Categories: Aqidah

8 Etika Makan Dalam Islam

√ Islamic Base Pass quality & checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Islam adalah agama yang mengajarkan segala sesuatu yang berkaitan dengan ciptaan-Nya, mulai dari hal-hal yang kecil sampai pada hal-hal yang besar, termasuk di dalamnya dalah etika seseorang ketika menyantap makanan.

Dalam sebuah Hadist Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :

يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

Artinya: “Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang berada di dekatmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadist di atas menjelaskan pada kita tentang etika yang harus dimiliki oleh seorang mukmin ketika sedang makan. Adapun etika tersebut adalah :

  1. Membaca Basmallah ketika hendak makan

Etika makan dalam islam yang pertama adalah membaca Basmallah setiap kali hendak menyantap makanan maupun minuman adalah salah satu hal yang disunnahkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Tujuannya adalah untuk menghalau setan yang hendak ikut menikmati apa yang kita makan. (baca juga: keutamaan membaca basmallah)

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Ahmad, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ أَنْ لَا يُذْكَرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ

Artinya: “Sesungguhnya syaitan turut menikmati makanan yang tidak disebut nama Allah padanya.”

Mengucapkan Basmallah sebelum memulai makan bisa dilakukan dengan hanya membaca “Bismillah” saja atau bisa juga ditambahkan dengan kaliman “Ar- Rahman” dan “AR- Rahim.”

Lalu bagaimana jika seseorang lupa mengucapkan Basmallah hingga ia mulai menyantap makanannya?

Dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا أَكَلَ أَحَدكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّه , فَإِنْ نَسِيَ فِي أَوَّله فَلْيَقُلْ : بِسْمِ اللَّه فِي أَوَّله وَآخِر

Artinya: “Apabila kalian hendak makan, bacalah “bismillah”, jika lupa tidak membaca basmalah di awal, bacalah, “Bismillahi fi awwalihi wa aakhirihi.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

  1. Mengucapkan Hamdallah ketika selesai makan

Hal lain yang disunnahkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam terkait etika makan adalah mengucapkan hamdallah setiap kali kita selesai menyantap makanan maupun minuman. Meskipun terkadang sebagian orang menganggap ini sebagai hal yang sepele, akan tetapi ternyata justru hal itulah sang menjadi salah satu penyebab ridhonya Allah SWT.

Dalam sebuah hadist, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا

Artinya:

Sesungguhnya Allah ridha terhadap seorang hamba yang menikmati makanan lalu memuji Allah sesudahnya atau meneguk minuman lalu memuji Allah sesudahnya.” (HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi)

Ada beberapa bentuk bacaan tahmid (hamdallah) yang biasa diucapkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, seperti :

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَفَانَا وَأَرْوَانَا غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلَا مَكْفُورٍ

Artinya: “Segala puji milik Allah Dzat yang mencukupi kita dan menghilangkan dahaga kita, pujian yang tidak terbatas dan tanpa diingkari.”

الـحَمْدُ للـهِ حَمْداً كَثِيراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيهِ، غَيْرَ [مَكْفِيٍّ ولا] مُوَدَّعٍ، ولا مُسْتَغْنَىً عَنْهُ رَبَّنَا

Artinya:

Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak dan penuh berkah meski bukanlah pujian yang mencukupi dan memadai, dan meski tidaklah dibutuhkan oleh Rabb kita.” (HR. Bukhari)

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنَا وَ سَقَاَنا وَ جَعَلَنَا مُسْلِمِيْنَ

Artinya:

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makan dan minum kepada kami dan telah menjadikan kami sebagai kaum muslimin.” [HR Abu Dawud, at-Turmudiy, Ibnu Majah, Ahmad, an-Nasa’i, ath-Thabrani, dan Ibnu Abi Syaibah)

اَللَّهُمَّ أَطْعَمْتَ وَ سَقَيْتَ وَ أَغْنَيْـتَ وَ أَقْنَيْتَ وَ هَدَيْتَ وَ أَحْيَيْتَ فَلَكَ اْلحَمْدُ عَلَى مَا أَعْطَيْتَ

