Ketika shalat kita selalu membaca surat Al-Fatihah. Al Fatihah sebagaimana yang telah kita ketahui, keutamaan surat tersebut menjadikan salah satu syarat sah shalat. Namun, bagaimana hukum membaca basmallah pada surat tersebut? Berikut penjelasannya.
Surat yang juga disebut sebagai inti dari Al-Quran ini menjadi syarat sah shalat. Ada sejumlah pendapat yang berbeda tentang penggunaan basmalah pada surat ini.
Pertama
Pada pendapat pertama adalah wajib membaca basmalah dalam sholat. Pendapat ini berasal dari madzhab Syafi’i, dan di kuatkan oleh sebagian ulama madzhab Hanabilah.
Berkata imam Al Mawardi:
يُجْهَرُ بِهَا مَعَ السُّورَةِ فِي صَلَاةِ الْجَهْرِ، وَيُسَرُّ بِهَا فِي صَلَاةِ الْإِسْرَارِ
“Di keraskan bacaan basmalah pada sholat-sholat jahriyyah dan di pelankan pada sholat-sholat sirriyyah”
Berkata imam As-Syirozi:
ويجب ان يبتدئها بسم الله الرحمن الرحيم فإنها آية منها
“Dan wajib untuk memulai dengan bismillah, karena ia termasuk bagian al-Fatihah”
Kedua
Pendapat yang kedua adalah sunnah hukumnya dalam membaca basmalah sebelum membaca Al-Fatihah, dan ini adalah madzhab Hanabilah, merupakan pendapat yang di pilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Berkata imam Al-Hajjawi:
ثُمَّ يُبَسْمِلُ سِرًّا وَلَيْسَتْ مِنَ الْفَاتِحَةِ
“Kemudian membaca basmalah secara pelan dan basmalah tidak masuk bagian Al- Fatihah”
Berkata Al Buhuti:
وَإِنْ تَرَكَ الِاسْتِفْتَاحَ وَلَوْ عَمْدًا حَتَّى تَعَوَّذَ، أَوْ التَّعَوُّذَ، حَتَّى بَسْمَلَ أَوْ الْبَسْمَلَةَ حَتَّى أَخَذَ فِي الْقِرَاءَة سَقَطَ
“Seandainya ia tidak membaca doa istiftah meskipun sengaja (tidak membaca), sampai ia membaca ta’awwudz, atau tidak membaca ta’awwudz sampai akhirnya membaca basmalah, atau tidak membaca basmalah sampai ia membaca surah Al Fatihah maka gugur syariatnya (tidak perlu mengulang dan sah sholatnya)”
Berkata imam Ibnu Najjar Al-Futuhi:
ثُمَّ يَقْرَأُ الْبَسْمَلَةَ وَهِيَ آيَةٌ فَاصِلَةٌ بَيْنَ كُلِّ سُورَتَيْنِ سِوَى بَرَاءَةٍ
“Kemudian di sunnahkan membaca basmalah dan dia termasuk bagian ayat al quran untuk membedakan antara dua surat selain surat At Taubah”
Ketiga
Pendapat ulama yang ketiga adalah berhukum makruh membaca basmalah sebelum membaca Al Fatihah. Yang memiliki pendapat ini adalah madzhab Maliki.
Berkata imam Al-Qoroofi:
الْبَسْمَلَةُ وَفِيْهَا أَرْبَعَةُ مَذَاهِبَ، الْوُجُوْبُ لِ ( ش ) وَالْكَرَاهَةُ لِمَالِكٍ وَالنَّدْبُ لِبَعْضِ أَصْحَابِنَا…
“Basmalah, dan dalam masalah ini ada 4 madzhab: wajib menurut madzhab Syafi’i dan makruh menurut Malik dan sunnah menurut sebagian ulama madzhab kami”
Berkata imam Al-Kholil:
وَلاَ بَسْمَلَةَ فِيْهِ وَجَازَتْ كَتَعَوُّذٍ بِنَفْلٍ وَكُرِهَا بِفَرْضٍ كَدُعَاءٍ قَبْلَ قِرَاءَةٍ وَبَعْدَ فَاتِحَةٍ وَأَثْنَاءَهَا وَأَثْنَاءَ سُوْرَةٍ
“… dan tidak juga basmalah padanya, dan di bolehkan membaca basmalah pada sholat sunnah sebagaimana ta’awwudz, dan di makruhkan membaca ta’awwudz dan basmalah pada sholat wajib sebagaimana di makruhkan juga doa sebelum membaca Al-Fatihah dan setelah Al Fatihah dan di tengah-tengahnya dan di pertengahan sholat…”
Berkata Ad-Dirdir:
(وَكُرِهَا) أي البسملة والتعوذ (بفرض)
“(dan keduanya di makruhkan) yaitu: bacaan basmalah dan ta’awwudz (pada sholat wajib)”
Pendapat yang kuat -wallahu a’lam- adalah pendapat bahwasanya membaca Basmalah sebelum al-Fatihah hukumnya adalah sunnah. Hal ini karena sebagian dalil menunjukan Nabi membaca basmalah sebelum membaca Al-Fatihah, namun basmalah bukan termasuk al-Fatihah. Berdasarkan hadits Abu Huroiroh, beliau berkata :
فإنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} [الفاتحة: 2]، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1]، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي – فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [الفاتحة: 5] قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} [الفاتحة: 7] قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ “
“Sesungguhnya Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah azza wa jalla berfirmah (hadits qudsi), aku membagi sholat hambaku menjadi dua bagian dan untuk hambaku apa yang ia minta, apabila seorang hamba mengatakan (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) maka Allah azza wa jalla berfiman: “Hambaku telah memujiku”, dan apabila seorang hamba membaca (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) maka Allah azza wa jalla berfirman: “Hambaku telah menyanjungku”, dan apabila seorang hamba membaca (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ) maka Allah azza wa jalla berfirman: “Hambaku telah memujaku”, dan apabila seorang hamba membaca (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) maka Allah azza wa jalla berfirman, “Ini antara antaraku dan hambaku, dan untuk hambaKu apa yang dia minta”, dan apabila seorang hamba membaca (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ) maka Allah azza wa jalla berfirman, “Ini antaraku dan hambaKu dan untuk hambaKu apa yang ia minta”.
Dan berikut ini adalah dalil yang menguatkan tentang hukum pembacaan basmallah.
Segi pendalilan: Allah azza wa jalla memulai pembagian dari alhamdulillah dan jikalau basmalah termasuk Al fatihah, maka Allah azza wa jalla akan memulai pembagian dari basmalah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :
فَلَا رَيْبَ أَنَّهُ كَانَ فِي الصَّحَابَةِ مَنْ يَجْهَرُ بِهَا وَفِيهِمْ مَنْ كَانَ لَا يَجْهَرُ بِهَا بَلْ يَقْرَؤُهَا سِرًّا أَوْ لَا يَقْرَؤُهَا
“Dan tidak di ragukan lagi bahwasanya sebagian sahabat mengeraskan bacaan basmalah dan sebagian mereka ada yang tidak mengeraskannya, akan tetapi membaca dengan pelan atau tidak membaca sama sekali”