qur’an untuk Mengembalikan Syiar Islam https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/musabaqoh-tilawatil-quran-untuk-mengembalikan-syiar-islam Wed, 24 Feb 2021 17:02:01 +0000 https://dalamislam.com/?p=9649 Musabaqah Tilawatil Qur’an merupakan upaya dalam mencapai tujuan pendidikan, dan juga sebagai wadah untuk mengembangkan kompetensi dasar dalam bidang agama, kreatif, berfikir kritis, berkomunikasi dengan baik, dan mampu berkerjasama dalam rangka mengembangkan dan mengekspresikan masing-masing individu sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhan para peserta. Tak lupa pula Musabaqah Tilawatil Qur’an juga menjadi wadah dalam mendakwahkan […]

The post Musabaqoh Tilawatil Qur’an untuk Mengembalikan Syiar Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Musabaqah Tilawatil Qur’an merupakan upaya dalam mencapai tujuan pendidikan, dan juga sebagai wadah untuk mengembangkan kompetensi dasar dalam bidang agama, kreatif, berfikir kritis, berkomunikasi dengan baik, dan mampu berkerjasama dalam rangka mengembangkan dan mengekspresikan masing-masing individu sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhan para peserta.

Tak lupa pula Musabaqah Tilawatil Qur’an juga menjadi wadah dalam mendakwahkan Agama Islam melalui perlombaan. Mengembalikan semangat syiar Islam melalui Musabaqoh Tilawatil Qur’an adalah sesuatu yang dinanti-nanti banyak muslim setiap tahunnya.

Dari berbagai perbedaan perlombaan yang diadakan, Musabaqah Tilawatil Qur’an atau yang biasa disebut dengan (MTQ), membawa semangat mensyiarkan islam dengan menyatukan masyarakat untuk saling berlomba-lomba dalam kebaikan.

Musabaqah Tilawatil Qur’an juga menjadi ajang silaturahmi dengan kafilah-kafilah lain, yang membawa masing-masing kontingen dengan kemampuan yang baik, hal ini tentu akan menjadikan masing-masing peserta terus giat berlatih sebelum perlombaan dimulai, yaitu dengan cara mengikuti LPTQ di masing-masing tempat, dan lain-lain.

Berikut daftar perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur’an:

  1. Tilawah Al-Qur’an (anak-anak sampai dewasa)
  2. Tartil Qur’an (Anak-Anak)
  3. Hifzhil dan Tilawah (1 juz-5 juz)
  4. Hifzil (10 juz, 20 juz, dan 30 juz)
  5. Khat Naskah, Khat Hiasan Mushaf, Khat Dekorasi, dan Khat Kontemporer
  6. Fahmil Qur’an (MFQ)
  7. Syahril Qur’an (MSQ)

Dengan adanya wadah penampung bakat dan minat masing-masing peserta. Musabaqah Tilawatil Qur’an dapat membangun karakter Qur’ani, yang membuat mental bersaing dengan baik.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala, menyeru kepada kita untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan, sebagaimana dalilnya terdapat di dalam QS. Al-Baqarah: 148 dan Qs. Al-Mutaffifin: 26.                                             

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ   

“Berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan” (QS. Al-Baqarah: 148)

وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ

“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba” (QS. Al-Mutaffifin: 26)

Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Jika engkau melihat orang lain mengunggulimu dalam hal dunia, maka kalahkanlah ia dalam hal akhirat”.

Hal ini bisa terhubung dengan Musabaqah Tilawatil Qur’an yang berisi perlombaan-perlombaan bertema “Qur’ani”. Selain itu Musabaqah Tilawatil Qur’an juga memiliki tujuan dalam mewujudkan negeri yang Baldatun Toyyibatun Wa Rabbun Ghafur, yaitu negeri yang baik dengan Rabb Yang Maha Pengampun.

Baldatun Toyyibatun Wa Rabbun Ghafur, adalah suatu negeri yang menjadi dambaan bagi seluruh ummat manusia, yaitu dengan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Negeri yang penduduknya subur dan makmur, namun tidak lupa untuk bersyukur.
  • Negeri yang maju, baik dalam hal ilmu agama maupun ilmu dunianya.
  • Negeri yang di dalamnya terjalin hubungan yang harmonis antara pemimpin dan masyarakatnya, yaitu dengan terwujudnya saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran
  • Negeri yang selaras antara kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya
  • Negeri yang seimbang antara kebaikan jasmani dan rohani penduduknya
  • Negeri yang aman dari musuh, baik dari dalam maupun dari luar.
  • Negeri dengan penguasa yang adil dan shalih, dan penduduk yang hormat dan patuh.