Artinya:

Ya Allah, Engkau telah memberi makan, minum, harta, kecukupan, hidayah dan kehidupan. Maka untuk-Mulah segala puji-pujian atas semua yang Engkau telah berikan.” (HR Ahmad, Ibnu as-Sunniy, dan Abu asy-Syaikh)

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنىِ هَذَا وَ رَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِّنىِّ وَ لاَ قُوَّةٍ

Artinya:

Segala puji bagi Allah yang telah memberi makanan ini kepadaku dan memberikan rizki dari-Nya tanpa daya dan kekuatan dariku.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majjah, Ahmad, Ibnu as-Sunniy, dan Al- Hakim)

  1. Makan dan minum dengan menggunakan tangan sebelah kanan

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam juga selalu mengajarkan pada umatnya untuk menggunakan tangan kanan setiap kali makan dan minum. Beberapa hadist telah meriwayatkan sabda beliau terkait dengan hal tersebut, di antaranya :

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ، وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ، وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ

Artinya:

Jika seseorang di antara kamu makan, maka hendaklah dia makan dengan tangan kanannya. Jika minum, maka hendaklah minum dengan tangan kanannya, karena setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya.” (HR Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ahmad)

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَأْكُلْ بِشِمَالِهِ وَ إِذَا شَرِبَ فَلَا يَشْرَبُ بِشِمَالِهِ وَ إِذَا أَخَذَ فَلَا يَأْخُذُ بِشِمَالِهِ وَ إِذَا أَعْطَى فَلَا يُعْطِي بِشِمَالِهِ

Artinya:

Apabila seseorang di antara kalian makan maka janganlah ia makan dengan tangan kirinya. Apabila ia minum maka janganlah ia minum dengan tangan kirinya. Apabila ia mengambil (sesuatu dari orang) maka janganlah ia mengambilnya dengan tangan kirinya. Dan apabila ia memberi (sesuatu) maka janganlah ia memberinya dengan tangan kirinya.” (HR Ahmad)

يَأْكُلْ أَحَدُكُمْ بِيَمِينِهِ وَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ وَلْيَأْخُذْ بِيَمِينِهِ وَلْيُعْطِ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ وَيُعْطِي بِشِمَالِهِ وَيَأْخُذُ بِشِمَالِهِ

Artinya:

“Hendaklah seseorang di antara kalian makan dengan tangan kanannya, minum dengan tangan kanannya, mengambil dengan tangan kanannya, dan memberi dengan tangan kanannya. Kerana sesungguhnya setan itu makan dengan tangan kirinya, minum dengan tangan kirinya, memberi dengan tangan kirinya, dan mengambil dengan tangan kirinya.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad)

  1. Memakan makanan yang ada di dekat kita

Seseorang dianjurkan untuk memakan apa yang ada didekatnya dan melarang mengambil makanan yang ada di hadapan orang lain adalah salah satu bentuk nilai kesopanan. Akan tetapi jika pada saat itu terdapat berbagai jenis makanan, maka kita diperbolehkan untuk mengambil makanan yang tidak berada di dekat kita, apabila hal itu dilakukan karena ingin mengambil makanan yang disukai.

  1. Tidak meniup makanan atau minuman

Hal ini sebagaimana Sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam :

…إِذَا شَرِبَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَتَنَفَّسْ فِي الإِنَاءِ، وَإِذَا أَتَى الخَلاَءَ فَلاَ يَمَسَّ ذَكَرَهُ بِيَمِينِه

Artinya “Apabila kalian minum, janganlah bernafas di dalam gelas, dan ketika buang hajat, janganlah menyentuh kemaluan dengan tangan kanan… (HR. Bukhari)

Mengapa hal itu tidak boleh dilakukan? Karena dikhawatirkan akan mengotori air minum atau ada sesuatu yang jatuh dari mulut atau dari hidung atau semacamnya.