Dari sini bisa kita ketahui bersama bahwa untuk mewujudkan negeri impian, diperlukan semangat mensyiarkan agama islam, baik bagi diri pribadi, keluarga, masyarakat, dan juga bernegara. Oleh karena itu, Musabaqah Tilawatil Qur’an sangat berkontribusi besar dalam memajukan umat dengan cara mengadakan perlombaan bertemakan “Qur’ani”.

The post Musabaqoh Tilawatil Qur’an untuk Mengembalikan Syiar Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ayat Al Qur’an Tentang Penggunaan Dinar dan Dirham https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/ayat-al-quran-tentang-penggunaan-dinar-dan-dirham Tue, 23 Feb 2021 06:42:20 +0000 https://dalamislam.com/?p=9548 Di dalam Al-Quran, Allah menyebut kata dinar dan dirham berfungsi sebagai mata uang yang dipakai manusia. Tetapi Al-Quran tidak langsung memerintahkan penggunaan dinar dan dirham sebagai mata uang, begitu juga sebagai keputusan final mata uang yang harus digunakan umat Islam untuk menjalankan tiap roda transaksi dan aktivitas ekonomi yang lain. Namun, peredaksian kata-kata dinar dan […]

The post Ayat Al Qur’an Tentang Penggunaan Dinar dan Dirham appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Di dalam Al-Quran, Allah menyebut kata dinar dan dirham berfungsi sebagai mata uang yang dipakai manusia. Tetapi Al-Quran tidak langsung memerintahkan penggunaan dinar dan dirham sebagai mata uang, begitu juga sebagai keputusan final mata uang yang harus digunakan umat Islam untuk menjalankan tiap roda transaksi dan aktivitas ekonomi yang lain.

Namun, peredaksian kata-kata dinar dan dirham dalam tulisan ini menunjukkan pengakuan Allah atas keunggulan dinar dan dirham. Kata dinar dan dirham, terdapat dalam ayat-ayat berikut:

  • QS. Ali Imran ayat 75

وَمِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ مَنْ اِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُّؤَدِّهٖٓ اِلَيْكَۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ اِنْ تَأْمَنْهُ بِدِيْنَارٍ لَّا يُؤَدِّهٖٓ اِلَيْكَ اِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَاۤىِٕمًا ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْا لَيْسَ عَلَيْنَا فِى الْاُمِّيّٖنَ سَبِيْلٌۚ وَيَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

Artinya:

Dan di antara Ahli Kitab ada yang jika engkau percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikannya kepadamu. Tetapi ada (pula) di antara mereka yang jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya. Yang demikian itu disebabkan mereka berkata, “Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang buta huruf.” Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui

Dalam ayat ini menunjukkan bahwa dinar dipakai sebagai alat sah transaksi. Selain itu, ayat ini juga mengajarkan betapa pentingnya sebuah kepercayaan, apalagi dalam hal yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi.

  • QS. Yusuf ayat 20

وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ وَكَانُوا فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ

Artinya:

Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf

Masih sama dengan penjelasan di atas, yang menunjukkan bahwa dirham juga menjadi alat transaksi, mata uang tersebut juga memiliki nilai sebagaimana mata uang kertas zaman sekarang.

  • QS. At Taubah ayat 34

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۗ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih

Dalam ayat ini tidak menggunakan kata dinar dan dirham tetapi dengan emas (dzahab) dan perak (fidzah). Menurut sebagian ulama tafsir berpendapat yang dimaksud dalam kata itu adalah mata uang, tetapi ada sebagian yang berpendapat bahwa itu adalah perhiasan, barang pecah belah atau benda-benda selain mata uang.

Dari tiga ayat di atas, tidak menunjukkan perintah penggunaan dinar dan dirham sebagai mata uang, karena bentuk kalimatnya adalah berita bukan perintah.

Jika saja kalimatnya berbentuk perintah, maka umat muslim sampai sekarang harus menggunakan dinar dan dirmah sebagai alat tukar. Maka dari itu, para ulama memperbolehkan mata uang selain dinar dan dirham seperti rupiah, dolar, yen dan sebagainya.

Dari ayat di atas juga menunjukkan bahwa fungsi dari dinar dan dirham adalah pertama, sebagai benda yang memiliki nilai tinggi, sehingga pantas dikapai sebagai alat tukar. Kedua, sebagai alat tukar atau sebagai mata uang yang mengesahkan kegiatan ekonomi. Ketiga, sebagai pengukur nilai dari suatu benda.

The post Ayat Al Qur’an Tentang Penggunaan Dinar dan Dirham appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Inilah Gambaran Neraka Menurut Al Qur’an dan Hadits https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/inilah-gambaran-neraka-menurut-al-quran-dan-hadits Mon, 22 Feb 2021 00:07:37 +0000 https://dalamislam.com/?p=9467 Jangan pernah menyepelekan hal buruk, karena itu akan berdampak pada amalan dan bisa jadi perbuatan tersebut akan tercatat sebagai dosa. Seperti yang telah kita ketahui bersama, seseorang yang timbangan amal soleh lebih ringan dari dosanya, maka ia akan ditempatkan di neraka. Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam selalu mengingatkan tentang neraka dan bagaimana siksaan yang ada […]

The post Inilah Gambaran Neraka Menurut Al Qur’an dan Hadits appeared first on DalamIslam.com.

]]>

Jangan pernah menyepelekan hal buruk, karena itu akan berdampak pada amalan dan bisa jadi perbuatan tersebut akan tercatat sebagai dosa. Seperti yang telah kita ketahui bersama, seseorang yang timbangan amal soleh lebih ringan dari dosanya, maka ia akan ditempatkan di neraka.

Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam selalu mengingatkan tentang neraka dan bagaimana siksaan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, beliau senantiasa mengajarkan kepada kita untuk memohon perlindungan dari neraka pada sang Pencipta, diantaranya seperti yang terdapat di dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 201:

Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.  

Beliau juga mengajarkan kita agar membaca doa setelah tasyahud akhir sebelum salam, yaitu: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan siksa neraka, dari fitnah hidup dan fitnah mati serta dari fitnah al-Masih Dajjal.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan orang terbaik di bumi masih memohon perlindungan dari neraka. Lantas mengapa sebagian dari kita menganggap remeh dengan dosa yang dilakukan tanpa berusaha untuk meminta ampun dan memohon perlindungan dari neraka.

Padahal Allah telah menggambarkan bagaimana mengerikannya siksaan neraka dalam Al Qur’an, seperti di surat Al Hajj ayat 19-22, surat Muhammad ayat 15, surat Al-A’raf ayat 41, surat Faathir ayat 36, yaitu:

  • Akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka.
  • Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.
  • Dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit.
  • Dicambuk-cambuk dari besi.
  • Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya.

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Kalau kalian tahu apa yang aku ketahui, pasti kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” Masalahnya, kita tidak mengetahui sebagaimana yang diketahui oleh nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.

Bahkan diterangkannya juga di dalam Al-Qur’an bagaimana menyerahnya orang kafir yang berada di dalam neraka terhadap siksaan yang tiada henti dan ingin dibunuh saja (di dalam QS. Al-Zukhruf: 77-78).

Di dalam neraka juga disediakan tempat tidur dan selimut, tapi keduanya dari api neraka (QS. Al A’raf: 41). Pakaiannya pun dari api neraka (QS. Ibrahim : 50 dan QS. Al Haj : 19).

Bahkan makanan dan minumannya lebih mengerikan, yaitu makanan berduri dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih, buah zaqqum dari sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka jahim, mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan, dan penghuni neraka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu.

Kemudian minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas akan menjadi minumannya, bahkan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya, dan mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah. (QS. Al Ghasiyah: 6-7, QS. Al Muzammil: 13, QS. Al Waqi’ah: 51-53, QS.Ash Shaffat : 64-68, QS. Muhammad: 15, QS. An Naba’ : 24-25)

“Dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengekor-pengekor setan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu, tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.” (Al Hijr: 43-44)

Maka, janganlah berpikir untuk singgah ke neraka seraya berkata “tidak apa masuk neraka sebentar, kan orang Islam akan diselamatkan untuk masuk surga”. 

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan siksa neraka, dari fitnah hidup dan fitnah mati serta dari fitnah al-Masih Dajjal.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan orang terbaik di bumi masih memohon perlindungan dari neraka. Lantas mengapa sebagian dari kita menganggap remeh dengan dosa yang dilakukan tanpa berusaha untuk meminta ampun dan memohon perlindungan dari neraka.

The post Inilah Gambaran Neraka Menurut Al Qur’an dan Hadits appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Makna Surat Al Lail dalam Al Qur’an https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/makna-surat-al-lail-dalam-al-quran Fri, 19 Feb 2021 13:54:04 +0000 https://dalamislam.com/?p=9439 Diantara salah satu kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dengan menjadikan waktu malam dan mengabadikan dalam satu surat khusus yakni surat Al-Lail (artinya malam). Dan yang lebih menarik lagi adalah surat Al-lail merupakan surat ke 29 dalam Al-qur’an dan kata-kata Al-lail itu sendiri Allah Subhaanahu Wa Ta’ala sebutkan dalam Al-qur’an sebanyak 29 kali. MasyaaAllah – […]

The post Makna Surat Al Lail dalam Al Qur’an appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Diantara salah satu kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dengan menjadikan waktu malam dan mengabadikan dalam satu surat khusus yakni surat Al-Lail (artinya malam). Dan yang lebih menarik lagi adalah surat Al-lail merupakan surat ke 29 dalam Al-qur’an dan kata-kata Al-lail itu sendiri Allah Subhaanahu Wa Ta’ala sebutkan dalam Al-qur’an sebanyak 29 kali. MasyaaAllah – Apakah ini suatu kebetulan? Maka mari kita jadikan hal tersebut sebagai bahan renungan bersama.