  1. Tidak menyia-nyiakan makan

Etika makan dalam islam selanjutnya yaitu tidak boleh membuang makanan secara percuma, artinya adalah bahwa kita tidak diperbolehkan untuk menyia-nyiakan makanan yang dihidangkan untuk kita. kita harus menghabiskan makanan tersebut hingga tidak satupun makan yang tersisa, baik di piring maupun di jari jemari kita. mengapa? Karena kita tidak pernah tahu di makanan manakah yang terdapat berkah dari Allah SWT.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَلْعَقْ أَصَابِعَهُ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِى فِى أَيَّتِهِنَّ اْلبَرَكَةُ

Artinya “Apabila seseorang di antara kalian makan maka hendaklah ia menjilati jari jemarinya, karena ia tidak tahu di makanan yang manakah yang ada berkahnya”. (HR Muslim)

Lalu bagaimana jika ada makanan yang terjatuh?

Menanggapi hal ini, Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda :

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَسَقَطَتْ لُقْمَتُهُ فَلْيُمْطِ مَا رَابَهُ مِنْهَا ثُمَّ لِيَطْعَمْهَا وَ لَا يَدَعُهَا لِلشَّيْطَانِ

Artinya:

Apabila sesorang di antara kalian sedang makan, lalu terjatuh satu suapannya maka hendaklah ia menyingkirkan apa yang meragukannya kemudian hendaklah ia memakannya dan janganlah ia membiarkannya untuk setan.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

  1. Berkumur dan mencuci tangan setelah selesai makan

Suwaid bin An-Nu’man radhiyallahu ‘anhu pernah berkata :

خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى خَيْبَرَ، فَلَمَّا كُنَّا بِالصَّهْبَاءِ دَعَا بِطَعَامٍ، فَمَا أُتِيَ إِلَّا بِسَوِيقٍ، فَأَكَلْنَا، فَقَامَ إِلَى الصَّلاَةِ فَتَمَضْمَضَ وَمَضْمَضْنَا

Artinya:

Kami pernah keluar bersama-sama Rosulullah ke Khaibar. Ketika kami tiba di daerah ash-Shahba’, beliau minta dibawakan makanan. Tiada sesuatupun (yang dapat dihidangkan) melainkan gandum. Maka kami pun makan. Kemudian beliau berdiri untuk sholat (maghrib), maka beliau berkumur-kumur, dan kami pun berkumur-kumur.” (HR al-Bukhari)

Dalam hadist yang lain, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam menerangkan betapa pentingnya mencuci tangan setelah selesai makan :

إِذَا نَامَ أَحَدُكُمْ وَ فِى يَدِهِ رِيْحُ غَمَرٍ فَلَمْ يَغْسِلْ يَدَهُ فَأَصَابَهُ شَيْءٌ فَلَا يَلُوْمَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ

Artinya:

Apabila seseorang di antara kalian tidur sedangkan pada tangannya masih ada bau kotor (bekas makanan) dan ia tidak mencucinya lalu terjadi sesuatu padanya maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri.” (HR Ibnu Majah dan Abu Dawud)

  1. Makan Bersama-sama

Para sahabat pernah berkata :

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلَا نَشْبَعُ قَالَ: فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ؟ قَالُوا: نَعَمْ قَالَ: فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ

Artinya:

Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan tetapi tidak merasa kenyang?”. Beliau bersabda, “Mungkin karena kalian makan secara terpisah-pisah (sendiri-sendiri)?.” Mereka menjawab, “Ya benar.” Beliau bersabda, “Hendaklah kalian secara bersama-sama (berjama’ah) ketika makan, dan sebutlah nama Allah atasnya, maka kalian akan mendapat berkah padanya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, al-Hakim, dan Ibnu Hibban)

artikel terkait:

Recent Posts

Sejarah Masuknya Islam Ke Aceh

Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…

6 months ago

Sejarah Masuknya Islam ke Myanmar

Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…

6 months ago

Sejarah Masuknya Islam ke Andalusia

Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…

6 months ago

Sejarah Masuknya Islam ke Afrika

sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…

6 months ago

Sejarah Masuknya Islam Ke Nusantara

Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…

6 months ago

Sejarah Masuknya Islam ke Pulau Jawa

Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…

6 months ago