Waktu malam Allah Subhanahu Wa Ta’ala munculkan dengan tanda-tanda adanya syafaq (Cahaya merah di waktu senja), sesuai firman Allah dalam surat Al-Insyiqaq ayat 16-17 yang artinya:

“Maka aku bersumpah demi cahaya merah di waktu senja (16) dan demi malam dan apa yang diselubunginya (17).”

Dan berakhir dengan tanda-tanda munculnya fajr, sesuai firman Allah dalam Surat Al-Fajr ayat 4 yang artinya: “Dan demi malam apabila telah berlalu”.

Nabi Muhammad Shalallahu ’Alaihi Wassalam mengajarkan kepada kita apabila telah datang waktu malam, maka di awal permulaan waktu malam (sore hari) hendaknya kita mengerjakan dzikir sore, yang mana salah satu manfaatnya adalah sebagai perlindungan diri.

Dalam surat Al-Falaq ayat 3 yang artinya: “Dan dari kejahatan malam manakala telah gelap gulita.”

Allah telah memperingatkan kita untuk berlindung apabila telah datang waktu malam dan di ayat yang lain dalam surat Annaziat ayat 29 yang artinya:

“Dan Dia telah menjadikan malamnya gelap gulita dan mengeluarkan siangnya terang benderang.”

Allah Subhanahu Wa Ta’ala mendiskripsikan malam dengan gelap gulita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata “gelap” adalah tidak ada cahaya, kelam, tidak terang, sedangkan arti kata gulita adalah gelap, pekat.

Maka jika digabungkan kedua kata tersebut memiliki penekanan yang mendalam tentang suasana yang tidak ada cahaya dan sangat gelap, dan juga memiliki sinonim kata kelam, malam, menderita, sulit, seram dan sesak.

Berdasarkan tafsir ibnu katsir untuk surat Al Falaq ayat 3 tersebut, diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu’anha bahwa Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wassalam pernah memegang tanganku dan memperlihatkan bulan kepadaku saat terbit dan beliau bersabda: “Berlindunglah kepada Allah dari kejahatan ini, karena sesungguhnya ini adalah bulan jika terbenam“.

Bulan dalam Bahasa latin Yunani adalah dari kata “Lunar/lunatic” yang artinya menurut kamus gaul Bahasa Amerika artinya gila yang digambarkan sebagai suatu bentuk kegilaan yang disebabkan oleh fase bulan.

Beberapa ahli medis kini mulai percaya bahwa Kesehatan fisik atau mental seseorang dapat dipengaruhi oleh sesuatu yang hampir 250.000 mill jauhnya. Namun studi penelitian yang terus muncul mengonfirmasi bahwa hal tersebut memiliki pengaruh misterius dan tidak dapat dijelaskan pada tubuh.

Penelitian yang dilakukan oleh kepolisian Sussex di Inggris menyimpulkan ada peningkatan kejahatan dan kekerasan ketika bulan purnama. Dari pengalaman seorang polisi yang telah bertugas selama 19 tahun, ia mengatakan sering mendapatkan kasus orang-orang dengan perilaku yang aneh – lebih rewel dan argumentative.

Sebuah studi terhadap 13.029 pengendara motor yang tewas dalam kecelakaan malam hari juga menemukan fakta bahwa ada peningkatan sejumlah 5.3% lebih banyak kematian pada malam-malam ketika bulan purnama dibandingkan dengan malam-malam lainnya. Dalam beberapa kalangan, fenomena ini disebut efek Transylvania.

Suatu teori menyeburkan bahwa gravitasi bulan mengganggu keseimbangan cairan di dalam sel tubuh seseorang, sama halnya dengan gravitasi tersebut menyebabkan proses lautan pasang-naik, dan dalam teori lainnya juga mengatakan bahwa gaya gravitasi tersebut dengan kekuasaan Allah dapat mengubah kelenjar hormon dalam organ tubuh.

Jadi bagaimana? Masihkah anda akan beraktivitas di luar di malam hari?

The post Makna Surat Al Lail dalam Al Qur’an appeared first on DalamIslam.com.

]]>